Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

UG_003

gambar

Unlucky Game

UG_003

 

3. Unlucky Player

 

[Pre-order terbatas!!!

Hanya untuk 1.000 orang pertama!

Diskon 40%!

Harga normal 50 ribu. Namun edisi khusus ini hanya diberikan harga 30 ribu!!!

Dan bisa dicicil. *

Untuk pemesanan, segera akses ke www.preorder.top.game

*Jika dicicil, pemasangan jaringan internet, pemasangan unit, dan garansi tidak ada. (khusus wilayah jabodetabek)]

’30 ribu! Itu mahal…

Tapi, jika difikir untuk satu item epic terjual 50 ribu…’

Dia sibuk berkelahi dalam fikirannya. Kemudian, mengeluarkan buku catatan yang selalu ia bawa. Dia mengeluarkan jurus hitung untung-rugi cepat miliknya. Dia segera mengkalkulasikan keuntungan dan kerugiannya.

‘Jika aku memesan itu sekarang, aku akan bisa menghemat 20 ribu. Tapi, akan lebih hemat lagi jika dicicil saja. Namun, ada kerugian mendasar pada persyaratan itu, benar-benar bisa merugikan diriku sepenuhnya.’

Dia berfikir keras, bahkan ketika dia tak bisa melihat seseorang duduk di sampingnya.

‘Ada kerugian… tapi jika aku langsung bayar cash, lalu menghemat pengeluaranku selama satu tahun, dan hanya makan di restoran ini… ya, semua kerugianku akan semakin minimal.’

“Oh… jadi kamu mau pesan juga.”

“Wah?!”

Bagas langsung terdorong ke belakang, saat ada wajah cantik yang menatap buku catatannya.

Gadis itu hanya tersenyum nakal, “maaf.”

“Bikin kaget saja kamu, rat,” keluhnya sambil mengelus dada.

“Aku sudah pesan.”

“Hah?!”

Wajahnya langsung berubah dari kaget ke tidak percaya.

“Ya. Kamu tahukan, hanya 1.000 unit saja yang dijual. Dan itu khusus di Jabodetabek… lalu, tadi saat aku buka sebelum kerja, itu sudah 700-an yang terjual.”

“Apa?!”

Dia segera melihat ke arah jam tangannya.

‘6 jam yang lalu.’

Dia segera mengakses dari hp-nya yang berlayar pecah.

“Hey, gas. Pakai saja punyaku dulu.”

Tangan ramping itu segera memberikan sebuah gadget yang sudah terbuka situs website itu, berbeda dengan hp miliknya, yang masih buffering.

Dengan secepat kilat, dia segera mengisi formulirnya. Karena, pendaftar sudah 899 orang.

‘Kurang 100 orang.’

Dengan gerakan secepat kilat, dia akhirnya mengirim formulir miliknya. Dan mendapatkan email dan nomor konfirmasi.

“Hah… hah… selesai…”

Gadis itu masih tersenyum melihat kegugupan lelaki itu.

“Yerima kasih, rat.”

“Em… em…” dia menggeleng cepat.

‘Kenapa? Apakah kuota sekarang semahal itu? Lagipula, bukankah kamu juga pakai wifi kan?’

Mata bagas langsung melebar tak percaya.

‘Jangan bilang… kamu mau, aku mentraktirmu kan?’

Dia menatap dengan sedih.

“S-apa k-kamu m-mau s-secangkir k-ko-ko-p-pi?”

Ratna mengangguk pelan.

Wajah Bagas langsung menghitam.

‘Satu cangkir biasa 10 rupiah. Tapi, gadis tak akan pesan itu saja kan…’

“Ayo berangkat…”

Seolah tak memperdulikan tatapan pesimis Bagas, gadis itu terus saja berlatih.

“T-tapi… k-kita masih k-kerja…”

“Hey gas… kamu tahu, pembayaran pre-order itu maksimal 1 jam, sebelum dianggap hangus,” gadis itu telah mencincing tas-nya.

“Apa?!”

Tentu saja dia panik. Dia tak mengetahui jika ada aturan seperti itu.

Dengan cepat, dia mengikuti gadis yang telah keluar dari pintu belakang.

***

 

‘Sungguh aku tak menyangka, harus mengeluarkan uang sebanyak itu.’

Sekarang, sisa tabungan yang tersisa miliknya adalah sekitar 20 ribu. Jika dia menghitung itu secara kasar, dia hanya akan bertahan sekitar 4 bulan. Itu di luar dari biaya darurat yang ia butuhkan.

“Jika kakak bangun, jangan marah padaku, oke?”

Dia menatap kakaknya yang masih tertidur lelap. Seolah, kakaknya itu tak mempunyai beban dalam hidupnya. Wajah cantiknya kini tanpa cacat, setelah hampir setengah tahun lalu telah dipenuhi perban.

Hari ini, dia harus pulang ke Tangerang. Karena, ada suatu hal yang harus ia lakukan dengan kiriman 30 ribu miliknya.

Tak terasa tiga bulan lebih penantiannya telah terlewat. Apalagi, dia telah berhemat mati-matian dalam kurun waktu itu.

Kalau dihitung-hitung, itu adalah menunggu pengiriman 3 bulan 2 hari, yang langsung dari Amerika. Lalu, 10 hari untuk bisa sampai di rumahnya, di Tangerang. Kemudian 2 hari berikutnya, para teknisi datang untuk merakit dan mengecek semua hal tentang capsule game itu.

‘Akhirnya, semua investasiku selama ini…’

Dia hampir menangis, mengingat uang yang telah ia habiskan untuk hari ini. Namun perasaan itu kalah dengan rasa keingin-tahuan tentang dunia yang telah ia cicipi, walau hanya sedikit. Tapi, itu telah menyerap mimpinya di setiap malam.

Bagas ingin mencoba sedikit game ini, sebelum ia berangkat kerja.

Perlahan, dia mulai berbaring dan memakai helm itu.

***

 

Saat Azvein membuka matanya, dia berada di tempat asing. Dia sempat binggung, dengan seluruh pemandangan bangunan besar itu. Itu seperti, dia telah dipindahkan ke tempat ini. Melihat ke belakang, ada kotak batu besar, layaknya seperti altar persembahan manusia.

Dia merasa aneh dengan tepatnya sekarang. Namun, dia lebih aneh lagi dengan tatapan semua orang yang ada di sekitarnya. Beberapa orang menatap sedih padanya.

‘Kenapa semua orang menatapku?’

Sebelum pertanyaan itu terjawab, terdengar suara dari ujung pintu sana.

“Halo temanku, kamu sudah respawn ya?”

‘Respawn?’

“Ayo, kita keluar dan bersenang-senang.”

Sebelum dia sempat membuka mulut, lelaki pirang yang telah meluncur cepat, segera mengalungkan tangannya, dan menyeret dia keluar dari bangunan besar itu.

Saat mereka sudah berjalan, Azvein ingin segera meninggalkan kelima orang asing ini. Tapi, dia tengah diapit dari semua arah. Bahkan entah mengapa, kali ini tubuhnya terasa lebih berat dari sebelumnya.

“Kalian siapa?”

“Dia sudah login?” ujar si pirang terkejut dan segera tertawa, dengan tangan yang masih dikalungkan di tempat yang sama. “Apa kamu lupa, kawan? Kita berenam sudah membuat party dan berburu bersama.”

‘Apa?! Party… berburu?’

Semua hal tiba-tiba ini, membuat otaknya terasa mau meledak. Bagaimana dia bisa membuat party, apalagi berburu bersama? Padahal, dia tak pernah online sejak 4 bulan yang lalu.

“Kamu jangan berpura-pura lupa. Kamu ingat diriku?”

Azvein hanya mengeleng cepat.

“Baiklah… sepertinya kawan kita ini lupa…”

Lalu, lelaki pirang itu menunjuk ke atas kepalanya.

‘Carse.’

Lalu, setelah Azvein melihat ke atas kepala yang lain, dia mengetahui semua nama putih itu.

‘Jack, Roger, Samy, Walter.’

Saat dia sadar, dia sudah berada di luar gerbang kota.

“Kita akan ke mana?”

“tentu saja berburu monster,” jelas Carse sambil tersenyum.

‘Ini tak beres. Bagaimana aku bisa menghadapi monster, sementara levelku masih 1.’

Bagas segera berontak, namun samy dan walter telah menekan pundaknya. Sehingga, dia tak memiliki kekuatan apapun. Dan entah mengapa, dia merasa sangat lemah.

Lalu, saat mereka menemukan sebuah gua yang tak jauh dari kota, mereka segera maju.

‘Apa-apaan orang-orang bodoh ini…’

Dia hanya menggerang ketakutan di dalam hati, karena dia sudah tak bisa melakukan apapun.

Saat seekor serigala melolong keras.

-Aauuuu

‘dia memanggil temannya.’

Lalu, dari dalam gua, muncul dua serigala lain. Yang satu sama seperti yang lain, sementara yang lainnya adalah yang terbesar, mungkin dia adalah pemimpinnya.

‘Monster window.’

[Serigala Liar

Level 5]

‘level 5!’

Namun, dua serigala yang muncul itu level 2.

Kelima orang yang mengelilingnya hanya tersenyum gembira.

“Hey, bocah. Sekarang giliranmu maju.”

“Apa?!”

Tentu saja dia tak percaya. Bagaimana seorang level 1 bisa menghadapi monster level 5. Dapat dipastikan, jika dia akan dimakan hidup-hidup.

Tapi, dari belakang, Samy dan Walter melempar dirinya ke depan.

“Hey! Apa ini?!”

Brug…

Tubuhnya terasa sakit semua, tapi dia tak sempat merasakan itu.

-Kkrrrrrggg

Dia sedang terbaring di depan serigala paling besar, dan dikepung dua serigala liar lain di kanan-kirinya.

“Tenang saja, dia tak akan membunuhmu, selama kamu tak bergerak,” teriak Carse dari belakang.

‘Ide konyol macam apa itu!’

Azvein dengan tegas menolak untuk diam, dan menyerahkan dirinya. Lalu, saat si serigala besar itu kembali melihat kelima orang itu, dia mengonggong.

-Aurgh!

Kemudian, dua serigala liar lain maju dan menyerang.

Saat kelima orang itu bertarung dengan dua serigala itu, Azvein merasa dia dijadikan umpan hidup.

“Arrgghh…”

Serigala terbesar itu mulai mencabik-cabik tangan kanannya hingga terputus.

Monster itu serasa senang untuk menikmati mangsa-nya, sedikit demi sedikit. Lalu, saat matanya yang sayup menatap ke belakang. Dia melihat kelima orang itu sedang tersenyum, menjarah jatpem (item drop).

‘Bangsat!’

Bahkan untuk mengeluarkan umpatan, dia tak bisa. Semua terasa sesak di dadanya.

Lalu, saat HP-nya telah mencapai 0. Dunia miliknya menjadi sangat gelap, lalu celah di kapsul baru itu segera terbuka.

***

 

“Bajingan!”

Dia masih terngiang-ngiang jelas momen menyakitkan itu. Bagaimana dia dijadikan umpan dan dimakan serigala liar.

Semuanya kini menjadi masuk akal. Mulai dari tatapan kasihan setiap orang yang melihatnya, hingga senyum busuk yang diberikan kelima orang itu.

‘Carse, Jack, Roger, Samy, Walter.’

“Nama kalian sudah aku simpan di dalam otakku. Tunggu saja pembalasanku!”

Untuk menghilangkan suasana buruknya, dia beranjak ke rumah sakit. Dia menenangkan dirinya untuk melihat kakaknya yang semakin pucat. Kemudian, dia segera berangkat kerja di restoran.

“Hey… hey… kamu sudah login?”

Gadis cantik itu menghampirinya dengan gembira.

“Ya… tapi, aku mati,” ujarnya sedih, sambil menatap meja yang sedang ia bersihkan.

“Wah… bahaya itu… kamu jangan mati. Karena, stats acak milikmu akan berkurang. Dan aku juga baca di forum, bahkan terkadang semua stats akan turun bersamaan, saat sudah mati beberapa kali.”

“Apa?!”

Bagas melotot dengan tak percaya. Sungguh, dia tak tahu info apapun tentang Throne of Paradise. Bahkan di rumah, dia tak punya akses internet sebelumnya. Sehingga, saat hari dia login tadi pagi, dia baru mendapatkan akses wifi.

Tentunya, dengan akses itu, dia juga harus membayar biaya bulanan. Mulai dari tagihan listrik yang naik 100% menjadi 200 rupiah, wifi 300 rupiah, dan kapsul tiap 3 bulan sekali 2 ribu rupiah. Total dalam tiga bulan, dia harus membayar 3,5 ribu. Itu belum ditambah biaya bulanan kakaknya, 5 ribu perbulan.

Sementara, sisa uang di tabungannya, hanya tersisa 20 ribu. Dan jika ditambah dengan gajinya di restoran, 2 ribu per bulan, maka dia tak akan selamat di bulan keempat.

Sehingga, kejadian yang dianggap kecil bagi orang lain, akan terasa sekali dampaknya bagi dirinya. Terlebih lagi, dia tak punya kekuatan di saat yang mengenaskan itu.

‘Tunggu sebentar.’

Bagas menyadari sesuatu.

“Rat, seumpama kita mati, di mana tempat kita di respawn?”

“Tentu saja di grand hall.”

Dia curiga, “apa tempat itu sangat besar dan ada batu kotak besar?”

“Ya!”

Jawabnya bersemangat.

“Ya Tuhan…”

Bagas langsung terjatuh dan tersungkur dengan lemas.

‘Jadi… aku sudah mati lebih dari sekali?’

***

 

Hari itu, dia benar-benar drop dan ingin bunuh diri.

Semua informasi baru yang diberikan oleh Ratna, terasa sangat memukul mentalnya.

Terlebih lagi, dia yang sudah tak bisa menganti akun. Karena, dia harus datang langsung ke kantor Unicorn Inc di Amerika sana, atau setidaknya, dia bisa pergi ke negeri kanguru, karena di sana ada kantor cabang-nya. Sementara di Indonesia, hanya ada kantor perwakilannya, yang tidak memiliki akses untuk penghapusan dan pembuatan akun.

Tapi, semua hal itu mustahil. Dia tak punya uang untuk itu.

Bahkan, setelah bangun keesokan harinya, tubuhnya masih lemas tak berdaya. Bahkan, pak Raden harus memberi bantuan untuk demam miliknya.

Ya, dia sekarang tak bisa melakukan apapun, selain termenung dan diam.

Lalu, tepat saat 24 jam waktu penalty sudah habis, dia segera login ulang.

Tentu saja, dia harus segera bergerak, agar tak ditemukan gerombolan Carse lagi.

***

 

Saat membuka mata, dia ternyata tepat berada di grand hall. Di sana masih lumayan sepi. Tapi, semua mata tertuju padanya, mereka adalah NPC yang menyaksikan kejadian ini lebih dari sekali.

Dengan cepat, Azvein segera berlari dengan sangat berat, dan sembunyi di balik tiang tinggi di ujung tempat besar ini.

‘Untuk sekarang, aku harus sembunyi.’

Benar saja, selang beberapa menit, gerombolan Carse muncul lagi dan mencari seseorang. Utungnya, setelah beberapa saat, mereka menyerah dan pergi dari tempat itu.

Dia benar-benar lega dalam hal itu. Namun di saat yang bersamaan, dia merasa beban berat lainnya.

Mulutnya, dengan terbata-bata berbicara pelan,

“Stats win…”

Ding!

Sebelum dia sempat menyelesaikan ucapannya, dia mendapatkan pesan system.

[Wrath of Luck’s God, Michael

Anda adalah player pertama yang benar-benar membuat Michael menjadi murka. Entah dengan keberanian apa, Anda berani membuang nyawa yang paling berharga kepada monster berulang-ulang.

Michael mencurigai dirimu sebagai seseorang yang benar-benar ingin mendurhakai pemberian nyawa itu.

Sebagai tindakan atas konsekwensi Anda yang telah meninggal tanpa perlawanan terhadap monster, sebanyak 100 kali, Anda mendapatkan tittle ‘Unlucky Player’.

Efek:

- Anda terkena stats negative Luck sebanyak (-999) poin.

- Anda tidak bisa naik level dengan normal. Setiap kenaikan level 10 kali, akan dianggap 1 kenaikan level normal.

- Jika Anda mati lagi, selain exp dan 1 poin Stats acak akan turun, Stats Luck juga akan turun 1 poin.

- Dan jika Anda mati 10 kali, selain semua stats Anda turun 1 poin, Stats Luck akan turun 10 poin (ditambah 1 poin tambahan, dari efek mati sekali).

Efek khusus:

- Karena efek Unlucky Player, segala reward, hadiah quest, dan item drop, akan berkurang 50% atau peluang mendapatkan jackpot berkurang 50%.

Kondisi Tittle terhapus:

- Anda harus menyelesaikan 3 misi kelas A dan 1 misi kelas S.

- Mendapatkan total 100.000 poin kontribusi pada Order of Michael.]

“A-apa?!”

Sungguh, dia syock berat saat melihat pesan itu. Apalagi, saat dia melihat mati 100x tanpa perlawanan.

‘Aku sudah mati 100x. tepat kemarin…’

Sungguh, saat dia melihat window itu saja, dia tak bisa lagi berdiri tegak. Apalagi dengan melihat efek title itu, dia sudah tak bisa berharap apapun dari sana.

‘…bagaimana aku bisa keluar dari masalah ini? apa itu mungkin… Dewa Michael!!!’

Setelah berdiam diri sesaat, untuk menstabilkan dirinya, dia mulai memikirkan sesuatu.

‘Stats window.’

Sesudah mensiapkan mental, dia segera melihat layar statistik miliknya.

Nama

Azvein

Race

Human

Level

1

Class

Newbie

Fame

0

Title

Unlucky Player

 

Health Point

1

Mana Point

-39

Strength

-53

Agility

-52

Endurance

-55

Intelligence

-38

Wisdom

-50

Luck

-13(-999)

 

“Ya Tuhan.”

Dia sangat terpukul dengan stats negative miliknya. Semua stats bahkan mencapai di bawah 0, begitu dia menyadari efek pada stats luck, dia benar-benar ingin bunuh diri. Apalagi dengan HP yang tersisa 1 poin. Tentu, saat dia menabrak atau tersandung sesuatu, dia akan mati seketika.

‘Tolong jaga kakakmu yang manja ini ya, nak?’

Kata-kata ibunya terngiang kembali dalam ingatannya.

“Huffttt….”

Kemudian, dia bisa mendapatkan ketenangannya, setelah menarik nafas berat dan panjang. Dia kembali melihat statistik negative miliknya, dan dia benar-benar ingin putus asa. Namun, dia berhasil melihat keanehan di dalam statistik itu, selama hampir menatapnya 1 jam.

‘Kenapa pembagian poin negatif tak merata?’

Saat dia merenung, ada seseorang yang sedang berdiri di depannya.