Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

TPS_037

gambar

TPS_037

Bab 37 
Jalannya Pertempuran Psikologis Tingkat Lanjut



Itu adalah sesuatu yang terjadi, ketika Lex berjalan menyusuri lorong bersama dengan beberapa bawahan.
Fenomena yang sangat aneh menimpa mereka, saat mereka mencari artefak.
Bawahan Lex yang berjalan di depannya, tiba-tiba menghilang.
“Hah?”
Tak dapat memahami apa yang baru saja terjadi, Lex melihat sekeliling. Tapi, tak ada yang terlihat aneh.
Satu-satunya hal yang mungkin menjadi petunjuk adalah, suara sesuatu memotong udara.
Shunn, shunn,
Itu dia lagi.
Lalu.
“……!”
Bawahan di sebelahnya menghilang.
Tapi kali ini, dia nyaris tak bisa melihat itu.
Itu adalah sosok seorang anak remaja yang mengenakan seragam akademi, berlumuran darah...
Dia telah melumpuhkan bawahan itu, dengan tumit telapak tangannya. Lalu, dia menyeret bawahan itu pergi.
Lex nyaris tak bisa melihat semua itu, dengan menguatkan matanya hingga batas dan berkonsentrasi. Itu karena, seberapa cepat orang itu.
“Hati-hati, kita diserang!”
Begitu berteriak, Lex dengan waspada memindai sekelilingnya.
“…Ah?”
Tapi, dia langsung merasa kaget.
Bawahan lain yang seharusnya mengikuti di belakangnya, sudah tak ada lagi.
Sebelum dia menyadarinya, dia rupanya menjadi satu-satunya orang yang berdiri di lorong panjang itu.
Kemudian…
Shunn.
Begitu suara itu mencapai telinganya, Lex melindungi dadanya dengan segala kekuatannya.
“Kuh…!”
Sebuah kekuatan besar menghantam lengan Lex.
Baki.
Bersama dengan suara tulang yang patah, Lex dihembuskan ke belakang dengan momentum yang luar biasa.
“Kuh… keparat! ”
Tapi, dia berhasil segera bangkit kembali dan menghunus pedangnya. Namun, tak ada seorang pun di depannya.
Tsks.
Dengan satu serangan, lengan kanannya yang bahkan dilindungi oleh sihir, patah.
Jika penjaganya tak tepat waktu, jantungnya pasti akan hancur.
Shunn.
Kali ini, Lex bergerak bersamaan dengan suara itu.
Mengandalkan insting murni, dia mengayunkan pedangnya ke arah kehadiran di punggungnya. Waktunya sempurna.
Namun.
‘Bajingan ini… dia bisa lebih cepat lagi?!’
Setelah pedangnya tak membahayakan punggung remaja itu, Lex segera bergeser untuk melindungi dadanya.
“Agah…! ”
Tapi, dia kehilangan tulang rusuknya dalam pertukaran ini.
Lex membiarkan dirinya terbang mundur, mencoba menangkap pandangan remaja, yang jelas-jelas dan perlahan-lahan membunuh momentumnya.
Tapi, bahkan tak ada bayangan untuk dilihat matanya.
“…Ck.”
Lex meludahkan air liur yang ternoda darah, lalu mengambil sikap.
Musuh yang hampir tak bisa dilihatnya sama sekali. Serangan balik tak dimungkinkan. Dia hanya bisa berdiam diri.
Berbicara secara objektif, tak ada kesulitan yang lebih buruk dari ini.
Namun… dia telah dengan aman mengatasi tingkat kesulitan ini, beberapa kali sebelumnya.
Dia adalah Lex, salah satu dari Named Children.
“Sepertinya, kamu menggunakan artefak yang cukup berguna di sana.”
Kata Lex, dengan suara yang bisa didengar lawannya.
Dia menemukan rahasia musuhnya.
Melalui jumlah pertempuran ini, Lex telah melihat melalui apa yang terjadi di sini.
Gerakan musuh telah sepenuhnya melampaui, apa yang dapat dilakukan manusia. Yang berarti jika pihak lain, harus meminjam kekuatan abnormal.
“Pada pandangan pertama, sepertinya aku berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Tapi sebenarnya, Kamu juga mendorong dirimu cukup keras, bukan? ”
Untuk mendapatkan kecepatan yang tak manusiawi, akan membutuhkan jumlah pengorbanan yang sesuai. Bukti itu tak tergelincir oleh mata Lex.
“Seragammu sudah basah oleh darah, bukan?”
Memang… itu berkat seragam ysng berlumuran darah. Sehingga, Lex mampu memecahkan misteri ini.
Musuhnya menggunakan kekuatan artefak, untuk mendapatkan kecepatan yang tak manusiawi itu. Tapi, biayanya adalah tubuhnya mengalami kerusakan, dengan setiap penggunaannya.
Menilai dari jumlah darah pada seragam, Lex menentukan jika musuhnya hampir mencapai batasnya. Dan jika Lex dapat memanfaatkan momen itu dengan benar… maka dia akan menang.
Mampu menelanjangi musuhnya, dengan hanya sepotong kecil informasi… ini adalah Lex Dangerous Player, salah satu dari Named Children.
“Berdasarkan penilaianku, kamu hanya memiliki dua atau tiga serangan yang tersisa. Itu batasmu, keparat!”
Deklarasi Lex dengan penuh keyakinan.
Tak ada respons dari lawannya. Sejak Lex mulai berbicara, pihak lain tak melakukan apa pun padanya, hanya memilih untuk mempertahankan kesunyian.
“Jadi, aku akan mendapat bullseye/jackpot.”
Sudut bibir Lex melengkung ke atas dalam seringai.
Kemenangannya sudah di depan mata.
Namun… situasi Lex saat ini tak sebagus, apa yang membuatnya terdengar.
Cara lain untuk mengulangi apa yang baru saja dia katakan adalah, jika dia masih memiliki dua atau tiga serangan yang hampir tak terlihat… yang perlu ia hindari.
“Hei, mengapa kamu diam saja?”
Itu sebabnya, Lex memilih untuk tampil di depan dengan kuat.
Dia tak harus membiarkan lawannya, melihat dirinya goyah.
Pertarungan ini… adalah pertarungan psikologis tingkat lanjut.
“Ayo tangkapku, Kamu pengecut!”
Shunn.
Pada saat yang sama dengan suara itu, Lex menghindari serangan hanya dengan mengandalkan intuisi.
Dia memiringkan tubuh bagian atasnya, bergeser menjauh dari lintasan tumit telapak tangan yang masuk.
Tapi.
‘Sangat cepat!?’
Dia tiba-tiba membawa lengan kirinya ke depan, dalam sebuah penjagaan.
“GAAHH!”
Dengan beberapa benturan, lengan kirinya juga patah.
Mempertahankan cengkeramannya pada pedangnya melalui kemauan keras, Lex mundur. Tapi, musuhnya mengejar.
Musuh yang hanya melakukan serangan meledak sejauh ini, sedang mengejarnya.
Ini… harus berarti, dia sedang mencoba untuk menyelesaikan pertarungan ini!
“Datang padaku, kau bajingan!!”
Bersamaan dengan raungan, Lex menuangkan segala yang dimilikinya, untuk melindungi bagian vitalnya.
Musuhnya ada pada batasnya!
Selama dia berhasil menahan serangan ini, itu akan menjadi kemenangannya!
Segera setelah itu, tumit telapak tangan menabrak perutnya.
“Gahah!! Aaaaaahhh!! ”
Lex tertiup ke belakang, sambil memuntahkan darah dari mulutnya.
Dia terbang menembus dinding ke ruang kelas, menabrak meja dan kursi sambil berhenti.
“Goho, goho…!”
Sambil memegangi perutnya, Lex tak bisa menahan muntah darah lagi. Tulang rusuknya telah menusuk beberapa organ.
Tapi… dia masih hidup!
Tampaknya, menempatkan segala sesuatu ke dalam pertahanan, telah membuahkan hasil.
“Hehe…”
Lex tertawa dengan darah masih di bibirnya, dan mendongak.
Tapi yang menyapa matanya adalah…
“A, apa ini ……”
Ruang kelas dipenuhi dengan mayat yang tak terhitung jumlahnya, terbaring di tumpukan yang sembarangan.
Semuanya dibalut warna hitam.
Dan masing-masing dari mereka hanya menanggung satu luka.
Mungkinkah semua anak-anak ini adalah… sendirian?
Katsu, katsu, katsu.
Seseorang datang menyusuri lorong, langkah kakinya terdengar jelas dan renyah.
Katsu. Katsu.
Langkah kaki berhenti di depan pintu ruang kelas.
Diam.
Lex menyadari, jika tangan yang memegang pedangnya berkeringat seperti orang gila.
Kacha.
Bunyi klik dari gagang pintu memecah kesunyian.
Lalu… pintu terbuka.
Tak ada seorang pun di sana.
Tapi, ada ‘shunn’ terdengar, di mana lengan kanan Lex terkelupas.
Shunn.
Shunn.
Shunn.
Setiap kali bunyi berdering, tubuh Lex kehilangan bagian yang berbeda.
“Ah, aa, aah, aahh…”
Momen terakhir, ketika satu-satunya bagian yang tersisa, kepalanya, dikirim terbang… Lex akhirnya menyadari, jika musuh ini tak memiliki batas.
“Kamu… luar biasa.”
Itu adalah hal terakhir yang Lex dengar, saat semua kehidupan meninggalkannya.



< Prev  I  Index  I  Next >