Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

UG_002

gambar

Unlucky Game

UG_002

 

2. ID Name Azvein

 

Sesuai saran pengacara ayahnya, Bagas akhirnya memindahkan barangnya yang tersisa ke rumah kakeknya. Ternyata, ayahnya diam-diam telah merawat rumah itu, dengan menyewa seseorang yang tinggal di sana.

Awalnya, dia kira rumah itu akan terbengkalai. Ternyata, rumah itu sangat nyaman. Dan dia tahu, jika pak Raden yang membersihkan rumah itu, punya hutang budi besar terhadap ayahnya.

Namun, sayangnya, dia harus tetap bolak-balik Tangerang-Jakarta, untuk tetap bekerja dan menjenguk kakaknya di rumah sakit.

Seiring berjalanan waktu, dia telah mulai bisa bangkit, dan bekerja di sebuah restoran sebagai pelayan. Dan dia juga sudah bisa membuat dirinya untuk menatap masa depannya dengan sedikit optimis.

Setahun telah berlalu sejak kejadian itu. Tapi, kehidupannya masih terasa berat. Karena gajinya sebagai pelayan, tak mencukupi untuk pembayaran biaya rumah sakit kakaknya, yang sebesar 10 ribu perbulan.

Untungnya, 10 ribu perbulan itu bisa diperingan, berkat asuransi milik ayah dan ibunya, yang telah diurus oleh pak Zaky. Sehingga, dia hanya dibebankan 5 ribu perbulan.

Lagi pula, dia punya uang haram yang ia miliki dari bajingan itu. Sehingga, dia bisa survive sedikit lebih lama. Namun sebenarnya, dia merasa jijik untuk menggunakannya. Tapi, dia tak punya pilihan lain.

Lalu, dia juga bekerja part-time di mini-market untuk meminimal waktu nganggurnya. Sehingga, setidaknya, dua kali gajinya di sini ditambah dengan satu kali gajinya dari restoran, bisa menutupi biaya bulanan kakaknya.

‘Setidaknya, aku masih bisa hidup empat bulan lagi.’

Ujarnya saat berjalan menuju MRT, yang akan membawanya pulang ke Tangerang.

Namun, dia berhenti di depan sebuah warnet.

‘Oh… sudah berapa lama aku tak bermain itu?’

Dia melihat jam di hp-nya yang retak.

21.30

“Masih bisa satu jam.”

Dia melangkahkan kaki menuju ke dalam. Namun, itu hanya beberapa langkah saja.

Dia melihat ada sepuluh kapsul besar yang berjejer dengan rapi. Dia tak mengerti apa itu. Lalu, dia berjalan mendekat ke kasir.

“Mbak, komputernya ada yang kosong?”

Wanita itu melihat ke layar. “Ketiga dari pojok kanan.”

Bagas mengangguk. Dia melangkah sebentar, sebelum berbalik.

“S-satu jam-nya berapa mbak?”

“10 rupiah.”

‘Oh… naik sedikit.’

Lalu, matanya melirik ke kapsul itu.

“Kalau yang itu?”

“200 rupiah.”

Matanya langsung terbuka lebar.

“Apa?!”

Wanita itu menatap dengan aneh.

“Maaf?”

“Oh, tidak.”

Dia langsung berbalik dan menuju ke barisan computer itu. Di sana, ada pemandangan yang sama. Satu layar besar yang dikerumuni beberapa orang.

‘Apa yang mereka lihat?’

Bagas mendekat.

‘Game apa itu?’

Dia melihat jika ada pertempuran yang sangat hebat, ketika ada beberapa orang yang sedang melawan satu monster besar yang sangat gesit.

Pemandangannya terlihat realistis dan banyak skill yang memanjakan mata.

Kemudian, Bagas bertanya pada lelaki di sampingnya.

“Maaf. Itu game apa?”

Lelaki itu melihat dengan tak percaya.

“Hah?!”

Dia menggaruk belakang kepalanya.

“Maaf, aku baru datang kemari. Aku dari desa.”

“oh… ini Throne of Paradise.”

Dia sepertinya telah mendengar kalimat itu di suatu tempat.

Melihat pemuda di sampingnya yang masih termenung, lelaki itu mengerti jika bagas memang seperti dari daerah terpencil.

“Ini game virtual reality. Kalau kamu mau main, kamu harus menyewa kapsul itu.”

Tunjuknya pada kesepuluh kapsul di depan.

Bagas mengangguk paham dan membiarkan lelaki itu kembali melihat layar itu.

‘Semuanya terlihat realistis, fps dan gameplay terlihat nyata. Tapi sayang… sewa-nya sangat mahal.’

Dia kemudian menarik diri, dan menuju tempat kosong itu.

Setelah menyalakan computer, dia melihat jika aplikasi game yang ia inginkan ada.

Chaos of Heroes.’

Dia kembali membuka game favoritnya itu.

Setelah setahun lebih, akhirnya dia bisa sedikit bernafas lega dengan hidupnya. Sehingga akhirnya, dia bisa melihat kembali kesenangan masa lalunya, yang telah tertorehkan tinta emas di sana.

Setelah memasukkan email dan sandi, dia mulai nostalgia tentang game yang telah membuatnya bahagia.

Dia menuju ke Event dan kolom Dungeon.

Ada beberapa dungeon baru di sana. Namun, untuk Dungeon tingkat kesulitan SS+ atau tingkat kesulitan tinggi, hanya ada satu tambahan baru. Dan di dungeon SSS+ atau kesulitan tertinggi hanya ada dungeon yang telah ditakhlukkan olehnya, di mana dia harus melawan Dragon yang dikendalikan Witcher.

Di ranking dungeon…

‘Kami masih berjaya.’

Walaupun sudah turun menjadi nomor 2. Party Zexal masih menorehkan rekor waktu terbaik di sana. Di atasnya, ada party yang bernama Black Lion.

Setelah menutup layar menu Dungeon, matanya segera tertuju pada bagian kanan atas. Di gambar pesan.

Di obrolan party-nya. Ada ribuan pesan yang sebagian besar telah terhapus otomatis oleh system, dan tidak menyisahkan obrolan lain, selain diskusi tentang Unicorn Inc yang akan mengakhiri masa update dari Chaos of Heroes, dan akan mulai memperkenalkan game virtual reality baru dengan judul Throne of Paradise.

‘Jadi… Throne of Paradise adalah buatan Unicorn Inc.’

Sementara di obrolan pribadi, yang biasanya akan tetap ada, ada puluhan pesan belum terbaca. Namun, hanya tiga pesan yang menarik perhatiannya.

Ya, itu adalah pesan dari anggota party-nya.

Pesan dari Amire:

[Hey, kamu di mana?]

[Halo?]

[Apakah party kita bubar?]

Hanya ada satu pesan dari Killer Black:

[Hey, ada apa denganmu?]

Terakhir, ada pesan dari Bunny Girl:

[Kamu di mana?]

[Apa ada masalah?]

[Kamu tak apa-apa kan?]

[Hey?]

[Azvein.]

[…]

[…]

Ada hampir 50 pesan darinya. Dan yang terakhir adalah yang membuat mata pemuda itu tertarik.

[Aku sudah bergabung dengan Black di Black Lion. Kami sudah memecahkan rekor kita. :D]

‘Oh… jadi mereka.’

Dan matanya terus melihat pesan dari gadis itu.

[Kami semua pindah ke Throne of Paradise, kalau kamu ingin mencariku, ID Name ku adalah: Bunny Girl]

“Hey… bukankah itu sama saja?”

Dia hanya tertawa lucu, melihat pesan itu.

Tangannya ingin membalas pesan itu, tapi dia segera menghentikannya, saat melihat tanggal pengiriman pesan itu.

‘Sudah delapan bulan yang lalu.’

Lalu, saat dia membaca pesan terakhir dari Bunny Girl, dia sedikit tertarik.

[Hey, cobalah Throne of Paradise, kamu tak akan menyesal.]

‘Yah… sebenarnya aku ingin mencobanya. Tapi, itu sangat mahal.’

***

 

Akhirnya, dia tak bermain Chaos of Heroes, dan hanya browsing-browsing acak. Karena dia merasa ‘sepi’ di sana.

Baru mendapat 20 menitan, dia akhirnya mematikan computer itu dan menuju kasir.

“Berapa mbak?”

“Hah?”

Wanita itu sedikit terkejut dengan kehadiran pemuda itu.

“Em…” dia menatap layar billing. “5 rupiah.”

Saat dia menatap jam di tangannya, dan melihat beberapa lembar uang ratusan rupiah di dompetnya, dia termenung.

‘Apa aku harus mencobanya, sekali-kali?’

Lalu, dia menggelengkan kepalanya.

‘Tidak… tidak… ini buat makan minggu ini.’

Melihat lelaki yang termenung di depannya, wanita itu bertanya pelan.

“Maaf? Apa ada masalah?”

“Uang makanku…”

“Hah?!”

Tak sadar gumaman lirihnya terdengar, Bagas segera meralat itu.

“Tidak… maksudku, apa ada kapsul yang kosong?”

Wanita itu melihat dengan sedikit curiga. Lalu, dia melihat ke layar.

“Ya.”

“B-bolehkah aku memesan satu?”

“Apa kamu yakin?”

Bagas terpana mendengar pernyataan aneh itu.

“Maaf?”

Wanita itu segera tertunduk dan menghalau wajahnya yang memerah agar tak terlihat.

“Tidak. Silahkan ke kapsul 7.”

Pemuda itu segera menuju ke kapsul yang dimaksud.

Saat menekan tombol hijau, ‘open’, kapsul itu segera terbuka. Kemudian, dia tidur di dalam, dan mengenakkan helm berkabel yang memiliki layar di sana. Kemudian, kapsul itu segera tertutup.

Lalu pemandangan di depannya menjadi gelap. Lalu, muncul pesan di depannya.

[Selamat datang di Throne of Paradise, jadikan kehidupanmu di dunia ini sebagai surga yang sesungguhnya. Lakukan apapun yang kamu mau. Termasuk mendominasi Paradise dan menduduki Throne yang telah memecah belah seluruh Paradise.]

Saat dia memikirkan kata ‘next’, pesan lain muncul.

[Mensinkronisasi data…

Anda baru pertama kali menggunakan kapsul game ini. Sehingga Anda diperlukan untuk membuat avatar yang sesuai dengan diri Anda sendiri.

Silahkan Edit avatar Anda.]

Lalu, muncul avatar dirinya di samping kanan. Itu sangat mirip dengan dirinya. Hal itu sedikit membuatnya terkejut.

‘Wow… hebat!’

Di samping kiri, ada berbagai hal yang tentang perubahan avatarnya. Mulai dari karakteristik wajah, hingga tubuhnya.

[pilih nama Anda:….]

Dia menyeringai pelan.

“Azvein.”

Setelah melihat-lihat, ada dua hal yang membuatnya tertarik.

[Pilih ras Anda: Human, Elf, Dwarf, Orc, Beast, Undead, Demon]

Namun, tiga ras terakhir masih berwarna hitam. Dan itu tak bisa dipilih. Akhirnya, dia memilih ras Human, karena statistik ras ini standar dan balance.

Selanjutnya adalah…

[Pilih kelas Anda: Warrior, Archer, Mage, Priest, Shaman, Assassins. (tersedia hanya setelah anda level 5)]

‘Jadi… aku tak bisa memilih kelasku sekarang.’

Setelah penampilan standar dan pakaian standar, dia segera melihat kotak ‘Finish’. Lalu, pemandangan sekitarnya menjadi terang dan menyilaukan.

Kemudian, dia tiba-tiba cahaya itu redup.

“Wow…”

Dia melihat kota yang indah dan luas. Banyak bangunan dari abad pertengahan, yang sangat menakjubkan baginya.

Saat dia menggerakkan tubuhnya, semua terasa seperti tubuhnya di dunia nyata. Bahkan, dia bisa merasakan jika nafasnya menjadi sesak, karena terlalu banyak bergerak.

“Dasar pemula.”

“Selalu saja sama.”

Awalnya, dia tak memperhatikan hal itu. Namun, saat dia mendengar seksama, dia bisa memahami perkataan semua orang.

“Apa?!”

Dia kaget, karena semua orang berbahasa Indonesia.

‘Ini sangat canggih. Pantas harga sewanya 200 rupiah… tapi… itu uang makanku seminggu…’

Saat memperhatikan sekitar, dia mendapatkan pesan.

[Apakah anda ingin melakukan tutorial dasar? Y/T]

Biasanya, dia akan menolak itu dan menjelajah sesuka hatinya. Namun, karena terbatas waktu, dia ingin memahami game ini secepat mungkin.

“Ya.”

[Semua hal yang harus Anda lakukan, cukup memikirkan apa yang anda inginkan. Sebagai contoh. Pikirkan statistik window, maka layar stats akan muncul. Cobalah.]

Tanpa membuang waktu, dia langsung memikirkan.

‘Statistik window.’

Lalu pesan baru muncul di depannya.

Nama

Azvein

Race

Human

Level

1

Class

Newbie

Fame

0

Title

None

 

Health Point

20

Mana Point

5

Strength

5

Agility

5

Endurance

5

Intelligence

20

Wisdom

5

Luck

5

 

‘Wow… ini sangat rendah…’

Selain HP dan Intelligence, semua statistik lainnya cuma berkisar di angka 5. Itu memang bukti nyata jika dirinya di dunia nyata, telah mengabaikan semua hal untuk hidupnya, selain makan dan berfikir untuk hari esok.

Ding!

Lalu, pesan lain muncul.

[Untuk menutup layar ini, silahkan pikirkan ‘close’.]

‘Close.’

Ding!

[Gerakkan tubuhmu layaknya tubuhmu di dunia nyata. Semua hal yang ada pada tubuhmu sudah diaplikasikan pada avatarmu. Sehingga, kamu tidak akan kesulitan untuk mengkontrol tubuhmu.]

[untuk informasi tambahan:

-Paradise memberlakukan waktu 3x lebih cepat dari pada dunia nyata.

-Akan ada penalty ketika Anda terbunuh. Yaitu, Anda dilarang login selama 24 jam.

-Pastikan untuk logout di tempat yang aman.]

‘Jadi, tiga jam di sini, akan sama dengan satu jam di dunia nyata.’

Ding!

[Apakah Anda ingin menuju Training Hall, untuk mengasah latihan basic? Y/T]

Setelah merenung, dia menjawab tegas.

“Tidak.”

‘Aku tak mau lama-lama tutorial. Aku harus bisa memahami semua sendiri, sebelum satu jam setengah ke depan. Aku harus cepat.’

Karena dia fikir jika telah cukup informasi yang ia miliki, dia segera menuju pada para pedagang.

‘Aku butuh quest.’

Dia berfikir, semua quest akan dimulai dari NPC. Karena dia berada di alun-alun, dia langsung menuju penjual buah.

“Permisi.”

“Ya?”

“Apakah ada yang bisa aku bantu?”

“Tidak. Jika kamu tidak mau membeli, pergilah!”

Dia diusir dari penjual buah. Kemudian, dia mencoba ke penjual lain.

“Irang lemah. Pergilah!”

“Pergi!”

“Kamu menghalangi pembeli, pergi!”

Semua orang telah mengusirnya. Bahkan, dia tak bisa menemukan satu orang pun yang bisa ia ajak bicara.

Lalu, sebuah pemikiran terlintas di benaknya.

‘Apa aku harus ke training hall dulu?’

Dia merasa menyesal, karena tak melakukan hal itu sejak awal. Namun, karena dia sudah bertanya satu-persatu pada setiap NPC, dia kehabisan waktu.

‘Sudah hampir satu jam setengah.’

Azvein segera mencari tempat yang sepi untuk logout. Ya, dia ingin berhemat 100 rupiah, demi uang makannya.

Setelah mencari gang sepi yang tak ada orang, dia segera memikirkan kata,

‘Logout.’

Lalu, pemandangannya berubah cerah lagi. Dan akhirnya pemandangan gelap muncul, lalu, celah kapsul terbuka mulai terlihat.

‘Oh, selesai juga.’

Bagas segera keluar dari kapsul, dengan perasaan bahagia. Dia tak menyangka, jika perkembangan teknologi sudah semaju ini. Apalagi, Paradise telah berubah menjadi surga yang sesungguhnya. Hingga, dia merasa betah untuk tinggal di sana.

Lalu, dia berjalan menuju kasir.

“Berapa mbak?”

“100 rupiah, mas.”

“Hah?!”

Bagas hanya bisa terpana mendengar hal itu.

“Bukannya… eh, ya mbak. Ini…”

Dia segera mengeluarkan selembar uang kertas dari dompetnya, dan buru-buru pergi.

‘Yes… bisa hemat 5 ribu. Lumayan, dapat gorengan 2 biji.’

Sementara itu, wanita di belakang kasir hanya bisa menatap punggung itu dengan kasihan.

‘aku tak tega menagih 5 rupiah itu… apalagi saat dia tersenyum senang, seperti anak-anak.’

***

 

Sebenarnya, dia ingin bermain Throne of Paradise lagi. Namun, dia berencana melakukannya bulan depan. Ya, 200 rupiah bukan angka kecil untuknya. Apalagi, MRT atau kereta listrik ini butuh biaya mahal, karena dia harus bolak balik Tangerang-Jakarta.

Bahkan, untuk menghemat ongkos, dia tidur di rumah sakit, tempat kakaknya di rawat. Lalu, pulang ke Tangerang, 3 hari selanjutnya, saat semua pakaian kotornya telah menumpuk.

Ya, dia tak bisa laundry, karena itu akan menambah biaya pengeluarannya.

‘Satu kilo laundry basah, bisa untuk membeli gorengan empat biji.’

Dia lebih memilih makanan, dari pada yang lain.

Sebenarnya, dia ingin melamar kerja di perusahaan-perusahaan besar. Namun, karena dia Drop Out dari kuliah semenjak orang tuanya meninggal, dia hanya bisa menggunakan ijazah SMA-nya.

Lalu, mengenai hutang dan bunga bank telah terbayarkan hampir 100%, tinggal beberapa puluh juta yang tersisa. Dan sepertinya, itu akan terlunasi, ketika dia melihat, barang yang tersisa lebih dari cukup untuk melunasi hutang warisan ayahnya.

Tentu saja, dia tak lupa dengan perlakukan lelaki bajingan itu.

‘Aku akan tetap mengawasimu, dan menjatuhkanmu…’

Dendam itu selalu ada, saat dia teringat kenangan masa lalu itu. Ya, dia masih berfikir, kemungkinan jika Pratama adalah orang yang mencelakai orang tuanya. Entah bagaimana caranya.

“Hey, kenapa kamu seneng sekali?”

“Ah… ini gara-gara kemarin,” jawabku yang terus mencuci piring dan gelas yang masih kotor.

“Memangnya ada apa?” tanya wanita gadis yang memang selalu kepo dengan segala hal ini.

“Aku hanya mencoba bermain Throne of Paradise.”

“Apa?!”

Wanita dengan ID Name: Ummi Ratna di seragam kerjanya, menatapnya dengan tak percaya.

“Kamu bermain game mahal itu?! Padahal aku kira, dirimu ini orang yang sangat hemat, gas.”

Pemuda itu hanya tersenyum kecil.

“Sekali-kali mencoba hal yang baru, tak apa-apa kan?”

“Ya. Itu benar.”

Dia mengangguk pelan.

“Eh… ngomong-ngomong ID-mu apa?”

“Hah?!”

Bagas sedikit grogi dengan wanita cantik yang mendekat pada wajahnya. Dia sedikit tak nyaman, karena sifat introvert miliknya.

“ID game-mu apa? Kalau punyaku Cherry Witch.”

“Hah?!”

‘Nama apa itu? Buah kematian kah?’

Melihat pemuda itu mundur beberapa langkah darinya, Ratna merasa ada yang salah. Lalu, dia mengelembungkan pipinya.

“Hhmph…”

Bagas segera menyadari jika ada yang salah.

‘Apa aku salah bicara, atau dia sedang dalam mode PMS?’

Mendapat lirikan tajam itu, dia merasa tak enak.

‘Cari aman saja. Demi keselamatanku,’

Dia lalu berkata dengan enggan.

“ID-ku azvein.”

“Azvein? Nama aneh apa itu?”

Ratna melihat dengan penasaran.

“Tak ada yang spesial, itu cuma nama yang tak sengaja aku temukan.”

“Hah?!”

***

 

‘Azvein.

Sebenarnya, nama itu adalah nama yang tak sengaja aku temukan di diary seseorang. Ya, seseorang yang aku sukai dari masa lalu. Seorang gadis yang dulu selalu membuatku menjadi kesatria yang melindungi putri kerajaan.

Ah, andai aku bisa kembali pada masa itu.’

Dia melihat ke arah meja yang masih kotor.

Tangannya dengan cekatan membersihkan seluruh sisa makanan, dan mulai mengepel meja itu.

Lalu, datang dua pelanggan remaja, yang sepertinya hanya sebentar. Karena, mereka tak duduk dan berdiri di depan kasir.

Awalnya, dia tak tertarik dengan hal itu. Tapi, saat pembicaraan mereka berdua telah merambah pada hal yang ia tahu, telinganya mulai menajam.

“…Benarkah?”

“Ya. Kejadian itu heboh, saat memasuki forum.”

“Gila! Aku tahu item epic sangat sulit didapatkan. Tapi aku tak menyangka, jika harganya menembus 50 ribu!”

‘Apa?!’

Sensor pendengarannya bahkan menjadi lebih tajam, menghilangkan semua gangguan lain.

“Ya… kamu tahu kan, kalau item rare di pelelangan hanya beberapa buah saja. Dan itu masih mahal bukan?”

“Ya. Aku tak menyangka, jika ada orang gila yang membeli di harga itu.”

Lalu, seorang pelayan keluar membawa pesanan mereka yang dipacking rapi. Pembicaraan kedua pemuda itu berhenti, dan berlanjut saat berbalik.

“Hey, kamu sudah pesan kapsul?”

“ya, tentu saja. Mumpung ada diskon dan bisa dicicil.”

‘Diskon… dicicil…’

Mata Bagas langsung berubah menjadi hijau. Dia menatap para pemuda itu.

“Ya… tapi yang aku dengar, itu hanya ada pre-order.”

“Ya, aku juga dengar, kalau itu akan berakhir nanti malam. Dan juga…”

Suara kedua pemuda itu menghilang di pintu yang tertutup otomatis.

‘Nanti malam!’

Dia langsung melempar kain pel dan berlari ke belakang.

“Bos, izin ke belakang sebentar.”

Si bos yang sedang sibuk menghitung sesuatu, hanya mendiamkan pemuda itu.

Sesampai di belakang, dia meraih ponselnya, dan menyalakan wifi. Ya, dia tak pernah punya rencana untuk membeli kuota.