SCG_001

1. Prolog
“Puhak!”
Darah berceceran di mana-mana. Tatapan bingung seorang
wanita, jatuh ke tombak yang menusuk dada kirinya. Ketika dia merasakan
dinginnya pisau yang seolah menembus jantungnya, pupil matanya bergetar, ketika
tubuhnya perlahan kehilangan kekuatan.
Saat wanita itu terjatuh ke tanah, seorang yang sedih
bergegas ke punggung si spearman yang menyerang si wanita.
Kedua tombak mereka saling beradu.
Si spearman dikejutkan oleh seberapa cepat suara senjata yang
mendekatinya.
Pria itu adalah dia, si manusia Earth. Tombak musuh dengan
cepat berputar, digantikan dengan ayunan tinjunya ke musuh yang ada di belakang
punggungnya.
Si spearman berhasil menghindar dan membalas. Tombak itu tak
dihentikan, namun si pria mengayunkan tinjunya yang berdarah, sekali lagi.
Pow!
Kepala musuh terpental dalam sekejap. Bahkan kemudian, si pria
tidak berhenti. Sekali, dua kali, tiga kali….
Dia meraung dan berteriak, sambil membenturkan kepala spearman.
Sampai akhirnya, dia menghancurkan tengkorak dan otak prajurit itu
berkeping-keping.
Saat itulah, dia menghentikan tinjunya, dan melihat
sekeliling dengan sepasang mata merah. Dia mengambil tombaknya yang sempat
terlepas. Kemudian, dia menendang tanah basah yang bercampur cairan otak dan
daging manusia yang menjijikkan.
Pria itu menyerupai iblis yang berputar-putar ke dalam kabut
abu…
***
“Puhak!”
Wanita lemah itu mengeluarkan batuk kering. Dia berkerut,
karena bau darah di daerah itu. Tapi kerutannya hanya bertahan sesaat. Dia mengangkat
kepalanya dan mengamati sekelilingnya.
"Apa ada seseorang di sana?"
Hanya embusan angin suram yang bertiup.
‘Apakah semua orang…
mati?’
Dia menunggu, tapi tak ada jawaban kembali.
“Kuk.”
Dia mendadak terkekeh dan mulai bersenandung, seolah dia menyanyikan
lagu pengantar tidur.
"Mati, mati, semua orang mati …."
Dia melihat mayat yang terbakar di dekatnya, dan berpikir
itu terlihat lebih baik daripada yang lain. Di tempat lain, segumpal daging
yang dulunya manusia, mengambang di genangan darah. Dia melihat sekeliling
sekali lagi, ketika rasa kecewa muncul pada ekspresinya.
Tenggorokannya sakit.
Dia entah bagaimana berhasil mengangkat bagian atas tubuhnya,
sebelum mengeluarkan air liurnya. Kulitnya sedikit lebih cerah, sebelum dia
menatap langit yang jauh, dengan pandangannya yang kabur.
'Bagaimana…
Bagaimana dia berakhir
seperti ini?’
Suatu hari, ras alien muncul di dunia miliknya. Meskipun
baru diketahui kemudian, ras ini telah diusir dari dunia asalnya. Setelah menderita
kekalahan telak, mereka telah berkeliaran tanpa tujuan di luar angkasa untuk
waktu yang sangat lama, sebelum menyerang balik planetnya.
Untuk menjadi tuan barunya.
"Mereka yang terbelakang."
Wanita ini adalah putri kerajaan tertentu, yang berada di bawah
Kekaisaran. Dia berusia enam tahun, ketika dia mendengar berita tentang
penampilan ras alien. Dan dia berusia sepuluh tahun, ketika dia mendengar
berita tentang Kekaisaran runtuh.
Meskipun dipuji sebagai 'Never Setting Sun' untuk teknologi
dan teknik sihir luar biasa mereka, Kekaisaran yang Mahakuasa telah jatuh,
dalam waktu kurang dari empat tahun.
Segera, ras alien melahap Ketua Dewa yang disembah
Kekaisaran, dan mengubah tanah subur menjadi hutan belantara tanpa pemilik.
Itu mungkin, ketika semuanya sudah dimulai.
Karena tak memiliki Tatanan Dewa, planet ini menjadi mangsa
banyak ras lain, yang telah mengincar planet ini untuk mendapat kesempatan
menerkamnya.
Ras alien yang menyerang pertama kali, menempatkan
pemimpinnya sebagai Ketua Dewa yang baru, dan memulai invasi berdarah ke
seluruh planet ini. Saat itulah, ras alien baru mulai muncul satu per satu.
Satu muncul atas nama 'survival', satu lainnya di bawah
panji 'conquest'….
Mengingat peristiwa masa lalu, sang putri terkekeh lemah.
Tanah yang pernah diperintah oleh umat manusia, sekarang menjadi medan perang
bagi beberapa ras asing.
Didorong di sekitar sini, didorong ke sana. Penduduk asli terus
beralih ke lilin yang bergejolak, ditiup angin.
Tapi, yang menyertai kemunculan ras-ras asing ini adalah tujuh
dewa yang tak dipilih, yang dilahirkan bersama dengan kelahiran planet ini.
Tujuh dewa berjanji untuk membantu manusia yang masih hidup, dan manusia berjanji
untuk menyembah mereka sebagai imbalan.
Jadi, kesepakatannya tercapai. Tapi yang mengejutkan para pemujanya,
bantuan dari para dewa ini datang dengan cara yang aneh.
Metode mereka melawan adalah membentuk pasukan dengan
memanggil ras lain, yang paling mirip dengan penduduk dunia.
Tak ada pilihan lain.
Bahkan Kekaisaran yang perkasa, digulingkan dalam waktu
empat tahun. Jadi, bagaimana mungkin kerajaan yang melayani di bawahnya,
melawan ras alien?
Selain itu, populasi manusia telah jatuh secara drastis,
karena perang.
"Bajingan-bajingan sialan itu."
Sang putri meludahkan kutukan, saat dia menatap kosong ke
langit.
"Kami seharusnya tak memercayai mereka sejak
awal."
Sebenarnya, pada awalnya itu tak begitu buruk. Earthling
pertama dipanggil untuk membantu manusia dan mereka tumbuh dengan kecepatan
yang mengejutkan, di bawah perlindungan ilahi para dewa.
Namun, ketika pengaruh mereka tumbuh dan secara bertahap
melebihi pengaruh manusia, situasinya mulai berubah.
Ada banyak alasan.
Beberapa membentuk kelompok berdasarkan kewarganegaraan,
beberapa berdasarkan warna kulit mereka, beberapa berdasarkan agama, dan
sebagian oleh politik.
Pada akhirnya, 'Spider' adalah masalahnya.
Penyebarannya di antara orang-orang Earth, mulai menyebabkan
keretakan dalam hubungan kerajaan yang pernah bersatu. Aliansi yang dibentuk di
bawah keinginan untuk bertahan hidup, pecah berkeping-keping. Dan konflik
internal yang terjadi, kemudian secara alami melemahkan kekuatan mereka.
Ada beberapa manusia yang bahkan memberontak melawan
dewa-dewa baru.
Sungguh tak terduga.
Tapi, apakah hanya itu saja?
Pada akhirnya, mayoritas penduduk Earth menolak untuk
berpartisipasi dalam pertempuran terakhir. Mereka dengan dingin mengabaikan
permintaan putus asa penduduk dan kembali ke dunia asal mereka.
**(gampangnya, ada 2 macam manusia. Pertama, manusia dari
dunia parsial (putri, spearman, dll) yang menyembah dewa. Kedua, manusia
undangan yang berasal dari Earth.
Selanjutnya ada makhluk asing yang membunuh dewa. Untuk
bertahan, dewa menciptakan kaki tangannya (Earthling) utk membantu manusia
dunia parsial.)**
Inilah sebabnya, mengapa kemarahan mendidih di dalam hati
sang putri.
"Anak-anak…"
Dia ingin mengutuk sekali lagi, tapi dengan cepat menutup
mulutnya.
Splash… splash…
Suara lembut bergema di tengah-tengah gunungan mayat, yang
perlahan-lahan mendingin. Suara itu mendekatinya, tapi berhenti sedikit di
sebelah kanannya.
Berdiri di sana, ada mayat yang terluka berat.
[Luar biasa.]
Di depan mayat itu ada shadow besar, yang tak bisa
dijelaskan dengan kata-kata.
[Benar-benar menakjubkan! Aku tak menaruh banyak harapan. Tapi,
untuk berpikir kamu selamat dari pertempuran berdarah ini…]
‘Earthling?’
Seolah menjawab pertanyaan sang putri, pria yang terluka itu
mengangkat kepalanya. Emosi yang kuat melonjak dalam hati sang putri, tapi dia
tak punya pilihan, selain menelannya kembali.
Keadaan orang Earth itu mengerikan sedemikian rupa, sehingga
dia ingin mengalihkan pandangannya.
Jumlahnya mungkin sangat kecil, tapi itu seolah-olah tak ada
penduduk Earth yang berpartisipasi dalam pertempuran. Keadaan orang yang terluka
berat itu jelas menunjukkan, jika dia telah memenuhi tugasnya di medan perang
ini.
Ketika sang putri berpikir sejauh ini, dia mulai mendapatkan
rasa simpati. Pada saat yang sama, dia merasa itu memalukan.
"Seandainya saja, semua penduduk Earth lainnya seperti
dia …."
[Aku ingin lebih memuji prestasimu, tapi kamu tak punya
banyak waktu tersisa.]
Suara bernada rendah menghantam telinganya.
[Karena kamu menepati janjimu, sudah saatnya aku menepati
janjiku. Katakan padaku, apa yang kamu inginkan?]
Saat shadow terbenam di mata pria itu, matanya yang lemah
memandang ke depan. Ketika dia membuka mulutnya, dia menyemburkan
potongan-potongan organnya bersama dengan seteguk darah. Suaranya sepertinya
hilang, karena hanya suara angin yang melewati tali suaranya yang keluar.
[Kamu tak harus berbicara. Aku bisa membaca pikiranmu… Jadi,
kamu ingin dihidupkan kembali?]
Sang putri hampir tertawa.
Ingin dihidupkan kembali?
Apa gunanya itu?
Semuanya sudah berakhir.
[Tidak? Betapa bodohnya, hidupmu tergantung pada seutas
tali. Lalu apa yang kamu inginkan? Jangan katakan, kekayaan? Hormat? Dalam
situasi ini?]
"…."
[Apa?]
Tiba-tiba, nada shadow naik.
[Kamu ingin memulai kembali?]
Sensasi tak menyenangkan tiba-tiba muncul di hati sang
putri.
[Mustahil!]
Suara marah mengguncang tanah.
[Bahkan dengan prestasimu, bagaimana mungkin untuk
membalikkan waktu !? Kamu ingin mengembalikan semuanya seperti semula, dengan
apa yang telah kamu capai?]
"…."
[Bodoh! Itu mungkin saja, jika kamu mencapai prestasi hari
ini puluhan kali lebih banyak. Tapi dalam kondisi saat ini, aku tak dapat
mengabulkan keinginanmu. Jangan pikirkan jiwamu, bahkan satu bagian pun dari
tubuhmu tak dapat dikirim kembali!]
"…."
[Hebat! Mengingat jika hidupmu akan segera berakhir, dan
prestasi yang telah kamu capai sampai sekarang, aku akan menahan diri. Katakan
keinginan lain.]
Kemudian, keheningan berat turun.
[Mengapa kamu membuat keinginan seperti itu?]
Apakah shadow itu tergerak oleh pandangan menyedihkan dari
pria yang menundukkan kepalanya?
Suara itu bergema di telinga sang putri yang sedikit
melunak.
[Nak, cepat katakan
sebelum rohmu hilang. Jika itu benar-benar keinginanmu, kamu dapat bertanya
lagi di masa depan, setelah kamu menyelesaikan lebih banyak prestasi. Meskipun aku
tak bisa mengatakan, jika itu mungkin terjadi.]
Bahu pria itu sedikit naik. Dia tampak terkekeh. Sudah
merupakan keajaiban, hanya untuk bisa selamat dari pertempuran ini. Tapi, dia
harus mencapai prestasi lagi, yang setara dengan lusinan prestasi yang sudah dia
capai?
Pria itu, sang putri, dan pemilik suara itu, semua tahu jika
itu tak mungkin.
Pria itu mengangkat kepalanya sedikit. Mulutnya bergerak
sedikit.
[Ingatanmu?]
"…."
[Kamu ingin kenanganmu saat ini…]
"…."
[Karena kamu tak dapat mengirim kembali jiwa atau ragamu, kamu
ingin mengirim kembali kenangan yang kamu rasakan di sini?]
Shadow itu tampaknya terkejut, karena keheningan turun lagi.
[Mengirim kembali kenangan berdasarkan ingatan …. Tentu
saja, kenangan hanyalah pikiran dari emosimu.]
Setelah diam lama, suara itu menjawab.
[Tapi itu pun sulit.]
Meskipun hanya sesaat, mulut pria yang sekarat itu berputar.
[Aku benar-benar minta maaf.]
Itu dia.
Bahu pria itu berhenti bergerak.
*Duug.*
Kepalanya terjatuh, tak pernah bangkit lagi. Persis seperti
itu, dia berhenti bergerak.
[Betapa bodohnya…]
Tiba-tiba, benda seperti tangan keluar dari shadow.
Seolah-olah itu telah menderita kerugian besar, benda itu perlahan membelai
kepala pria itu.
"Aku mengerti."
Sang putri yang telah menyaksikan adegan ini terbuka, berbicara.
Shadow itu menghentikan tangannya.
[Kamu adalah… keturunan Keluarga Kerajaan.]
"Itu benar, wahai Yang Mulia, Gula."
Sang putri menyeringai, seolah bertanya mengapa itu penting.
“Kerajaan telah jatuh. Gerbang pasti sudah diambil alih
sekarang juga. Dengan semua yang dia alami, bukankah lebih baik mati? Meskipun Oath/Sumpah
akan menyebabkan dia kehilangan ingatannya. Itu hanya akan membuat akhir ini lebih
bersih. Dia akan memiliki tempat untuk kembali. "
[Tidak, anak ini tak ingin kembali.]
Nada suara yang berat menyebabkan mata sang putri melebar.
[Dia bilang, dia tak akan punya tempat untuk kembali ke
rumah, bahkan jika dia kembali.]
"Tempat untuk kembali ke rumah…"
Kata-kata itu menggerakkan hati sang putri. Mungkin, dia
merasakan rasa persahabatan. Dengan keruntuhan kerajaan, dia juga tak punya
tempat untuk kembali ke rumah. Meskipun beberapa manusia pasti akan selamat,
nasib mereka tak akan berbeda dengan budak.
Bagaimanapun juga, manusia tak bisa menjadi pemenang perang
ini.
"Lalu, mengapa kamu tak mengabulkan
permintaannya?"
Gerutunya yang tenang, membuat shadow tersenyum.
[Omong kosong. Semua akibat/hasil harus mengikuti sebab. Tak
peduli apa pun yang terjadi, keinginan anak ini akan mengganggu masa lalu.]
Sang putri tertawa kecil. Dia tak bisa mengerti, dia juga tak
mau. Itu hanya terdengar seperti alasan.
[Prestasinya tak cukup untuk menjadi suatu penyebab untuknya.]
"Kamu mengatakan itu, tapi sepertinya kamu sedikit
menyesali itu."
[Bagaimana tidak? Anak ini pada awalnya dilahirkan dengan
nasib seorang Messenger.]
"Messenger?"
Sang putri terkejut. Para Messenger adalah para utusan yang
melakukan kehendak tujuh dewa. Mereka adalah tujuh pemimpin yang dipilih, untuk
bertarung melawan monster yang mengancam dunia.
Masalahnya adalah, pria itu adalah satu-satunya dari mereka
yang berpartisipasi dalam pertempuran ini.
[Benar, dia bersinar lebih terang daripada bintang-bintang
lainnya. Kalau saja dia tak merusak segalanya, dengan tangannya sendiri…
Mengapa manusia hanya belajar untuk menyesal, setelah semuanya terlanjur
terjadi?]
Kegelapan menjadi semakin sunyi.
Sang putri juga menutup mulutnya. Dia telah berbicara,
karena dia tak ingin mati sendirian. Meskipun dia sadar kembali untuk sesaat,
dia tahu dari saat dia membuka matanya, jika dirinya tak akan hidup lama.
Mata sang putri tertuju pada pria yang sudah meninggal itu.
Akhir hidupnya yang hina semakin menyedihkan.
Dia tak memiliki cara untuk mengetahui secara pasti. Tapi,
jika dia ingin pembalikan waktu, dia pasti telah hidup melalui situasi hidup
atau mati, dengan kondisi yang luar biasa. Tapi, bahkan itu belum cukup untuk
mengabulkan keinginannya.
Dia telah bertarung seperti anjing dan mati seperti anjing,
tanpa menerima kompensasi apa pun.
"Oh Gula Yang Mulia."
Setelah beberapa saat ragu, sang putri menggeledah sakunya.
"Tolong kabulkan permintaan penduduk Earth ini."
[Mm?]
"Sumpah Kerajaan… Kamu belum melupakannya, kan?"
Kebingungan singkat shadow menghilang, dan dia berhenti
berbicara.
[Itu adalah….]
Di dalam telapak tangan sang putri yang terbuka lebar, ada
sebuah kalung yang dibuat dengan indah. Meskipun berlumuran darah, keindahan
aslinya tak bisa disembunyikan, karena bersinar terang.
"Dengan sumpah yang kamu buat untuk ayahku dan pencapaian
orang ini. Bukankah itu cukup untuk mengabulkan harapan terakhirnya? Bahkan
jika membalikkan waktu itu sulit. ”
[Apak kamu punya alasan, untuk sesuatu sejauh ini?]
"Tentu saja."
Ketika Earthling menyeberang ke dunia ini, Keluarga Kerajaan
juga berjanji untuk menghargai mereka atas upaya mereka untuk melindungi
manusia. Sang putri tak punya keinginan untuk berpikir, tentang bajingan yang
melarikan diri dari pertempuran terakhir. Tapi, orang Earth di depannya tetap
tinggal sampai akhir.
Karena dia telah memenuhi tugasnya, sudah waktunya bagi dirinya,
sebagai sang putri, untuk menghormati janji Keluarga Kerajaan. Ditambah lagi,
ini adalah kebanggaan terakhir yang bisa ia pertahankan, sebelum mati.
[Tapi, aku bisa mengabulkan keinginanmu sendiri.]
"Apa yang bisa kamu lakukan untukku?"
Sang putri tertawa terbahak-bahak.
Satu hal yang ia pelajari dari perang yang panjang ini
adalah, bahkan para dewa pun tak Maha kuasa. Apa yang bahkan dia harapkan, di
dunia yang terkutuk ini?
[Aku akan mengatakannya lagi. Anak ini tak bisa kembali.]
[Hanya perasaan kerinduan dan penyesalannya… Bahkan itu tak
akan terukir di benaknya, dan hanya berlalu seperti mimpi singkat.]
[Dia mungkin akhirnya memperlakukannya seperti mimpi yang tak
penting, dan melupakan semua itu.]
[Satu hal yang aku yakin adalah jika kamu dan dia akan mati
di tempat ini. Apakah kamu akan mengatakan itu baik-baik saja?]
Suara shadow menghantam telinga sang putri beberapa kali,
seolah menegaskan kembali keinginannya. Itu akan bohong, jika dia bilang tak
punya pemikiran ulang.
Tapi… dia kelelahan.
Perang telah berlangsung terlalu lama, terlalu lama.
Meskipun dia bertahan selama ini sebagai salah satu penguasa negeri ini, dia
sekarang ingin beristirahat. Kembali ke kehampaan dan jatuh ke dalam tidur yang
kekal. Itu tak terdengar terlalu buruk.
"Seandainya, saja semua penduduk Earth sepertimu
…."
Kemudian, dia tak akan menyesal.
[Kamu ingin mengabulkan keinginannya sebanyak itu? Bahkan
dengan mengorbankan apa yang telah menjadi hakmu?]
Senyum terbentuk di bibirnya untuk pertama kalinya.
"Ya."
Akhirnya, keinginan itu telah diputuskan.
[Kalau begitu, baiklah.]
Putri bisa merasakan sesuatu seperti sepasang sayap terbuka
lebar dari shadow.
[Mendekatlah, anakku.]
Tiba-tiba, tubuhnya berubah ringan seperti bulu. Pada saat
dia menyadari hal ini, penglihatannya menjadi setengah kabur.
Dunia berputar, dan sesuatu yang tak dikenal muncul di
matanya.
Hal terakhir yang harus dilihatnya adalah…
[Aku tak bisa menunggu…]
Fragmen biru naik di atas pria itu…
[Sampai aku bertemu kalian berdua lagi.]
Dan shadow tertawa dalam sukacita.