OL_V01C01P03.2
OL_V01C01P03
1. The End and The Beginning - Akhir dan Awal
Part 3.2
Mempertimbangkan situasi Momonga yang tak normal, yang
paling tahu tentang hal itu seharusnya adalah perusahaan game. Masalahnya
adalah, bagaimana menghubungi mereka?
Biasanya yang harus dilakukan, hanyalah dengan menggunakan perintah ‘Shout’ atau ‘Call GM’ untuk melakukan kontak langsung. Tapi, metode itu juga gagal saat ini...
"Message?"
Itu adalah salah satu permainan pesan sihir dalam game.
Biasanya, itu hanya bisa digunakan di tempat atau situasi tertentu. Tapi
sekarang, ini mungkin bisa dimanfaatkan.
Meskipun sihir ini bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan
player lain. Belum diketahui, apakah bisa juga digunakan untuk memanggil GM.
Dan di situasi yang tidak normal ini, tak ada jaminan jika sihir masih bisa
digunakan.
Jika dia tak bisa menggunakan sihir… jangankan bertarung,
bahkan pergerakan dan kemampuannya untuk mengumpulkan informasi, akan sangat
berkurang sekali.
Di situasi seperti ini, di mana semuanya serba asing,
penting sekali untuk memastikan, apakah sihir bisa digunakan. Dan dia harus
diketahui hasilnya secepat mungkin.
Jadi, apakah ada tempat di mana dia bisa menggunakan sihir?
Momonga melihat sekeliling Ruang Tahta, dan menggelengkan
kepala. Meskipun ini adalah situasi darurat, dia tak ingin menggunakan Ruang
Tahta untuk bereksperimen dengan sihir miliknya.
Sambil memikirkan lokasi yang tepat, sebuah tempat terbersit
di otaknya.
Di samping kemampuannya sendiri, ada hal lain yang ingin ia
konfirmasi. Dan itu adalah otoritasnya.
Dia harus mencari tahu otoritasnya sebagai pimpinan dari
Ainz Ooal Gown, apakah masih ada. Meskipun para NPC di depannya kelihatannya
loyal, ada banyak NPC di Great Tomb of Nazarick, yang kemampuannya setara
dengan Momonga.
Dia harus mencari tahu, apakah mereka masih loyal terhadapnya.
Tapi…
Momonga melihat ke arah para maid dan Sebas yang sedang
berlutut. Lalu, ke arah Albedo yang ada di sampingnya. Albedo sedikit
tersenyum. Meskipun bisa dikatakan, itu adalah senyuman yang indah. Tapi
kelihatannya, itu juga seperti senyum pahit, karena menyembunyikan sesuatu. Yang
mana, itu membuat Momonga merasakan hal buruk.
Apakah loyalitas dari NPC masih tidak berubah?
Jika ini adalah kenyataan, setelah… Setelah bertemu dengan
pimpinan dalam perusahaan, para pegawai akan kehilangan kepercayaan padanya.
Jadi, reaksi para NPC seharusnya sama kan?
Atau, akankah mereka tak akan pernah mengkhianati seseorang,
selama mereka terprogram untuk setia kepadanya?
Jika kesetiaan mereka bisa digoyahkan, maka apa yang harus ia
lakukan, agar bisa menjaganya?
Memberi hadiah?
Ada banyak benda berharga di ruang penyimpanan guild.
Meskipun, jika dia menggunakan harta-harta itu bisa membuat teman-temannya
sedih. Karena, ini adalah situasi darurat menyangkut keberlangsungan dari Ainz
Ooal Gown, mereka pasti akan mengerti.
Hanya saja, dia tak yakin, seberapa banyak hadiah yang harus
diberikan.
Lagipula, apakah posisi yang lebih tinggi, seharusnya
dianggap sebagai atasan?
Tapi saat ini, kekuatan apa yang diperhitungkan sebagai yang
atasan, ini masih belum jelas baginya. Rasanya, seperti jika dia ingin
melanjutkan labirin pertanyaan ini, dia akan mengerti hal ini pelan-pelan. Atau...
"Kekuatan?"
Momonga membuka tangan kirinya, dan staff Ainz Ooal Gown
secara otomatis terbang ke tangannya.
"Kekuatan untuk berdiri di atas segalanya?"
Tujuh permata yang tertancap di staff bersinar dengan terang.
Seperti, meminta kepada tuannya untuk menggunakan kekuatannya yang hebat.
"...Lupakan saja, kita pikirkan hal ini nanti."
Momonga melepaskan staff-nya. Lalu, staff itu jatuh ke
lantai, seperti marah karena ngambek. Sebagai kesimpulan, selama kamu
bertingkah seperti seorang pemimpin. Sepertinya, yang lain tak akan memusuhimu.
Tidak perduli manusia atau binatang, selama kamu tak
menunjukkan kelemahanmu, musuh tak akan berani menunjukkan taringnya, dan
menyerangmu.
Dengan sikap memaksakan, Momonga berteriak dengan keras,
"Para Pleiades. Dengarkan. Selain maid yang mengikuti
Sebas, yang lainnya pergi ke lantai 9, dan melindunginya dari segala macam
serangan musuh yang muncul dari lantai 8."
"Baik. Momonga-sama."
Para Maid disamping Sebas merespon dengan hormat. Itu
menunjukkan, jika memahami tugas mereka.
"Lakukan segera."
"Diengerti, tuanku!"
Setelah Sebas dan para maid membungkuk kepada Momonga, mereka
berdiri, dan di saat yang sama, pergi.
Sekali lagi pintu-pintu besar itu tertutup. Sebas dan para
maid hilang di sisi lain.
Fakta jika mereka tak menolak perintah adalah sinyal yang
baik.
Momonga merasa seakan beban berat itu jatuh dari pundaknya. Dan
dia melihat ke arah satu orang yang tertinggal bersamanya. Orang itu adalah
Albedo, yang tersenyum sambil berkata,
"Apa yang Anda ingin aku lakukan selanjutnya,
Momonga-sama?"
"Ah, ehmm… aku tahu."
Momonga bangkit dari duduknya, dengan masih memegang staff-nya
dia berkata, "Kemarilah."
"Sesuai perintah Anda."
Menjawab dengan senyuman, Albedo maju ke arah Momonga.
Meskipun Momonga masih berhati-hati terhadap tongkat dengan bola hitam melayang
yang dibawa oleh Albedo. Dia lupa sesaat, kalau itu masih ada di sana.
Sebelum dia menyadari ini, Albedo sudah sangat dekat untuk
memeluknya.
‘Bau yang harum sekali… Apa yang aku pikirkan?’
Pikiran itu tiba-tiba saja dibuang, ketika itu terlintas di
benak Momonga. Ini bukannya berfantasi. Momonga meraih tangan Albedo.
"..."
"Ah?"
Ekspresi Albedo seperti kesakitan. Momonga kaget, dan
cepat-cepat menarik tangannya.
‘Ada apa? Jangan-jangan, aku membuatnya tak nyaman?’
Beberapa ingatan tak menyenangkan berputar-putar di
kepalanya, seperti langit yang jatuh. Tapi, Momonga dengan cepat menemukan
jawabannya.
"...Ah…"
Satu kelas yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Undead
Overlord adalah seorang Lich Mage, yang mempunyai skill melukai atau memberi
efek negatif, ketika penggunanya menyentuh orang lain.
‘Apa mungkin ini alasan dia kesakitan?’
Meskipun begitu, masih ada sedikit keraguan di hatinya.
Di Yggdrasil, para monster dan NPC yang dipanggil di dalam
Great Tomb of Nazarick, terdaftarkan semuanya di bawah guild Ainz Ooal Gown.
Selama mereka berada dalam guild yang sama, bahkan jika
mereka saling menyerang, tak akan ada yang terjadi.
Jangan-jangan, Albedo sudah tak berada dalam satu guild?
Atau jangan-jangan, sekarang bisa melukai anggota guild yang
sama bisa terjadi?
Kemungkinan akan hal itu terjadi masih sangat tinggi.
Menyadari ini, Momonga meminta maaf pada Albedo,
"Maafkan aku. Aku lupa, untuk mengangkat efek negatif
dari skill ini."
"Tolong jangan perdulikan aku, Momonga-sama. Rasa sakit
ini tak terasa sama sekali. Dan juga, jika itu adalah Momonga-sama, tak perduli
rasa sakit apapun… Ahn!"
"Oh... Eh... begitukah... Tidak, aku masih ingin minta
maaf."
Momonga tak tahu bereaksi bagaimana, melihat Albedo yang
dengan malu-malu menutup wajah dengan tangannya, setelah bersuara manis, dan
mulai tergagap.
Itu benar-benar karena efek negatif dari sentuhannya.
Momonga dengan cepat-cepat memalingkan muka, dan mencoba untuk mencari tahu,
bagaimana cara menghentikan efek skill ini. Lalu tiba-tiba, dia mengerti
bagaimana caranya.
Menggunakan skill dari Undead Overlord. Bagi Momonga, itu
adalah hal yang mudah dan sederhana seperti bernafas. Menghadapi situasi yang
tidak normal, Momonga tak bisa menahan tawa.
Setelah melalui banyak situasi aneh. Kebingungan karena hal
seperti itu, adalah lucu.
Kebiasaan yang bisa sangat menakutkan.
"Aku akan menyentuhmu."
"Ah."
Setelah menonaktifkan skill, dia menyodorkan tangan untuk
menyentuh tangan Albedo. Meskipun beberapa kalimat melayang-layang di
pikirannya, 'Ah kecil sekali', 'Ah putih sekali', dan beberapa ide-ide lain
yang muncul di kepalanya. Seluruh hasrat seorang pria benar-benar diabaikan. Karena,
dia hanya ingin merasakan denyut nadi Albedo.
‘Berdetak. Jantungnya berdetak.’
Jika ini adalah makhluk hidup, ini merupakan anugerah. Tentu
saja, jika dia benar-benar makhluk hidup.
Setelah melepaskannya, Momonga melihat pergelangan tangannya
sendiri, dan terlihat hanya tulang putih tak berkulit. Karena tak ada pembuluh
darah, sudah tentu tak ada detak jantung.
Tentu saja, menjadi seorang Undead Overlord. Artinya, dia
seorang Immortal (Makhluk abadi), yang tak bisa dijangkau oleh kematian. Dan
tentu saja, dia tak punya detak jantung.
Menjauh dari Albedo, Momonga kembali melihat ke arahnya.
Momonga melihat Albedo dengan mata lembab, yang muncul dari bayangannya. Dengan
wajah bersemu, mungkin karena suhu tubuhnya yang naik tiba-tiba.
Melihat tampilan Albedo, membuat Momonga terdiam.
"…Bagaimana ini bisa terjadi?"
‘Bukankah dia hanya seorang NPC?
Hanya berupa informasi elektromagnetik?
Bagaimana dia bisa hidup seperti manusia, A.I. macam apa
yang bisa melakukannya?
Yang lebih penting lagi, dunia Yggdrasil tiba-tiba muncul
dan menjadi dunia nyata...
Tidak mungkin.’
Momonga menggeleng-gelengkan kepalanya, karena menolak
kenyataan ini. Situasi yang fantastik ii tak akan pernah terjadi. Tapi, ketika
sebuah ide sudah tertanam, tak akan bisa lagi dihapus dengan mudah.
Merasa tidak nyaman dengan perubahan Albedo, Momonga tak
tahu lagi harus bagaiman selanjutnya.
‘Selanjutnya... adalah langkah terakhir.’
Selama dia bisa memastikan hal ini, semua prediksi miliknya
akan menjadi fakta asli. Untuk memastikan kecurigaannya terhadap makhluk ini
apakah nyata atau tidak?
Bagaimanapun, ini adalah tindakan seharusnya. Meskipun dia
harus menggunakan senjata di genggaman tangannya...
"Albedo… bisa, bisakah aku memegang dadamu?"
"Huh?!"
Suasananya langsung membeku. Albedo membelalakkan matanya,
karena kaget. Bahkan, Momonga pun merasa malu. Meskipun tak ada jalan lagi
untuk melewati hal ini, dia juga tak mengerti, mengapa dia mengatakan hal itu.
Yang benar saja, meminta seseorang akan hal itu dengan suara
tinggi, benar-benar terlalu ‘vulgar’.
Tidak, menggunakan otoritasnya sebagai pimpinan untuk
melakukan pelecehan seksual, adalah serendah-rendahnya orang yang rendah.
Tapi karena sudah kehabisan ide, dia harus melakukan ini.
Momonga meyakinkan dirinya sendiri, dia berusahan
menenangkan diri. Dan dengan wibawa seorang Master, dia berkata,
"Seharusnya itu tidak masalah, kan?"
‘Tak perlu merasa malu sedikit pun.’
Mendengar permintaan Momonga yang tergagap, Albedo terlihat
seperti ingin meledak kegirangan.
"Tentu saja, Momonga-sama. Silahkan membelainya, dengan
senang hati."
Albedo mendorong dadanya ke depan.
Gunung kembar milik Albedo, menonjol dengan indah, di depan
Momonga. Jika dia mampu menelan ludah, dia pasti sudah melakukannya
berkali-kali.
Dengan meraihkan tangannya, dia memegang dada Albedo, yang
ditutupi oleh jubah seremonial.
Ada ketegangan dan kegembiraan dengan jumlah tak normal. Dan
di sudut pikirannya, dia dengan tenang mengamati pemikirannya.
Berpikir jika dia benar-benar bodoh, mengapa dia memikirkan
metode semacam itu, dan melakukannya. Dia mencuri pandang pada Albedo dan
menyadari matanya yang bersinar, dadanya juga memiliki tampilan ‘mengundang’!
Tidak yakin apakah karena gembira atau malu, tangan Momonga
gemetar. Tapi, dia menguatkan diri dan mengarahkan tangannya. Pertama Momonga
merasa sedikit kaku di permukaan baju. Lalu, dia merasakan sensasi sangat lunak
di baliknya.
"Unn… Anh…"
Saat Albedo mengeluarkan erangan kecil, Momonga menghentikan
percobaannya. Setelah mempelajari apa yang barusan ia rasakan, Momonga datang
dengan dua penjelasan, terhadap situasi ini.
Pertama, ini bisa saja DMM-ORPG yang baru. Artinya, dengan
berakhirnya Yggdrasil, Yggdrasil II (dua) yang baru telah diluncurkan.
Tapi setelah percobaan ini, kemungkinan akan peluncuran game
baru menjadi tidak mungkin... karena, sebuah game akan melarang tindakan yang
dikategorikan untuk 18 tahun ke atas. Bahkan, ada yang dikategorikan 15 tahun
ke atas.
Ketika terjadi pelanggaran, sebuah hukuman berat akan diberikan.
Nama dari pelaku akan diumumkan di website resmi, dan akun pelaku akan dihapus.
Alasan dibalik tindakan itu adalah, jika tindakan 18 tahun
ke atas semacam ini diketahui publik. Berarti, uty melanggar Tindakan
Pemeliharaan Ketertiban Sosial.
Pada umumnya, fakta jika tingkah laku semacam ini adalah illegal,
bukanlah hal yang mengagetkan.
Jika ini adalah dunia game, perusahaan akan mengaplikasikan
semacam metode, untuk mencegah player melakukan tindakan semacam ini.
Jika seorang GM atau perusahaan game sedang memonitornya,
mereka akan dengan segera mencegah tingkah laku ‘nakal’ dari Momonga. Tapi
kelihatannya, tak ada hal semacam itu di sini.
Dan menurut dasar dari DMM-ORPG dan hukum komputer. Karena
tak memiliki izin, memaksa player untuk tinggal di dunia game, dikategorikan
sebagai penculikan, di bawah hukum penculikan.
JIka player dipaksa ‘join demo’ dari sebuah game, tindakan
semacam ini akan segera diketahui oleh penyidik. Terutama, jika sampai tak
mungkin player logout sebuah game.
Tidak mengherankan, jika perusahaan game itu akan dituntut.
Jika situasi semacam itu terjadi dan perintah logout dari
game tak berhasil, para player akan bisa menyimpan rekaman game dengan rnilai
seminggu penuh, dengan program yang dibawanya.
Hal itu merupakan keharusan, dari hukum yang berlaku. Dengan
itu, kamu bisa dengan mudah melaporkan pelanggaran perusahaan.
Jika Momonga hilang dalam seminggu, seseorang dari
perusahaannya akan tahu, jika ada sesuatu yang mencurigakan. Dan mereka
mengirimkan seseorang ke rumah untuk mencari dirinya.
Selama polisi menyelidiki kasus khusus ini, mereka
seharusnya mampu untuk menyelesaikan masalah ini.
Perusahaan mana yang mau ditangkap, dengan melakukan
tindakan kriminal seperti itu?
Tentu saja, sangat mungkin untuk beralasan, jika ini adalah
pengalaman yang pertama dari game itu. Atau bisa bilang, jika mereka sedang
meng-update gamenya. Tapi bagi perusahaan game, mengambil resiko seperti ini,
tak akan menguntungkan bagi mereka.
Dengan berpikir seperti itu, maka kemungkinan yang tersisa
adalah, jika ini adalah tindakan kejahatan, yang tak ada hubungannya dengan
perusahaan game.
Jika memang begitu, pemikiran semacam ini harus berubah. Jika
tidak, maka tak mungkin lagi untuk menemukan jawabannya.
Masalahnya adalah kebingungan, bagaimana menghadapi masalah
ini. Ada juga kemungkinan yang lain...
‘Jika dunia virtual ini menjadi nyata. Tidak mungkin.’
Momonga buru-buru menolak pemikiran ini.
‘Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa terjadi...’
Tapi di sisi lain, semakin banyak waktu yang terlewati,
semakin jelas terlihat jika itu adalah penjelasan yang paling logis untuk
menjelaskan apa yang terjadi sekarang. Lagipula, Momonga sedang memikirkan bau
harum dari Albedo.
Menurut Hukum Digital, 2 dari 5 indra, pengecap dan perasa,
seharusnya tak ada.
Meskipun, ada sistem makanan dan minuman di dalam game. Pada
umumnya, itu hanya sebagai sistem konsumsi. Batasan dari indra perasa,
dimaksudkan untuk menghindari player yang menganggap ini adalah kenyataan.
Karena batasan ini, penggunaan virtual reality dalam
industri 18+ menjadi tak populer. Tapi sekarang, semua batasan itu sudah
hilang.
Ini membuat benturan dramatis pada Momonga, memunculkan
pertanyaan, seperti ‘Bagaimana dengan pekerjaanku esok?’, atau ‘Apa yang akan
terjadi mulai sekarang?’.
Semua pertanyaan ini adalah urusan kecil. Dia buru-buru
melempar hal ke bagian otaknya yang paling belakang.
".. Jika dunia virtual menjadi dunia nyata... Menurut
besarnya data penyimpanan, ini sangat tak mungkin..."
Momonga menelan ludah, yang seharusnya tak mengeluarkan
suara. Meskipun pikirannya tak bisa menerima situasi ini. Di dalam hatinya, dia
sudah mengerti. Akhirnya, dia melepaskan tangannya dari dada Albedo.
Setelah membelainya dalam sekian waktu, Momonga akhirnya
mampu memahami situasi. Alasan dia menyentuh Albedo dalam waktu lama, bukan
karena dia berpikir jika 'milik' Albedo sangat lunak dan tak ingin
melepaskannya.
Jelas tidak.
"Maafkan aku Albedo."
"Woo ah..."
Albedo menghela nafas dengan wajah memerah. Seperti, dia
mengeluarkan uap panas dari tubuhnya.
Dengan malu-malu dia bertanya pada Momonga,
"Apakah malam pertamaku di lakukan disini?"
Setelah Albedo terbawa suasana dan bertanya demikian,
Momonga tanpa tertahan lagi dengan kagetnya bersuara keras,
"...Apa?"
Pikiran Momonga tiba-tiba hampa, tak mampu menerjemahkan
kalimat Albedo.
Malam pertama? Apa? Tentang apa? Dan mengapa dia terlihat
semalu itu?
"Bolehkah aku bertanya, apa yang harus aku lakukan
dengan pakaian ini?"
"...Ha?"
"Apakah aku harus melepaskannya sendiri? Ataukah,
Momonga-sama berkenan melakukannya? Dengan memakai pakaian, nanti... bisa
mengotorinya... Tidak, jika Momonga-sama menginginkanku memakai pakaian ini,
maka aku tak keberatan."
Otak Momonga akhirnya bisa mengerti perkataan Albedo. Tidak,
sekarang, hal itu masih dipertanyakan. Apakah Momonga masih punya otak di dalam
tengkoraknya atau tidak.
Merasa sadar akan apa maksud Albedo sebenarnya, hatinya
bimbang.
"Cukup Albedo."
"Huh? Ya, tuanku."
"Sekarang jangan... Tidak, sekarang bukan saat yang
tepat untuk melakukan hal semacam itu."
"Maafkan aku! Kita sedang menghadapi situasi darurat,
dan aku hanya memikirkan hasratku sendiri."
Albedo mulai berlutut meminta maaf. Tapi, Momonga
menghentikannya.
"Tidak, semua ini adalah salahku. Aku memaafkanmu,
Albedo. Selain itu… Aku punya permintaan lain untukmu."
"Apapun yang terjadi, aku akan laksanakannya."
"Beri tahu semua Guardian Floor. Aku ingin mereka
menemuiku. di arena lantai 6. Waktunya sekitar satu jam dari sekarang. Aku akan
mengabari Aura dan Mare sendiri. Jadi, kamu tak perlu menghubungi mereka
berdua."
"Siap tuanku. Aku ulangi, selain dari dua Guardian Floor
lantai enam, beri-tahu Guardian Floor lainnya untuk berkumpul di arena 6 dalam
satu jam."
"Benar, sekarang pergilah."
"Ya."
Albedo buru-buru meninggalkan Ruang Tahta. Melihat punggung
Albedo yang menghilang, Momonga menghela nafas, setelah Albedo meninggalkannya.
"…Apa yang sudah aku lakukan... Meskipun hanya
bercanda... Kalau aku tahu hal ini akan terjadi sebelumnya, aku takkan pernah
melakukan hal semacam itu. Aku… sudah menodai NPC buatan Tabula
Smaragdina."
Hanya ada satu alasan dari reaksi Albedo. Sebelumnya,
Momonga menulis ulang pengaturan Albedo. Dia merubahnya menjadi ‘Jatuh Cinta
kepada Momonga’. Inilah alasan, mengapa ALbedo memiliki reaksi semacam itu.
"...Ah... Sialan..."
Momonga menggerutu sendiri, warisan Tabula Smaragdina yang
berupa Albedo, diciptakan dengan susah payah dari nol. Lalu, itu diubah tanpa
permisi, dan akhirnya sifat Albedo seperti itu.
Momonga merasa, dia sudah menodai mahakarya seseorang, dan
menjadi murung. Tapi, wajah Momonga hanyalah tengkorak. Itu membuatnya sulit
untuk melihat perubahan ekspresinya, pada saat dia meninggalkan singgasana.
Dia bertekad untuk menyingkirkan masalah ini lebih dulu. Dia
mempunyai masalah lain yang harus dihadapi sekarang, dan memerlukan
prioritasnya.
Post a Comment for "OL_V01C01P03.2"
comment guys. haha