BAE_090
BAE_090
Chapter 90: Permulaan
#PoV: Arthur Leywin
Kata-katanya terdengar di telingaku, seperti suara gong
raksasa yang dibunyikan pada awal setiap tahun. Banyak orang mengatakan, jika
seseorang dengan senyum terlebar, selalu menyembunyikan sebagian rasa sakit di
dalam hati mereka, itu benar.
Aku lalu mengalihkan pandangan ke Virion yang tertidur dan mengingat kembali, di saat ia bercanda dengan senyum nakalnya.
Aku tidak tahu rasa sakit yang telah ia lalui…
Aku sebelumnya, seperti beberapa remaja yang berpikir dunia
membenci dirinya. Aku tidak tahu tentang fakta, jika ada orang lain yang
mungkin telah menderita sakit, yang lebih dalam daripada yang aku punya.
Tidak ada kata-kata keluar dari mulutku, setelah apa yang
dikatakan Rinia. Hanya ada sedikit gemetar di jari-jariku.
“Alasanku mengatakan ini, bukan untuk mendatangkan rasa
kasihan atau kesedihan darimu. Aku mengatakan ini, hanya agar kamu menyadari
betapa dalamnya permasalahan dari apa yang akan kukatakan selanjutnya.”
Ada keyakinan tegas dalam suara Rinia, yang membuatku
tersadar kembali.
Rinia berhenti sejenak, seakan menyiapkan hatinya sebelum dia
berbicara.
“Aku sudah menggunakan kekuatanku, untuk sengaja melihat
masa depanmu, Arthur.”
Setelah semua yang ia katakan padaku, kenapa dia malah
mengatakan sesuatu yang lebih membebaniku.
“Apa? Ke- kenapa?”
Aku terbata-bata, saat Sylvie yang mengantuk berjalan ke
arahku dan melompat ke pangkuanku untuk tertidur lagi. Itu meninggalkan kami
berdua dengan alis yang terangkat.
“Sepertinya, ikatanmu kebal terhadap herbal yang aku berikan,”
Dia tertawa.
“Ya, dia mungkin hanya tertidur secara alami,” jawabku
dengan setengah tersenyum.
“Nah, mari kita lanjutkan, bahkan sebelum hari pertama aku
bertemu denganmu, ketika kamu masih kecil. Aku sudah mendapatkan pandangan
sekilas dari masa depanmu. Bukan hanya itu, aku juga mendapatkan pandang
sekilas dari penglihatan beberapa orang tentangmu. Sangat aneh untuk memiliki
begitu banyak visi dari orang tertentu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya.”
Rinia lalu bergeser di kursinya.
“Seperti yang kamu mungkin sudah sadari, Arthur. Banyak hal
yang berubah di benua ini. Dicathen akan melalui sebuah era baru. Kita sudah
mengalami awalnya dengan pneyatuan dari tiga Kerajaan dan Six Lances. Tapi, itu
hanya awal.
Dan dari semua perubahan yang akan terjadi itu, aku
melihatmu selalu berada di pusat mereka, entah bagaimana, Arthur.”
Diviner itu menatap mataku.
“Lalu, bagaimana dengan tempat persembunyian terpencil ini…”
Aku mulai berkata.
Rinia hanya memberiku anggukan kecil.
“Dengan ilmu yang aku dapatkan dari melihat ke masa depan…
di masa depanmu. Sepertinya, aku sudah membuat beberapa musuh.”
“Apa sebenarnya yang kamu lihat dari masa depanku?” tanyaku.
“Inilah bagian yang sulit. Memberi-tahumu terlalu banyak apa
yang aku lihat, dapat mempengaruhi masa depan. Di sisi lain, mengatakan terlalu
sedikit juga akan berdampak ke masa depan,” keluhnya.
“Lalu, bagaimana kondisimu saat ini, Rinia? Kamu sudah
memberikan beberapa hidupmu untuk melihat masa depanku… Apa kamu baik-baik
saja?”
Aku tidak bisa mengerti dan cemberut.
“Aku baik-baik saja. Aku sudah hidup cukup lama, lagipula.
Setidaknya, aku mungkin bisa menggunakan hidupku untuk membantu masa depan.”
Rinia melambaikan tangan dengan acuh.
“Aku benci terdengar, seperti beberapa peramal tua yang
memberi peringatan pada pahlawan untuk berhati-hati dan lainnya. Tapi,
sepertinya hanya itu yang bisa aku katakan.”
Aku tahu, dia berusaha untuk membuat jalan pintas untuk
meringankan rasa bersalahku saat ini.
“Arthur…”
Nada Rinia menjadi serius, hampir tegas,
“Kamu akan menghadapi banyak kesulitan mulai saat ini.
Apapun yang kamu putuskan, itu tetap akan sama. Kamu akan memiliki musuh, dan kamu
akan memiliki banyak penghalang di jalanmu. Tapi melalui semua itu, kamu bisa
mencapai tujuan akhirmu.
Apa yang ingin kamu capai dalam hidupmu? Itu akan menjadi
apa yang menentukan jalanmu.”
Ini terdengar lebih seperti pidato motivasi daripada ramalan.
Tapi seolah-olah, dia telah membaca pikiranku, Rinia melanjutkan.
“Mendekatkah Arthur, aku mengingatkanmu akan dua hal. Satu,
orang melakukan hal-hal buruk untuk alasan yang baik. Jadi, jangan hanya
melihat mereka untuk apa yang mereka lakukan di permukaan, jagalah pikiranmu
untuk tetap tajam.
Dua, seringkali, musuh paling menakutkan bukanlah seseorang
yang ada di takhta, memimpin pasukan. Tapi, itu adalah tentara yang kehilangan.
Untuk itu, waspada dan jangan terlalu percaya diri.”
Suara Rinia ini menjadi bisikan lembut saat ia
memperingatkanku, meninggalkan keheningan yang tidak nyaman di dalam ruangan.
“Maaf, aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Aku ingin kamu
mengikuti dan percaya terhadap instingmu. Kamu seseorang yang sangat tajam dan
aku tahu, jika kamu akan membuat pilihan yang tepat. Tapi ingat juga,
terkadang, pilihan yang tepat tidak akan menjadi selalu pilihan terbaik.”
Pembicaraan dengan Rinia berakhir, memberiku perasaan yang
agak tidak enak di mulutku. Itu seperti seseorang memaksa menyuapkan sesendok
obat pahit. Membantu dan diperlukan, tapi tetap saja itu pahit.
Rinia membangunkan semua orang segera setelah itu. Tentunya,
dengan aku yang berpura-pura tertidur dengan mereka juga. Rinia lalu membuat
beberapa alasan, jika dia dengan tidak sengaja mencampur beberapa herbal, untuk
relaksasi yang jauh lebih kuat dari dia diantisipasi.
Tidak ada seorang pun keberatan, dan kami melanjutkan dengan
memakan jamur yang sudah Rinia siapkan. Rasanya enak meskipun tidak seperti
daging. Melihat reaksi Sylvie, aku yakin jika dia juga tidak setuju.
Sudah cukup sore pada saat kami selesai makan dan harus
kembali. Saat ini, kejutan besar muncul dari fakta, jika rumah Rinia tenyata
berada di tengah tebing gunung. Dan kami masuk melalui pintu rahasia yang ia
buat sendiri dengan sihir teleportasi, yang mana ini lebih mengejutkan.
Karena gerbang teleportasi dibuat di zaman kuno, konon
dengan bantuan para dewa, atau Asura, atau apalah itu, tidak mungkin untuk
membuatnya lagi.
Virion tidak terkejut seperti orang lain, termasuk aku,
melihat kekuatan Rinia. Aku hanya bisa mengangkat bahu dan menyadari, jika ini
adalah sesuatu dalam kemampuannya.
Setelah mengatakan salam perpisahan, Tess dan aku, bersama
dengan Sylvie, pergi melalui pintu gerbang. Seiring dengan perasaan pusing
setelah menyebrang, kami diantar kembali ke tepi Kota Xyrus yang dijaga oleh
penjaga, yang memiliki tombak mereka menunjuk ke arah kami.
Setelah menyadari jika kami adalah remaja dan memiliki
seragam Xyrus Academy, mereka cepat menurunkan senjata mereka.
“Kami mohon maaf, portal yang kalian gunakan datang dari
koordinat yang tidak diketahui. Jadi, kami tidak tahu siapa atau apa yang akan
keluar dari sisi lain. Walau jarang terjadi, tapi ada saat-saat ketika Mana
Beast tanpa sengaja melintas melalui gerbang teleportasi, di suatu tempat yang
jauh di dalam Glades Beast,”
Salah satu penjaga yang tampaknya seorang pemimpin, berkata.
Meskipun, matanya masih mengawasi kami dengan tatapan pengamat.
“Tidak apa-apa. Kami datang dari salah satu kota Elenoir,
dan penjaga tidak menyebutkan jika ia mengalami masalah, dengan pintu gerbang
dari waktu ke waktu,”
Aku mengangkat bahu.
Dengan anggukan paham, penjaga membiarkan kami pergi. Dan
karena tidak ada kereta menunggu kami, kami bertiga berjalan ke halte terdekat,
untuk menemukan kereta yang bisa membawa kami.
Matahari sudah terbenam saat ini, dan aku bisa melihat
distorsi warna di langit, saat Aurora Constellate akan segera mencapai
puncaknya. Jauh lebih mudah untuk melihatnya dari kota terapung, daripada
melalui pohon-pohon lebat di Elenoir.
“Wow, Aurora Constellate benar-benar indah setiap kali kamu
melihatnya,” kata Tess dengan kagum.
“Kyu…”
‘Langitnya berwarna-warni!’
Sylvie juga duduk di tepi kereta. Dengan kepala kecilnya,
dia menatap dengan penuh kekaguman.
Ketika kami tiba di Helstea Manor, Sylvie bergegas menaiki
tangga menuju pintu, dan mengetuk dengan cakarnya. Saat Tess dan aku
mengikutinya, pintu terbuka. Itu mengungkapkan orang yang tidak pernah
kuharapkan untuk terlihat saat ini.
“Jasmine?!”
Aku berhenti di mana aku berdiri dan tersentak.
“Lama tidak bertemu,”
Mentorku saat hari petualanganku menjawabku. Dengan tanda
kegembiraan yang hanya bisa aku lihat muncul diwajahnya, dia sedikit tersenyum.
Sebelum aku memiliki kesempatan untuk mengatakan apa-apa
lagi, sisa anggota Twin Horn muncul, satu per satu. Masing-masing dengan senyum
lebar di wajah mereka, ketika mereka melihat aku datang bersama dengan seorang
gadis, yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
“Kamu sudah dewasa,” kata Durden dengan senyum hangat di
wajahnya yang lebar, dan kecokelatan.
“Lihat siapa kita temui di sini! Tuan pahlawan membawa
pulang seorang wanita,”
Adam Krensh, pengguna tombak yang terlihat liar, bersandar
di tepi kusen pintu.
“Wow, lihat siapa yang telah menjadi seorang pria.”
Helen Shard, archer, masih dengan karismatik seperti
sebelumnya, mengedip padaku.
Sementara mereka semua tinggal di atas tangga, menunggu kami
untuk datang. Angela melompat menuruni tangga dan mengambilku ke pelukan
beruang-nya.
“Lihat betapa lucunya kamu sekarang!!”
Dia menjerit saat ia melambaikan tangannya ke sekitar. Kakiku
lalu terseret tak berdaya di tangga semen, karena aku terlalu pendek untuk
benar-benar mencapai tanah.
“Mmmfph mmmh!”
Setiap harapan untuk kata-kataku gagal di-artikulasi-kan,
saat dada-nya ‘yang diberkahi dengan baik’ menutupi wajahku.
“A-aku pikir kamu harus membiarkannya pergi…”
Aku mendengar Tess terbata-bata, sambil menarik di sisi
seragamku.
“Lihat siapa yang kita miliki di sini! Bukankah kamu elf
kecil yang lucu!”
Angela Rose menempatkanku turun seperti limbah yang dibuang.
Dan dia mengambil Tess, yang menjerit kaget.
Keluargaku segera keluar dan menyambut kami dengan tangan
terbuka saat ini. Dan adikku, Eleanor, sudah memiliki Sylvie dalam pelukannya.
Aku sangat ingin mengajak Twin Horn dan Tess makan malam,
karena aku belum melihat mereka dalam waktu lebih dari satu tahun. Tapi aku
tahu, Tess agak tidak nyaman dengan semua ini. Dia sudah merasa sedikit gugup
bahkan saat berada di rumahku, bila ditambah dengan tamu tak terduga yang ia
belum pernah lihat sebelumnya ini… cukup normal, jika dia merasa lebih tegang
dan canggung.
Ibu dan adikku mencoba untuk membuatnya merasa lebih nyaman.
Tapi, karena dia menjadi canggung kepadaku juga untuk beberapa alasan, dia
tidak bisa menerimanya.
“Apakah kamu benar-benar akan kembali ke akademi?”
Aku bertanya.
Tess mengatakan kepada semua orang setelah meminta maaf, jika
dia harus kembali ke sekolah dengan alasan, untuk membereskan beberapa
pekerjaan Dewan Mahasiswa yang ia tinggalkan.
“Aku terlalu rindu dengan sekolah, dan pekerjaanku mungkin
telah menumpuk sekarang. Terima kasih kepada kalian untuk keramahannya. Aku
minta maaf, karena aku tidak bisa tinggal lebih lama.”
Tess membungkuk singkat dan pergi.
Karena aku pergi ke luar bersamanya, aku ragu-ragu untuk
pergi bersamanya atau tidak.
“Jangan khawatir tentangku! Aku akui, jika agak tidak nyaman
bagiku berada di sana. Tapi, itu bukan alasan utamaku. Aku benar-benar harus
mengerjakan pekerjaan Dewan Siswa, dan aku juga merasa buruk karena bahkan
Lilia masih di sekolah. Cukup buruk bagiku untuk berada di rumahnya dan
bersantai sementara dia bekerja, kan?”
Tess memberiku senyum meyakinkan.
“Kamu benar, tapi aku hanya khawatir, karena kakek
mengatakan jika kamu masih harus beristirahat. Inti mana-mu masih tidak stabil,
bahkan dengan segel yang Rinia berikan, sebelum kita pergi. Aku hanya merasa
lebih nyaman, jika aku berada di dekatmu dalam kasus sesuatu akan terjadi.”
Aku menggaruk kepalaku, perasaan ragu-ragu membuatku merasa
gatal.
“Aku tidak punya alasan untuk menggunakan sihir di akademi
untuk saat ini, kamu tahu. Selain itu, Kamu juga akan datang kembali ke sekolah
besok. Aku pikir, aku akan mampu bertahan sampai saat itu,”
Dia memberiku kedipan mata main-mainnya, menghancurkan
kecanggungan yang ada.
“Baiklah, tapi tetaplah berhati-hati.”
Aku dengan ringan mengusap kepalanya, dan mendapatkan
pukulan ringan pada perut sebagai balasan.
***
#PoV: Tessia Eralith
“Wah.”
Semakin sulit untuk menjaga wajah lurus di depan Arthur. Jika
aku tetap tinggal dan berbicara dengannya lagi, aku merasa seperti wajahku akan
terbakar seperti lilin.
Tubuhku terasa tidak sinkron, karena inti mana-ku. Itu
sangat mempengaruhi tubuhku, ini seakan bila seseorang tanpa sengaja
mendorongku, aku akan segera kehilangan keseimbangan. Tapi, aku tidak bisa
memberitahu Arthur, aku tidak ingin ia terlalu khawatir.
Setelah menutup mataku untuk mungkin beberapa detik, aku
sudah berada dekat dengan gerbang sekolah.
“Terima kasih!” kataku pada sopir.
Dia memberiku anggukkan ramah sebagai balasan, memiringkan
topinya, sebelum mengemudi kembali ke rumah Lilia.
Tepat setelah melangkah melalui penghalang dan memasuki
pintu gerbang, suasana tampaknya telah berubah secara drastis. Tubuhku menegang
segera, seolah menandakan otakku, jika ada bahaya di dekat sini.
“Hoho! Kamu di sini… SENDIRI? Pfft! Ini akan lebih mudah
daripada yang aku pikir! Ya!”
Suara serak mengejutkanku. Membuatku segera mengalihkan
kepalaku, ke arah sumber suara itu.
“Lucas? Lucas Wykes?”
Aku ternganga.
Ini pasti adalah Lucas, tapi ada sesuatu yang aneh… ya, dia
memang aneh sejak awal. Kulitnya abu-abu, dan cara tubuhnya bergerak secara
acak, membuatnya tampak lebih seperti rakasa gila dari siswa lain.
Aku ingin pergi, tapi aku tidak bisa. Tekanan dan haus darah
yang ia berikan, tidak memungkinkanku untuk bergerak. Yang bisa tubuhku lakukan
hanyalah menggigil.
“Hehe… Aku tidak percaya kamu di sini sendirian, tidak!
Sangat menyenangkan melihatmu lagi, Putri! Secantik biasanya, yap!”
Lucas mendekatiku, dengan langkah-langkah menjijikkannya.
Ini bukan Lucas…
Perasaan yang aku dapatkan darinya lebih seperti Mana Beast
gila, daripada dari dirinya yang biasanya.
Melihat ekspresi di wajahku, wajah Lucas miring saat ia
mengungkapkan senyum lebar.
“Mengapa kamu tidak bermain denganku, sampai Arthur datang?”
Post a Comment for "BAE_090"
comment guys. haha