Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

BAE_066

gambar

The Beginning After The End


BAE_066

Chapter 66: Widow Crypt III

 

Saat queen yang lebih besar mulai melahap yang lebih kecil, aku tidak bisa mengerti, tapi menjadi bingung dengan apa yang terjadi di dalam Dungeon ini.

Ada lebih dari sepuluh lantai di sini, dengan snarlers biasa menghuni kesembilan lantai, dan lantai sepuluh merupakan lantai di mana snarler queen berdiam.

Alasan Dungeon ini dianggap sebagai Dungeon tingkat rendah adalah, karena queen tidak pernah meninggalkan lantai sepuluh. Itu  memungkinkan untuk pelatihan pemula menjadi mudah, hingga lantai sembilan.

Dan meskipun Snarler Queen tergolong Mana Beast kelas B, sebuah party besar dari petualang kelas E masih mampu mengalahkannya.

Yang mana itu juga membawa pertanyaan lain ke dalam pikiranku.

Apakah itu normal untuk ada lebih dari satu Queen di satu Dungeon?

Dari apa yang telah aku baca, spesies Queen sangatlah sensitif dengan territorial. Dan mereka akan secara agresif mengusir para pesaing potensial, yang mengancam sarang mereka.

Profesor Glory tidak benar-benar memikirkan itu. tapi, aku tidak bisa mengerti untuk tidak terganggu olehnya. Dan ada juga pertanyaan terakhir dariku.

Bagaimana bisa kedua Queen menjadi jauh lebih kuat daripada seharusnya?

Aku bisa mengerti, jika Profesor Glory akan memiliki waktu yang sulit untuk melawan dua Mana Beast Kelas B yang dianggap bos dungeon. Tapi, dia jelas tidak boleh kalah. Seorang adventurer Kelas A seharusnya bisa dengan mudah mengalahkan Snarlers Queen sejenis itu. atau, itulah menurut buku yang telah aku baca.

“Mengapa yang satu ini jauh lebih kuat?”

Profesor Glory bangkit saat dia mengerang, membelah beberapa Snarlers biasa yang mendekatinya.

Sambil terus menangkis gelombang snarlers, perhatianku terus mengarah ke snarler queen yang sedang memakan mantan sekutunya.

“Profesor, apakah ini biasanya terjadi?” tanyaku.

“Yah, aku pernah mendengar jika beberapa spesies Mana Beast memanjakan diri mereka dalam kanibalisme. Tapi, aku belum pernah benar-benar melihat kasus seperti itu secara langsung. Dan untuk kenapa itu harus terjadi saat ini, aku benar-benar tidak tahu apapun.”

Sambil menggeleng, dia mengambil pedangnya lainnya, dan berjalan menuju lawannya.

Setelah Snarler Queen selesai memakan kawannya yang tumbang, perubahan aneh terjadi. Bulu abu-abunya berubah menjadi hitam pekat dengan tanduk kecil di dahinya yang sebelumnya tak aku lihat melengkung ke atas.

Itu tumbuh secara substansial.

Mata merahnya yang seperti manik-manik berbalik tajam dan ia hampir memiliki aura mengancam, karena mulutnya juga mulai berbusa.

Profesor Glory tidak mengatakan apa-apa, tapi aku tahu jika ada rasa keraguan dalam pikirannya, saat binatang itu bergerak ke arahnya. Sampai saat ini, kembali ke rumah dengan selamat, selalu dianggap hanya soal waktu saja. Tapi, bahkan aku tidak bisa mengerti, tapi menggigil tanpa sadar. Karena, niat membunuh yang dipancarkan oleh queen.

“Profesor! Kita tidak bisa… terus seperti ini!”

Tess berteriak dengan suara serak, di tengah-tengah geraman dan desisan musuh.

Kondisinya tidak terlihat terlalu baik. Dan dia juga jelas menunjukkan masalah, yang jelas sedang kami hadapi sekarang.

“Semuanya! Tidak ada lagi mantra api! Pintu masuk gua diblokir. Jadi, pasokan oksigen terbatas!”

Aku meraung keras.

Karena tumpukan mayat terbakar yang menumpuk, udara menjadi sesak, hingga beberapa siswa yang lebih lemah, mulai batuk tak terkendali.

Queen dan Profesor Glory juga berada di jalan buntu, dengan profesor kami yang terus di dorong ke pihak yang kalah. Setelah aku terfokus pada pertempurannya, aku bisa melihat, jika gaya bertarung dari snarler Queen telah benar-benar berubah.

Tidak ada jejak ragu-ragu atau rasa pertahanan diri.

Setiap serangannya itu selalu mengecam Profesor Glory, tentu dengan maksud untuk membunuh, tanpa bahkan memperdulikan dirinya sendiri. Biasanya, monster ini akan dengan mudah dikalahkan oleh seseorang setingkat Profesor.

Tapi, bulu hitam unik milik Queen snarler ternyata mampu menyerap sebagian besar dampak dari serangan profesor.

“Arthur… Aku pikir… inti mana-ku mulai… bereaksi lagi.”

Tess yang beberapa meter di belakangku, jatuh berlutut saat dia mulai memegangi perutnya.

Sial.

‘Papa! Ada apa? Apa kamu baik-baik saja?’

Suara Sylvie muncul di kepalaku.

‘Kami sedang dalam masalah, kembalilah secepat kamu bisa dan turuni tangga.’

Aku menjawab sebelum kembali berfokus pada apa yang terjadi di hadapanku.

Beberapa faktor mulai membebani pikiranku, dan aku mulai merasakan rasa nostalgia dari perjalananku menuju Dire Tombs sebelumnya. Apakah aku memiliki kekuatan untuk membersihkan tumpukan puing yang memblokir pintu ke tangga?

Dan bahkan jika aku bisa, apa aku harus membawa Tess dan melarikan diri setelahnya?

Tidak!!

Tess tidak akan pernah memaafkanku, jika dia tahu kalau aku meninggalkan semua orang dan melarikan diri.

Lalu, apakah aku harus tetap tinggal dan membantu Profesor Glory membunuh queen snarler yang bermutasi?

Apapun keputusanku, hal pertama yang harus aku lakukan adalah menghilangkan puing-puing itu. Penting untukku memboka jalan saat ini. karena, queen snarles mungkin tidak akan membiarkan kami melarikan diri nanti.

“Profesor, tetap buat queen itu sibuk. Aku akan mencoba untuk membuka jalan keluar!”

Profesor Glory terlihat bekerja lebih keras untuk dapat bersaing dengan queen. Karena, dia tidak bisa menggunakan teknik api. Setelah memberiku anggukkan setuju, maka aku yang harus mulai bekerja.

Tess tidak dalam kondisi untuk membantu, dan orang lain terlalu sibuk menangkis tentara snarlers. Lucas di sisi lain harus menahan diri dalam menggunakan mantra api, agar kadar oksigen tidak terus berkurang.

Aku harus melakukan ini sendiri. Aku juga harus memperhitungkan ini dengan baik. Jika aku menggunakan mantra api yang cukup besar, maka usahaku akan gagal, dan kita semua pasti akan mati lemas di sini.

Lalu, bila Water? Ice?

Sial, ada terlalu sedikit unsur air di dalam gua ini untuk bisa mengebor tumpukan batu itu. Gua es sebelumnya sudah menjadi kering dan gersang, dengan lapisan tebal asap yang dihasilkan dari beberapa mayat snarler yang terbakar.

Aku hanya punya wind dan earth, atau campuran keduanya. Tapi bahkan dengan tingkatku sekarang, aku tidak yakin mampu menghasilkan serangan yang cukup kuat.

Memang mungkin, jika aku menggunakan fase kedua. Tapi, mengingat Tess dalam kondisi seperti itu, aku harus tetap sadar. Setidaknya, sampai kita keluar dari Dungeon ini.

Apakah benar-benar tidak ada pilihan lain?

Saat pikiranku mulai berputar karena memikirkan solusi yang mungkin bisa di eksekusi, aku melihat Profesor Glory menerima pukulan yang cukup hebat di lengan kanannya.

‘Aku hampir sampai, Papa! Tunggu!’

Suara Sylvie memberiku sebuah ide.

Itu dia!

“Curtis! AKu membutuhkan bantuanmu sekarang!” Aku meraung keras.

“Arthur, sepertinya aku tidak bi…”

“Ayolah, bantu aku!”

Aku memotongnya, sebelum dia bahkan bisa membantah.

Walau Curtis saat ini berdarah, kotor, dan berantakan, tapi luka di tubuhnya itu dangkal. Jelas jika darah pada dirinya itu bukan miliknya.

“Apa itu?”

Dia terengah-engah. Aku bisa melihat betapa lelahnya, dia hanya dengan menatapa wajah dan tubuhnya. Begitu pula dengan perisainya yang penyok dan pedangnya yang menjadi tumpul, karena darah dan penggunaan berulang.

“Apa kemampuan kehendak Mana Beast-mu, World Howl, akan cukup kuat untuk membersihkan puing-puing itu?”

Aku menoleh untuk menunjukkan ke arah tangga yang tertutup.

“Arthur, aku bahkan merasa tidak yakin untuk bisa menggunakan fase pertamaku saat ini.”

Dia menggeleng putus asa.

“Jawab saja pertanyaanku. Apakah itu cukup kuat?”

“Y-Ya, kalau aku punya cukup mana, aku bisa membuat ledakan yang lebih besar, bila dibandingkan dengan pertempuranmu sebelumnya. Tapi um, kamu juga bisa terluka karena itu.”

Dia menggaruk kepalanya, bingung dengan apa yang ingin aku lakukan.

Aku berpikir tentang mengarahkan ledakan itu kepada Queen Snarler. Tapi, bahkan jika itu cukup kuat untuk membunuhnya, tidak mungkin untuk secara akurat menghentikan pergerakan queen. Jadi, akan lebih aman untuk menggunakan ledakannya, sebagai alat melarikan diri.

“Baiklah. Aku ingin kamu untuk tidak mempertanyakan apa yang akan aku lakukan. Fokus saja pada fase pertama, dan hasilkan ledakan yang cukup kuat untuk membersihkan puing itu. Apa kamu mengerti?”

Jumlah urgensi dan otoritas yang tinggi mungkin menimpa Curtis, karena dia hanya mengangguk dan berbalik saja.

Setelah membuka segelku dan memasukkannya ke dalam cincin dimensiku, aku memastikan untuk mengontrol fluktuasi jumlah mana, agar tidak terlalu mencolok. Semua orang memang sedang sibuk dengan snarlers.

Tapi, jika aku tidak mengontrol pelepasan mana seperti yang Profesor Glory lakukan setelah ia merilis segelnya, aku mungkin hanya akan berakhir dengan menarik perhatian dari Queen Snarler.

Saat aku merasa jika sudah memiliki akses ke dalam kolam mana-ku, aku segera menempatkan kedua tanganku di punggung Curtis.

Karena jumlah mana yang aku berikan kepada Curtis, sang pangeran tanpa sadar berlutut karena pemboman mana yang tiba-tiba. Setelah beberapa saat, sia akhirnya mampu menyesuaikan tubuhnya kembali.

Transfer Mana telah dipelajari selama bertahun-tahun, baik melalui profesor atau banyak buku yang ada di perpustakaan. Tapi, itu semua hanya hal yang sia-sia bagi mereka.

Sebelumnya, mereka percaya jika mage yang memiliki atribut fire, menerima mana dari yang mage atribut lain seharusnya mungkin. tapi, setelah tes yang tak terhitung jumlahnya dan kegagalan, mereka menganggap hal itu tidak masuk akal.

Alasannya karena jika bahkan seseorang adalah hal yang khusus, yang mana di dalam tubuh mereka tidak murni hanya dengan elemen.

Kesimpulannya, jika seseorang mampu memadatkan dan memperbaiki inti mereka hingga tingkat tinggi, maka mereka baru bisa mentransfer mana ke orang lain. bahkan, itu juga hanya bisa dilakukan jika orang yang didonor memiliki tingkat inti yang sama dan juga elemennya.

Selain itu, tidak mungkin.

Yah, Kecuali aku.

Fakta jika aku bisa memanipulasi empat elemen memungkinkanku untuk menyesuaikan dan meniru serta memasukan berbagai jenis mana, dan rasio setiap elemen kepada setiap orang.

Ini sama seperti apa yang kulakukan kepada adikku dan Lilia, ketika mengajari mereka manipulasi mana sebelumnya. Tapi, pada skala yang jauh lebih besar dari saat itu.

Tentu saja aku tidak terlalu sempurna menguasai hal ini. Jadi tak terelakkan, jika aku juga akan membuang banyak mana. Tapi, ini adalah taruhan yang harus kulakukan.

Ketika aku mulai secara perlahan mengendalikan dan membatasi jumlah masing-masing partikel mana yang aku transmisikan ke Curtis. Aku tidak bisa mengerti, tapi menggertakkan gigiku sambil meratap akan kehidupanku saat ini.

Ada begitu banyak tanda-tanda kecil lebih aku abaikan, berpikir jika itu akan berhasil dengan baik, dan jika aku pasti bisa mengatasinya.

Apakah aku sudah memperlakukan hidupku kali ini dengan baik?

Menjadi cukup beruntung untuk memiliki jumlah kekuatan di usiaku saat ini, pasti sudah membuatku kehilangan rasa masa lalu dan rasionalitas.

Aku bukan lagi seorang raja, yang terikat oleh aturan dan politik. Serta kemampuan fisikku sendiri, aku tidak bisa ceroboh. D

i dunia ini, batas-batas potensiku tak terbatas. Mencapai tahap white atau lebih jauh mungkin bukan mimpi. Tapi, masalahnya adalah waktu dan usaha.

Hal yang paling membuatku terkejut dan apa yang sangat aku benci adalah…

untuk mengakui jika aku, ternyata sudah seperti Lucas.

Aku memang tidak terlalu mirip dengan si brengsek itu, dan aku juga memiliki orang yang aku benar-benar pedulikan selain diriku. Tapi, aku telah menjadi sombong. Arogan, hingga menjadi sebuah kecerobohan.

“A-aku tidak tahu apa yang baru saja kamu lakukan, Arthur, tapi aku merasa hebat. Aku pikir, aku bisa masuk ke fase pertamaku!”

Seru Pangeran, menyadarkanku. Aku juga merasakan perubahan tubuhnya, saat dia sedang melalui transisi ke fase pertama-nya.

Mana berfluktuasi tak menentu di sekelilingnya, saat dia merilis beast will-nya. Tanganku tersentak kembali, saat Curtis merilis fase pertamanya. Karena bingung, aku mencoba mentransfer mana lagi, tapi penolakan dari tubuhnya, bahkan lebih kuat daripada yang pertama kalinya.

Apakah beast will menolak manaku?

Sebelum aku memiliki kesempatan untuk mencoba lagi, Curtis sudah mulai mengumpulkan mana untuk mengeluarkan teknik World Howl-nya.

Dia berjongkok, menurunkan pusat gravitasinya sambil menahan mundur mantra, yang mana berkumpul dari kedua tubuhnya dan dipusatkan di depan rahangnya yang terbuka.

Saat ini, aku bergegas mendekati Tess, yang sedang meringkuk di belakang garis depan. Membawa Tess keluar dari sini adalah prioritas pertama. Sebagian dari kekacauan ini adalah kesalahanku.

Aku seharusnya sudah melakukan pekerjaan yang lebih baik, dalam hal mencegah sesuatu seperti ini terjadi lagi, sejak awal.

Dengan raungan keras, Curtis melepaskan serangan napas kuat, tapi queen yang bermutasi sepertinya merasakan ada sesuatu yang salah. Karena, monster itu segera merubah target dari Profesor Glory yang terluka, menuju Curtis.

“Oh tidak, kamu tidak boleh!”

Berteriak keras, Profesor Glory melompat dan bertarung dengan queen, berharap bisa mencegah queen mendekati Curtis.

Dengan ledakan kuat, mantra Curtis membuat sebuah lubang besar di tengah puing-puing, membersihkan jalan menuju tangga, yang mengarah kembali ke permukaan.

“Semuanya, cepat ke tangga!”

Aku meraung keras, untuk menyaingi suara batu yang berjatuhan dan geraman snarlers.

“Pergi sekarang!”

Profesor Glory ikut berteriak, saat ida masih terus berjuang menahan Queen snarler sendirian.

Kelas yang kelelahan membuat satu baris yang rapi, saat menuju pintu masuk. Di sisi lain Professor Glory masih bertarung, dinding mayat snarler menghalangi orang-orang untuk sesaat, walau itu tidak terlalu berarti.

“Claire, aku percayakan Tess kepadamu.” Aku menyerahkan Tess ke Claire, yang tampaknya masih dalam kondisi terbaiknya.

“Kamu tidak berencana tinggal, kan? Kamu tidak serius, kan? Kamu memerintah seperti pemimpin di komite disipliner, itu sal…”

“Pergi saja…”

Karena waktu kami yang terbatas, aku merilis niat membunuh tajam. Yang mana itu sangat ampuh, karena bisa membuatnya bergeming mundur terkejut.

Setelah membantu Curtis yang gemetar, aku mendorong kedua rekan tim komite disiplinerku itu ke pintu depan gua, sebelum kembali ke tempat Profesor Glory bertempur.

“Kenapa kamu kembali, Arthur ?!”

Aku hampir bisa merasakan jumlah frustrasi dalam suara professor, saat dia membentakku dengan gigi terkatup.

“Kita harus bekerja sama untuk membunuh hewan ini.”

Mengambil Ballad’s Dawn keluar dari cincin dimensiku, aku segera menghunuskannya.

“Kamu lebih baik berharap kita bisa membunuhnya. Karena, kamu pasti akan menyesal tidak mengikuti perintahku, jika itu tidak terjadi,” jawabnya, sambil memblokir pukulan dari cakar tajam queen.

“Hei, aku seorang profesor juga, ingat?”

Aku tersenyum lelah, sebelum membuat mengayukan pisau tajamku.

“Kamu terlalu pintar, hingga tingkat yang sulit dimengerti, Arthur.”

Dia tersenyum sambil menggelengkan kepala. Situasiku tampaknya tidak terlalu bagus, setelah melakukan transfer mana. Jika bukan karena rotasi mana, aku mungkin pingsan sejak lama.

Sementara berjuang melawan queen dan menjaganya cukup jauh dari tangga agar sisa kelas bisa keluar dengan selamat, aku bisa melihat jika orang terakhir yang masih tinggal adalah Lucas.

Mata kami lalu terkunci untuk sesaat, sebelum dia menoleh kembali dan menghilang ke pintu masuk.

Aku bisa bersumpah, aku melihat dia mendengus, sebelum berpaling.

Saat pertarungan terus berlangsung, aku berhasil untuk memutuskan salah satu dari sayap queen dan membuatnya tidak mampu terbang lagi. Tapi, bulu yang tebal miliknya itu mencegah kami dari melakukan sesuatu, yang lebih daripada memberikan luka dangkal saja.

Queen yang bermutasi ini, walau itu berdiri hampir sepuluh kaki di atas kaki belakangnya, sambil dipenuhi dengan luka yang dihasilkan olehku dan Profesor Glory. Tampaknya, itu tidak terganggu sama sekali.

“Aku ragu, kita bisa membunuhnya!”

Aku berteriak kepada Profesor Glory, yang berada di sisi lain dari Queen snarler.

“Kita harus setidaknya menjauhkannya, agar kita bisa melarikan diri. Queen ini sepertinya tidak akan pergi keluar Dungeon!” jawabnya, saat queen melolong marah.

“Aku ingin kamu tetap membuatnya sibuk selama lima detik, Profesor.”

Aku memperbaiki posisi, agar bisa melihat Profesor Glory dalam pandangan yang lebih baik.

“Oke.”

Dia tidak mempertanyakan apa yang hendak aku lakukan, saat dia melepaskan ledakan lain dari inti mana-nya.

Saat Profesor Glory melompat ke arah queen yang bermutasi, aku menempatkan segelku kembali ke cincin dimensi dan menggenggam pedangku dengan kedua tangan. Dengan segel yang dibuka, aku mengalirkan sisa terakhir mana elemen thunder-ku ke dalam Ballad Dawn.

Tanpa mana untuk memperkuat dan memberdayakan gerakanku, aku kemudian mendekati Queen snarler yang terlihat seperti sedang merangkak.

“Awas!”

Mendegarku sinyalku, Profesor Glory melompat mundur, saat aku menusukkan pedang ke dalam luka yang sudah ada.

Tepat di antara tulang bahu queen.

Garis aliran listrik segera mengalir melalui luka yang membuat queen mengeluarkan jeritan bernada tinggi, saat dia mulai kejang.

“Ayo kita pergi!”

Tanpa bahkan mampu menarik pedangku kembali keluar dari Queen snarler, Profesor Glory mencengkeram pinggangku dan membawaku ke pintu depan.

Saat gerombolan snarler lain menutupi jalan kami, Profesor Glory menebas mereka dengan cepat.

Tapi tiba-tiba, sebuah bayangan gelap melewati kami.

“B-Bagaimana?”

Profesor Glory hanya bisa terkesiap, saat mendongak dan melihat. Queen Snarles, dengan pedangku yang masih tertanam di tulang nya, entah bagaimana dapat pulih cukup cepat, untuk membuat satu lompatan putus asa dan menghalangi kami untuk melarikan diri.

“Cepat!”

Aku sedang ternggantung, saat berusaha menyadarkan profesor secepat mungkin. Dengan queen snarler bermutasi yang hampir berada di dekat kami…

Kami nyaris tidak berhasil menghindari cakar tajam, sebelum itu mendarat keras di tanah.

Tanpa memiliki waktu untuk bahkan melihat ke belakang, kami berjalan melewati snarles lain dan bergerak ke aula, ketika aku melihat queen yang bermutasi merangkak kembali mendekati kami.

Sepertinya, serangan terakhirku masih memberikan beberapa kerusakan padanya. itu terlihat dari caranya merangkak tertatih-tatih ke arah kami. Itu menggunakan cakarnya, untuk menyeret tubuhnya.

Saat mencapai ujung lorong di mana tangga berakhir, aku bisa melihat sesuatu yang aneh di tubuh Queen snarler, yang hanya beberapa meter dari kami.

Setiap inci dari queen yang bermutasi ini memang aneh, tapi kali ini sangatlah berbeda. Setiap kali queen menjadi lebih dekat dan lebih dekat ke puncak tangga, di mana kami berada…

Wajah dan tubuhnya mulai berdenyut. Tubuhnya bahkan mulai tumbuh secara berkala secara acak.

Jangan bilang…

Sebelum aku bahkan mampu menyelesaikan pikiranku, queen meledak dan mementalkan daing, darah, dan pecahan tulang belakangnya.

Sebelum Profesor Glory bahkan bisa berbalik, kekuatan ledakan mendorong ke depan. Dan itu membuatnya kehilangan kekuatan cengkeramannya padaku.

Seolah-olah itu belum cukup, ledakan yang disebabkan oleh queen ini membuka lubang besar di bawahnya.

“Arthur!”

Melalui gigi terkatup, aku mendengar teriakan putus asa profesorku, saat dia mengulurkan tangannya keapdaku. Tapi, itu sudah terlambat. Aku bisa merasakan diriku semakin lemah, karena dampak upaya putus asa terakhir queen snarlers.

“Selamatkan Tess!”

Aku berkata lemah, sebelum menggunakan sedikit terakhir mana yang telah aku kumpulkan dalam jumlah waktu yang singkat, untuk memperkuat tubuhku.




< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "BAE_066"