Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SL_003

SL_003

Bab 3


Wajah pucatnya mengejutkan Jin Woo.

“Ada apa? Apakah kamu merasa tak enak badan? ”

“Di … di sana.”

Jin Woo mengikuti arah yang jari Ju Hee tunjuk. Itu adalah patung terbesar yang ada di sini.

Dia menunjuk wajahnya. Karena tak melihat perbedaan dari pertama kali dia melihatnya, Jin Woo memiringkan kepalanya karena bingung.

“…?”

Dengan suara bergetar, Ju Hee berbicara,

“M-matanya… Mata patung itu baru saja menatap kita.”

“Apa?”

Tak peduli berapa lama dia menatap, hasilnya tetap sama. Patung itu duduk diam, tak bergerak.

“Hmm … Mungkin itu hanya khayalanmu saja.”

Tapi, kata-kata itu tak didengarkannya. Menempatkan pandangannya ke tanah, Ju Hee hanya memegang lengan Jin Woo dan bergetar.

‘Tunggu.’

Rasa takut menyapu Jin Woo.

“Kenapa ini menjadi sangat sunyi?”

Suara berderak api dari obor, tiba-tiba menjadi menghilang.

“Pertama.”

Sementara itu, Song terus membaca aturan yang tertulis dalam tablet yang digenggam patung bersayap.

“Sembahlah Tuhan. Kedua, puji Tuhan. Ketiga, buktikan Imanmu kepada Tuhan. Mereka yang tak mengikuti perintah ini, tak akan hidup.”

Pada saat itu,

*Creak*

Mendengar suara tiba-tiba, semua Hunter melompat karena kaget.

“Apa yang terjadi?!”

Orang pertama yang memperhatikan adalah Jin Woo. Setelah berfokus pada pendengarannya karena obor, dia dapat segera mengerti apa yang sedang terjadi.

 “Pintu! Pintunya tertutup! ”

Mendengar kata-katanya, seluruh kelompok berpaling ke arah pintu. Mereka hanya untuk melihatnya tertutup dengan sangat hebat.

 “Sialan! Aku tak mau meneruskan ini lagi! ”

Hunter yang pertama kali memilih “tidak” untuk memasuki Double Dungeon bersumpah dan berlari menuju pintu.

 “Aku akan pergi sekarang.Kalian bisa mengalahkan Bos dan mengambil semua harta yang kalian inginkan.”

Dia melotot dan memberontak pada Song, pria itu berbalik untuk meraih gagang pintu.

Tiba-tiba.

Mata Song melebar.

 “Tidak, jangan!”

*Crunch!*

Suara memuakkan dari ‘sesuatu’ yang menyerang ‘sesuatu’ terdengar di seluruh kuil.

Dengan itu, kepala pria tadi hancur dari tempatnya. Setelah kehilangan kepalanya, tubuhnya secara alami jatuh ke tanah.

*Thud!*

Para Hunter lain mulai berteriak.

Setelah melenyapkan kepala pria itu dengan gadanya. Patung itu kembali dan mengambil posisi di sebelah pintu, seolah-olah tak ada yang terjadi.

 “Itu… benda itu baru saja bergerak!”

“Apa? Apakah itu berarti, jika semua patung di sini semuanya bisa bergerak?”

“Kita harus melawan itu?!”

“Aku bahkan tak bisa melihatnya mengayunkan itu!”

Pada titik inilah, Jin Woo mengulang kata-kata Ju Hee kembali dalam benaknya.

 “M-matanya … Mata Patung itu menatap kita.”

 ‘Jika itu benar …’

Dia gemetar. Berusaha untuk menggerakkan tubuhnya yang ketakutan, dia berbalik dan menatap Patung Terbesar.

Dan menemukan jika Patung itu menatapnya.

 “Ah…”

Jin Woo sadar. Jika ini hanyalah awalnya saja.

***



* Awal Mula Serangan *

Mata Patung itu diterangi dengan cahaya berwarna merah tua.

Apakah itu naluri Hunter? Tidak, itu adalah naluri bertahan hidup dari makhluk hidup.

‘Sesuatu’ datang.

‘Sesuatu’ yang tak bisa dihentikan.

Jin Woo berbalik dan berteriak sangat keras.

 “Tiarap!”

Tepat ketika mulutnya terbuka, sinar cahaya merah menyala keluar dari mata Patung Raksasa.

Jin Woo melemparkan dirinya ke arah Ju Hee, dan menariknya ke tanah.

Beammmm!

Sinar cahaya melewati tempat Jin Woo berdiri sebelumnya.

Sepersepuluh detik. Tidak, seperseratus detik.

Jika dia tak bergerak dalam jumlah yang sangat kecil itu…

Hunter lainnya tak seberuntung itu.

“Uwaaaaaaah!”

“Ahhhhhhh!”

Jeritan itu tak datang dari para Hunter yang tersambar cahaya. Bagaimanapun juga, orang-orang yang terkena hancur secara instan. Dan akhirnya, hanya menyisakan jejak abu dan batu yang terbakar di belakang mereka.

Ya, jeritan itu datang dari Hunter yang selamat.

 “Apa-apaan ini!”

“Waaaaah!”

“Bagaimana ini bisa…”

Para Hunter terkejut.

11 orang tersisa dari 16 orang yang masuk ke dalam Dungeon.

Mereka belum pernah melihat serangan seperti ini sebelumnya.

 “Aku mengelak setelah mendengar teriakan Jin Woo.”

“Jika Sung tak berteriak, sekarang kita…”

Para Hunter memandang Jin Woo dan menelan ludah mereka. Dia penyelamat nyawa mereka.

Jika bukan karena dia, mereka tahu jika mereka akan bergabung bersama mereka yang mati.

 “..…”

Dengan seluruh tubuhnya tertunduk di tanah, Jin Woo menoleh dan menatap pada Patung Raksasa.

Matanya masih menyala dengan cahaya merah tua, tapi tak melanjutkan serangannya.

 “Apakah… dia sudah selesai menyerang?”

Jin Woo memutar kepalanya ke tanah lagi. Ju Hee berbaring di bawahnya, gemetaran ketakutan.

Meskipun dia adalah Hunter B-Rank. Ini adalah alasan terbesar, kenapa dia menjadi Hunter yang sederhana dan berada di bawah naungan Asosiasi, bukan Guild besar.

Napasnya menjadi semakin tak teratur. Jin Woo tak bisa membiarkannya begitu saja. Berpikir dia harus melakukan sesuatu untuk membantunya. Jin Woo mulai bangkit, ketika tangan yang kuat tiba-tiba memaksanya mundur.

“Jangan berdiri.”

Meski terkejut, Jin Woo dengan tegas mendengarkan kata-katanya.

Itu adalah Song.

Song juga berteriak pada Hunter lainnya.

 “Semuanya tetap di tempat kalian! Jangan bergerak dari posisi kalian! ”

Setelah melihat sekilas ke party, Song menoleh ke Jin Woo lagi.

 “Yang bergerak diserang. Orang-orang yang mendengarkanmu dan tiarap semuanya selamat.”

 “Aku mengerti…”

Song memiringkan kepalanya dengan bingung.

 “Apa kamu berteriak, setelah menemukan sesuatu?”

“Aku hanya merasa ada sesuatu yang berbahaya datang, itu saja…”

Mata Song menatapnya dengan mata cerah.

 ‘Nalurimu bagus. Aku mendengar, jika kamu seorang E-Rank? Kalau saja skill-mu sedikit lebih tinggi… ‘

Tatapannya berubah menjadi kasihan, saat dia terus menatap Jin Woo.

Sementara itu, Jin Woo melihat pria yang menatapnya dengan lebih baik. Dan apa yang ia lihat dari matanya, adalah hal yang sangat mengejutkan.

 “Mi-mister… lenganmu …”

 “Tak apa-apa. Aku bisa bertahan, jika hanya ini.”

 “Tapi…”

Jin Woo menelan ludahnya. Lengan kanan Song ditaruh di bahu Jin Woo, dan lengannya yang lain …

Lengannya yang lain sudah menghilang.

 “..…”

Sementara diam-diam menatap Ju Hee, Song tanpa kata membungkus potongan kemejanya di sekitar luka lengannya berada. Dan menggertakkan giginya karena rasa sakit.

“Bisakah kamu membatuku dalam ini? Sulit dilakukan, jika hanya dengan satu tangan.”

Saat Jin Woo mengangguk dan menyelesaikan apa yang hampir tak bisa disebut pertolongan pertama, Song menghela nafas panjang. Itu adalah napas penuh dengan pengalaman 10 tahun berburu di Gate.

Melihat sekeliling, dia melihat ruangan dan status situasi mereka. Hanya karena Patung Raksasa telah menghentikan serangannya, itu bukan berarti kesulitan mereka telah berakhir.

Waktu berlalu, ketika para Hunter berbaring di tanah.

 “Uwaaaah.”

“Mengapa ini terjadi pada kita…”

Beberapa Hunter mulai menangis lagi.

 “Kita tak bisa tetap seperti ini selamanya!”

Kesabaran para Hunter perlahan-lahan mencapai batasnya.

Jin Woo merasakan hal yang sama.

 “Kita tak bisa tetap seperti ini selamanya.”

‘Tapi apa yang bisa mereka lakukan? Jika tebakan Tuan Song benar,kita akan diserang saat kita mulai bergerak. Dan bahkan jika kita berhasil menghindari serangan Patung Raksasa, kita masih harus melewati patung-patung yang menjaga pintu. Dan di situlah muncul masalah lainnya.’

Gerakan patung yang menjaga pintu begitu cepat, sehingga hampir tak bisa dilihat dengan mata telanjang.

‘Bagaimana kita bisa melewati sesuatu seperti itu? Itu adalah situasi yang mustahil.’

Pemusnahan para Hunter hanyalah masalah waktu saja.

 “Tunggu… masalah waktu?”

Ketika pikiran itu muncul di kepalanya, sebuah pikiran yang tak nyaman mengikuti.

Sesuatu yang tak diperhatikan orang lain.

 “Ada… ada sesuatu yang kita lewatkan.”

Mungkin jawabannya ada di sana.

Pada saat itu.

 “Jangan bergerak!”

Song berteriak pada Hunter Joo, yang mana dia hanya menanggapinya dengan menyeringai.

“Diam! Kita tak tahu kapan patung itu akan menyerang lagi! Kamu hanya ingin kami menunggu sampai saat itu?!”

Joo adalah seorang Fighter. Sebagai makhluk yang melemparkan tubuh mereka ke tengah pertempuran, kemampuan fisik Hunter kelas itu jauh lebih besar daripada manusia biasa.

Selain itu, Joo adalah seseorang yang keahliannya diakui oleh Guild besar, dia juga telah menerima kontrak dari mereka.

“Aku tak bisa mati seperti ini.”

Dengan tubuhnya yang masih menunduk ke tanah, Joo menegangkan otot-otot di kakinya.

Tujuannya adalah pintu.

Dengan awal yang eksplosif, Joo berlari ke arah pintu. Menyaksikan upaya pria itu, Jin Woo berbalik dan melihat kembali ke Patung Raksasa. Seolah dia sedang menunggu, Patung itu menatap Joo.

Dan sinar cahaya meledak dari matanya.

Beammmm!

Sinar menutupi punggung Joo.

“Kiyaaaaaah!”

Salah satu Hunter wanita berteriak. Karena dia tak bisa mengendalikan rasa takutnya, genangan kuning perlahan muncul dari tanah, tempat ia pingsan.

Wajah Hunter lainnya mengeras.

 “Ya Tuhan…”

Tak ada jejak Joo dapat ditemukan, di mana dia berdiri. Kecuali dua kakinya yang berada di tanah, cahaya itu berakhir tepat di atas pergelangan kaki.

Suara seorang pria yang muntah mencapai telinga Jin Woo, dan dia mengerutkan alisnya.

‘Seperti yang diharapkan,’sesuatu’ ini lebih dari mampu untuk memusnahkan semua Hunter dalam sekejap.’

Untuknya, itu lebih mudah dari pada menginjak serangga.

 “Jadi mengapa… mengapa dia tak melakukannya?”

Dia bisa membunuh kita semua, tapi dia tak melakukannya. Dibandingkan dengan binatang buas yang selalu melemparkan diri mereka ke pemburu, hal-hal ini berbeda. Menyerang, hanya ketika mereka bergerak. Menyerang seseorang hanya ketika mereka mendekati pintu. Ada pola dan kondisi agresi mereka.

Seperti game dengan aturannya sendiri.

“Mungkin… Ada peraturan untuk ruangan ini?”

Pada saat itu, Jin Woo menemukan potongan puzzle terakhir di kepalanya. Itu adalah tablet yang dibacakan Song sebelumnya.

‘Perintah Kuil Cartenon.’

Perintah adalah peraturan, dan peraturan itu harus diikuti.

Jika ada jalan keluar dari tempat ini, jauh dari hal-hal ini. Kuncinya pasti ditulis pada tablet itu.

 “Menyembah Tuhan.”

Jin Woo mengucapkan perintah pertama dengan lantang.

 “Hmm? Apa kamu mengatakan sesuatu?” Tanya Song yang menghadap Jin Woo.

Alih-alih menjawab, Jin Woo meletakkan jari di bibirnya.

‘Jika aku benar …‘

Perlahan, Jin Woo bangkit. Lalu Song dengan panik mencoba untuk menghentikannya, tapi Jin Woo menggelengkan kepalanya ke arahnya dengan wajah teguh.

 ‘Itu bukan wajah yang akan menyerahkan hidupnya.’

Song mengangguk pada Jin Woo.

Tanpa memalingkan muka dari Patung Raksasa, Jin Woo perlahan bangkit dan mengangkat tubuhnya sedikit demi sedikit semakin tinggi. Tiba-tiba, tatapan Patung besar mengarah kepadanya.

Beammmm!

 Jika dia ragu-ragu bahkan untuk sepersekian detik untuk kembali ke tanah, Jin Woo pasti akan kehilangan banyak helai rambut di kepalanya.

Kembali ke tanah, Jin Woo terengah-engah. Dia hampir mati tadi. Ketika matanya bertemu dengan Patung, dia tahu jika dia telah melihat kematian tepat di matanya.

Setelah menghindari serangan hanya dengan mengorbankan sedikit rambutnya. Kaki Jin Woo tak bisa berhenti gemetar.

‘Tapi…’

Itu tak sia-sia.

 “Dia tak menyerang seseorang yang bergerak.”

Setelah tubuhnya menunduk ke tanah, tak ada gerakan yang menyebabkan reaksi dari Patung itu.

“Tidak, serangannya ditujukan pada seseorang yang berdiri di atas ketinggian tertentu.”

Untuk mengkonfirmasinya, dia baru saja mempertaruhkan nyawanya.

Dan sekarang, dia mengetahui itu.

Arti dari Perintah Pertama!



< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "SL_003"