Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SL_164

gambar


SL 164

Kemudian, Jin Woo sudah berubah menjadi Monarch of Shadow, setelah menerima data dari System. Dan Jin Woo tersadar kembali.
Jantung berkekuatan sihir berdetak di dadanya, dan kekuatan Mana yang kuat keluar darinya.
‘Apakah ini sebuah kesalahan?’
‘Mudah untuk memeriksanya.’
‘Jendela stats.’
Jin Woo membuka jendela statistik tanpa melepaskan tangannya dari leher malaikat itu. Di antara banyak tulisan yang muncul, Jin Woo terfokus pada Mana.
[MP: 109.433]
Melihat itu, mata Jin Woo melebar.
 ‘100 ribu?’
Dia tak bisa percaya, walau dia lihat dengan matanya sendiri. Terakhir kali ketika Jin Woo memeriksa, jumlahnya hanya sekitar 9.000.
Dan Jin Woo melakukan itu, tepat sebelum datang ke sini. Jadi, tak akan ada kesalahan. Tapi sekarang, itu sudah lebih dari sepuluh kali nilai sebelumnya.
Selain itu.
Mana bukan satu-satunya yang membuat Jin Woo terkejut.
‘Gelar?’
Bagian Gelar di jendela stats berkedip, seolah ingin memberitahu jika ada perubahan di dalamnya.
Entah kapan, tapi saat ini Title milik Jin Woo sudah berubah.
[Gelar baru ‘Devil Hunter’]
Itu adalah Gelar yang sudah ia abaikan, karena informasinya tak terbuka. Tapi saat ini, Jin Woo bisa mengkonfirmasi informasi Gelar itu.
[Gelar: Devil Hunter
Persyaratan telah terpenuhi.
Ingatan membunuh Baran, si Raja iblis, si Raja Api Putih telah dipulihkan.
Kekuatan yang kuat mengakui Palyer sebagai pemilik
Efek ‘Black Heart’:
Mana +100.000]
 ‘Black Heart!’
 Ternyata efek Gelar adalah alasan, mengapa jumlah Mana Jin Woo naik ke titik, di mana itu tak masuk akal. Efeknya memberi jumlah Mana tambahan sebesar 100.000.
Itu sama dengan kekuatan untuk meregenerasi Shadow Army hingga tahap hampir tak terhingga.
Tiba-tiba, Jin Woo mengingat gambaran Monarch of Shadow yang dia lihat dari data yang diimpor System. Dia adalah orang yang berdiri di depan tentara perakm dan menutupi langit bersama Shadow Army miliknya.
Dia terus-menerus membangkitkan dan mengalahkan musuh-musuhnya. Bahkan prajurit perak yang hebat, tak bisa menahan kekuatan regeneratif Shadow Army, dan akhirnya didorong mundur.
Jika bantuan mereka tak datang tepat waktu, tentara perak akan musnah.
Itu adalah kekuatan kekuatan besar Monarch of Shadow, yang Jin Woo lihat dalam ‘data’.
‘Jika begitu…’
Jika aku memiliki kemampuan ‘Black Heart’ ini, Shadow Army-ku bisa menjadi pasukan abadi. Segera setelah pemikiran ini datang kepadanya, seluruh tubuh Jin Woo menggigil.
 “Bagaimana keadaanmu?”
Jin Woo lalu mendongak, saat suara gemetar keluar dari mulut patung malaikat.
Untuk pertama kalinya, Jin Woo melihat ekspresi wajah patung malaikat terlihat berbeda, daripada senyum dan kemarahan, yang sering ia tunjukkan.
Emosi yang diungkapkan wajah malaikat kali ini adalah rasa takut. Malaikat lalu berbicara dengan sangat panik, saat menatap Jin Woo.
“Bagaimana kau bisa mempertahankan dirimu, bahkan setelah mendapatkan Black Heart?”
 ‘Apa?’
Ketika Jin Woo mendengar kata-kata patung malaikat, dia dengan cepat memperhatikan dua hal.
Pertama,’Black Heart’ yang diberikan kepadanya bukanlah perbuatan patung malaikat. Dan kedua, seharusnya hasilnya tak baik untuknya.
Creack..
Jin Woo lalu memberi kekuatan pada tangannya, dan leher malaikat itu mulai retak.
“Cough!”
Wajah malaikat lalu terdistorsi oleh rasa sakit.
“Apa itu Player? Apa yang akan kau lakukan padaku?”
Jin Woo terus menatap malaikat dan terus memberik kekuatan pada tangannya, hingga ke tingkat dia bisa mematahkan lehernya kapan saja. Tapi Malaikat itu tampaknya tak memiliki jawaban pertanyaan Jin Woo.
“Jangan… Kau, Monarch of Shadow, kita … Apa kau pikir Monarch-monarch lain diam saja, saat melihatnya?”
Patung malaikat memelototi Jin Woo dan mulai mengatakan omong kosong.
Crunch!
Jari Jin Woo menempel di leher malaikat. Sekarang, jari-jarinya mulai mematahkan tenggorokan malaikat.
Rasa sakit semakin kuat.
“Aaaaaah!”
Patung Malaikat menjerit kesakitan dan mendongak ke langit. Tapi, Jin Woo masih memiliki banyak pertanyaan untuknya.
“Jawab pertanyaanku.”
Dia sudah mendapat hak untuk bertanya sebagai hasil tes. Dan dia benar untuk menuntut itu.
Kemudian, Terlihat cahaya merah dari tubuh patung malaikat.
“Ugh!”
“Apa?”
Jin Woo menoleh ke belakang, karena merasakan kengerian,
“Yah, benda itu!”
“Datang.”
Ada cahaya merah yang keluar dari mata patung, dan itu menyebar ke setiap sudut ruangan. Mereka mulai bergerak.
“Ha ha ha.”
Patung malaikat tertawa keras.
“Sekarang, jika kamu membunuhku, tak ada yang bisa menghentikan bonekaku.”
‘Bisakah kamu membunuhku sekarang?’
Malaikat itu memandang Jin Woo dengan pemikiran itu. Temannya memiliki banyak kelemahan.
Jika pria ini manusia, ini bisa menjadi titik lemahnya.
Semua karena ada seseorang yang menyebut pria ini sebagai temannya.
Namun..
Bertentangan dengan harapan malaikat, Jin Woo tersenyum menanggapinya.
‘Tersenyum?’
Jin Woo lalu bertanya.
 “Setelah aku membunuhmu, aku akan mengalahkan boneka-bonekanya.”
Patung Malaikat yang bingung menjawab dengan cepat.
“Jika kamu membunuhku, Sistem akan …”
“Aku juga memikirkannya.”
Tatapan Jin Woo mirip dengan tatapan patung malaikat, saat melihat para Hunter sebelumnya.
“Bahkan jika seorang perancang sistem mati, tak ada cara untuk memecah Sistem yang telah dibuat.”
Patung Malaikat tertangkap basah.
Jin Woo tahu apa yang sengaja tak ia sebutkan. Dan itu mengejutkannya.
Patung Malaikat sendiri sudah lupa dengan kriteria, mengapa dia memilih manusia ini. Dan itu adalah kepandaian Jin Woo dalam menemukan aturan untuk waktu yang lama.
‘Jika terus berlanjut, aku akan terpaksa berakhir.’
Patung malaikat itu lalu menggunakankartu terakhirnya.
*Ding!*
[Sistem telah diblokir oleh administrator sistem]
[Sistem telah diblokir oleh administrator sistem]
[Sistem telah diblokir oleh administrator sistem]
*Ding!*
*Ding!*
Setelah itu, bunyi mesin terdengar beberapa kali secara terus menerus. Namun pesan yang sama terus diulang.
[Sistem telah diblokir oleh administrator sistem]
Wajah patung malaikat itu mengeras.
Dia mencoba melakukan sesuatu menggunakan sistem lagi, tapi sistem tampaknya tak berada di sisi patung malaikat. Ketika Jin Woo mengangkat bahu, patung malaikat itu berjuang.
 “Ahh, kau!”
‘Jika tak mau menjawab.’
‘Aku tak punya alasan untuk membuatmu tetap hidup.’
Jin Woo mendekatkan kepala malaikat dan memukulnya dengan tangan kiri, pastinya dengan kekuatan yang penuh Mana.
Bang!
Dampaknya meninggalkan lubang besar di dinding di belakang kepala malaikat.
Sssssst..
Ada ketenangan dalam keheningan setelah serangan itu.
‘Mata untuk mata. Gigi untuk gigi.’
Jin Woo menghukum patung malaikat, yang mencoba mengambil keuntungan darinya. Tubuh malaikat kehilangan kepala dan setengah dari badannya, dan saat ini dia meluncur turun ke dinding.
 “Aku tak mendapatkan jawabannya.”
Pokoknya, patung malaikat lah yang mencoba menipu dirinya sejak awal. Bisakah aku percaya satu katapun yang keluar dari mulutnya itu?
‘Itu dia.’
Jin Woo tampaknya menyesali kejadian yang terjadi, tapi dia lalu melupakannya. Dan kemudian, dia membersihkan debu dari tangan kirinya.
Kemudian, Sebuah suara memanggil Jin Woo dengan keras.
 “Hunter Sung!”
‘Ah.’
Jin Woo berbalik. Dia terlalu fokus pada patung malaikat dan lupa tentang patung-patung lainnya.
Semua patung itu saat ini mengikuti kehendak tuan mereka yang mati, dan menyerang para Hunter tanpa ampun.
 “Hunter Sung Jin Woo!”
Choi Jongin berusaha menjaga patung-patung itu, dan dia meminta bantuan Jin Woo. Pada saat itu, patung-patung batu sedang berkumpul bersama.
Thud!
Woo Jincheol lalu terjatuh, ketika dia ditabrak patung. Mencoba menjaga keseimbangan dengan kakinya yang berayun, dia melirik ke samping.
Itu adalah pemandangan darah dan keringat, ketika para Hunter mencoba bertarung melawan patung-patung yang datang dari segala arah.
Pikirannya menjadi kosong.
‘Tapi..’
‘Apa yang aku lakukan.’
 “Oh.”
Ketika dia sadar, sebuah patung tepat di depannya. Dia memeriksa apa yang mengenai dagunya. Itu adalah buku tebal, yang sama tebalnya dengan beberapa ensiklopedi yang ditumpuk.
Buku itu terbuat dari batu, dan ketika menabraknya, kepalanya bergerak menjauh.
‘Tidak… Apa buku sejak awal dianggap sebagai sebuah senjata?’
Meskipun itu adalah momen yang singkat, dia tertawa terbahak-bahak. Ketika dia ingat menonton acara TV yang menceritakan hukum.
Bagaimanapun juga, dia tak memiliki kekuatan untuk menghentikannya, atau kekuatan untuk menghindarinya.
Dia tak lagi memiliki kekuatan untuk melakukan serangan balik. Jadi, dia membiarkan dirinya tersenyum untuk pasrah menerima serangannya.
Bang!
Patung yang menyerangnya terbelah dua, dan dia dibuang seolah-olah tersapu oleh ledakan.
“Eh …”
Woo Jincheol berjinjit. Dia berkedip dan menggelengkan kepalanya, ketika dia melihat wajah yang sudah dikenalnya.
“Tak masalah.”
“Ah..”
Tak ada yang lain selain desahan. Pria itu adalah Sung Jin Woo. Woo Jincheol yang terkejut melihatnya, nyaris tak bisa berkata-kata.
 “Hanya dengan tangan kosong ?”
“Ayo kita bicarakan nanti.”
Woo Jincheol lalu berlari di belakang Jin Woo.
Kemudian setelah cahaya, dia melihat sesuatu yang mengkilap muncul di tangan Jin Woo. Itu adalah ‘Devil King’s Dagger’.
‘Ini dia!’
Jin Woo meraih Dagger. Menggunakan ‘Power of Ruler’ dan belati ditarik ke tangan.
Chuck..
Cengkeraman pada senjata selalu luar biasa.
Bang!
Jin Woo lalu menendang patung batu keluar dari jalan, dan mulai mengiris patung-patung yang sedang bertarung dengan para Hunter lain.
“Hah.”
Lalu, dia menarik napas panjang. Woo Jincheol merasa sendirian dalam kelambatan waktu. Jin Woo telah menghilang, dan bahkan para Hunter rank tinggi tak bisa melihat gerakan yang menghancurkan patung-patung batu.
Persetan!
Tuk!
 Empat patung batu runtuh pada saat bersamaan. Hunter yang menerima bantuan Jin Woo, nyaris lolos dari kematian dan membuka mulut mereka yang lebar, karena terkejut.
“Eh …”
Woo Jincheol yang baru saja mendekati mereka, berbicara pelan.
“Hanya itu yang bisa aku katakan.”
“Ya.”
Para Hunter lain mengangguk.
“Aku juga sama.”
Dia telah menyaksikannya beberapa kali, tapi satu-satunya hal yang bisa ia lihat adalah bayangan kabur.
Woo Jincheol tersenyum dan menggigit sebatang rokok. Seorang Hunter yang merupakan anggota tim pengintai berdiri di sampingnya.
“Tuan, apa kau yakin tak apa-apa untuk melakukan ini?”
“Kenapa?”
“Sekarang, Hunter Sung sedang bertarung dengan para monster …”
Anggota tim pengintai beralih ke Jin Woo.
“Eh …”
Woo Jincheol menyerahkan sebatang rokok ke rekannya, dan bahkan menyalakan rokoknya itu sendiri.
“Bisakah kamu melihat gerakannya?”
“Aku tak bisa …”
“Jadi aku akan merokok dengan tenang di sini saja.”
“Ya.”
Para Hunter berkumpul di sekitar Woo Jincheol, sambil memandang Jin Woo dengan kagum. Rokok Woo Jincheol dengan cepat habis. Dan entah kenapa hidungnya terasa gatal.
‘Aku tak tahu, berapa kali aku berpikir akan mati di sini.’
Ada perasaan lega dan gembira, saat dia melihat Jin Woo yang menyapu monster yang tampak seperti dinding yang tak bisa ditembus.
“Kamu menangis, Tuan?”
“Tidak,sial. Itu karena panas rokok ini.”
“Aku juga merasakannya.”
“Aku juga.”
“Aku juga.”
Mata semua orang berlinangan air mata karena rokok.
Bang!
Son Keehoon yang memblokir tinju patung dengan perisai, batuk darah.
“Cough.”
Lututnya gemetaran. Tanpa Healer, dia harus menghadapi sendiri goncangan itu, tapi ini terlalu berlebihan.
“Whoa … whoa.”
Ketika dia berjuang untuk menoleh, dia bisa melihat para Hunter tetap diam.
‘Tidak.’
Sekarang dia berpikir, hanya dia sendiri yang akan menerima semua serangan sendirian dan dia akan berlumuran darah. Dan tak ada orang lain yang akan membantunya?
Son Keehoon lalu menggelengkan kepalanya dan berkata.
“Apa yang kalian lakukan, kalian semua?”
Atas pertanyaannya, para Hunter menunjuk ke atas secara serempak. Son Keehoon lalu mengangkat perisainya dengan kuat, mengira jika serangan akan datang dari atas.
Tapi, serangan itu tak datang.
 ‘..…?’
Kalau dipikir-pikir, ruangan tiu dengan anehnya sudah sunyi untuk beberapa waktu.
 ‘Apa?’
Dia lalu melirik ke sekeliling di bawah perisainya, dan semua patung di dekatnya sudah jatuh.
“Apa?”
Terkejut, dia menurunkan perisainya. Lalu dia bisa melihat seluruh ruangan. Dia bisa melihat pemandangan di mana patung yang menjulang setinggi bangunan, dan Jin Woo saat ini sedang memanjat di bahunya.
“Eh …”
Sebelum Son Keehoon bisa terkejut.
Boom!
Tinju Jin Woo meniup setengah wajah patung besar itu. Patung tanpa kepala itu lalu mulai terhuyung.
“Uh? Uh.”
Merasakan energi yang tak biasa, Son Keehoon melompat tiba-tiba. Ketika dia melihatnya lagi, patung itu sudah jatuh, di tempat ia berdiri sedetik yang lalu.
Thud!
Debu memenuhi seluruh ruangan.
Cough!
Choi Jongin yang batuk karena debunya mendekati Cha Haein.
“Hunter Cha.”
“Bos?”
“Apa kamu baik-baik saja? Bisakah kamu berdiri?”
Dia menggelengkan kepalanya, saat dia berbaring dan mengerang. Setiap bagian tubuhnya memar.
Choi Jongin mengerutkan kening dengan sedih melihatnya.
“Aku akan membantumu. Ayo berdiri dengan hati-hati,”
Jin Woo selesai menangani semua patung, dan berdiri di samping Choi Jongin yang sedang mencoba untuk mendukung Hunter Cha Haein.
“Bolehkah aku membantu Nona Cha?”
“Ya?”
Choi Jongin mengangkat kepalanya ke arah suara. Pada saat itu, dengan sedikit berdeham, Cha Haein merasa seperti dia mendorong tangannya. Dan Choi Jongin menjawab dalam sekejap.
 “Oh, ya. Tentu.”
Jin Woo lalu memeluk Cha Haein dengan cepat.
Wajah Cha Haein saat ini berlumuran warna merah.
 “Tunggu sebentar.”
Jin Woo bergegas ke pintu masuk, dan menendang pintunya.
Bang!
Pintu yang terkunci hancur dalam satu tendangan.
Sebelumnya itu bahkan tak bisa bergerak, tak peduli berapa banyak Hunter lain mencoba. Tapi sekarang, itu sudah hancur.
Jin Woo dengan hati-hati meletakkan Cha Haein di luar dan membuka ‘Shop’.
‘Dia dalam kondisi buruk.’
Gulp.. Gulp..
Lukanya sembuh dengan cepat.
“Bagaimana…”
“Ssst.”
Jin Woo membuatnya diam.
‘Bukankah sudah waktunya untuk menjelaskan semuanya sekarang?’
Para Hunter keluar dari ruangan.
Semua orang terlihat kesakitan, tapi Jin Woo tak melihat jika orang lain benar-benar membutuhkan pertolongan pertama.
Jadi dia menutup Shop.
Para Hunter lainnya tak tahu tentang keberadaan Potion itu, dan ketika mereka melihat Cha Haein berdiri, mata mereka bergetar.
 “Apa? Cha Haein beberapa saat yang lalu …”
“Itu …”
Dia melirik wajah Jin Woo dan berbalik untuk menjawab dengan santai.
“Ini bukan waktunya untuk menjelaskannya. Ayo kita keluar, dan membicarakannya nanti.”
Semua Hunter setuju dengan itu.
“Apa masih ada yang selamat?”
Dia bertanya pada Jin Woo yang memiliki skill deteksi terbaik. Jin Woo melihat ke dalam dan menggelengkan kepalanya.
Ada tujuh belas orang berdiri di luar.
Lebih dari setengah dari Hunter yang masuk ke dalam, sudah terbunuh. Sukacita hidup tiba-tiba menjadi khusyuk dari para Hunter yang selamat.
“Begitu…”
Berbalik dengan wajah tegas, Jin Woo meraih pergelangan tangan Cha Haein.
Cha Haein memandang Jin Woo.
Guild Hunters menemukan tempat ini untuk menyelamatkan dirinya. Tapi Jin Woo malah mengajukan satu pertanyaan lain.
“Yah… apa yang terjadi dengan Jepang?”
Jin Woo datang ke sini tepat sebelum Dungeon Break S-Rank, dan dia ingin tahu tentang berita di Jepang. Dan Cha Haein ragu untuk menjawab, tapi dia tetap menjawabnya.
“Itu gagal.”



< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "SL_164"