Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

OL_V01C01_Prolog

gambar


OL_V01C01_Prolog

Volume 1: Overlord

Prolog

 

Menghadapi seorang gadis dan adik perempuannya, seorang Knight mengangkat pedangnya.

Mengampuni seseorang.

Itu artinya, mencabut nyawanya dalam satu kali tebasan. Cahaya matahari terpantul di pedang knight itu, membuat pedang itu berkilauan di udara.

Gadis itu menutup matanya, sambil menggigit bibirnya. Ekspresi yang ditunjukkan adalah, dia tak mengharapkan situasi seperti ini. Dia hanya pasrah, karena tak ada lagi yang bisa ia lakukan.

Jika gadis itu punya kekuatan, dia pasti akan menggunakannya untuk melawan pria yang ada di depannya, dan lari.

Tapi… gadis itu tak punya kekuatan semacam itu.

Oleh karena itu, hanya ada satu kesimpulan.

Gadis itu pasti binasa di sini.

Pedang itu telah meluncur ke bawah. Namun, dia tidak merasakan luka apapun. Gadis itu membuka matanya.

Hal pertama yang ia lihat di dunia ini adalah, pedang yang berhenti di saat meluncur ke bawah. Hal berikutnya yang berada dalam pandangannya adalah si pemegang pedang.

Dia berhenti bergerak, seakan diselimuti es. Perhatian knight tak lagi pada gadis itu. Sikapnya benar-benar menunjukkan rasa kagetnya, yang meluncur dari dalam tubuhnya.

Seakan dituntun oleh tatapan knight itu. Gadis itu juga memalingkan wajahnya, menghadap arah yang sama. Lalu, dia melihat hal yang bisa membuat seseorang menjadi lemah tak berdaya.

Ada sebuah kegelapan.

Kegelapan murni setipis kertas, namun di dalamnya tak terduga. Muncul ke permukaan dengan bentuk oval, yang terpotong sisinya.

Pemandangan yang membangkitkan ketakutan, yang tak bisa dilukiskan.

Sebuah pintu?

Itulah yang ada pada pikiran gadis itu, setelah melihatnya… Setelah jantung gadis itu berdetak lagi, apa yang ia duga, benar adanya.

Drippp…

Ada yang muncul dari dalam kegelapan. Sekejap, dia menyadari apa itu.

“Hiii!”

Gadis itu mengeluarkan jeritan tajam. Sebuah wujud yang tak bisa ditaklukkan oleh siapapun.

Sebuah bola merah yang melayang seperti api, yang memudar di dalam tengkorak putih yang berlubang.

Ketika pandangan skeleton itu tertuju pada dua gadis itu, keduanya merasa seperti tatapan dingin pemburu pada mangsanya.

Di tangan skeleton yang tak ada daging dan kulit sedikitpun, ada sebuah staff mengerikan namun terlihat sangat indah.

Terlihat seperti kematian itu sendiri… terbungkus dalam sebuah ornament... Ada jubah hitam pekat yang terlahir di dunia ini, dengan kegelapan dari dunia lain.

Udara pun membeku, dalam sekejap mata. Seperti, waktu itu sendiri yang beku di hadapannya.

Gadis itu telah lupa menarik nafas, seakan jiwanya telah tercabut.

Di situasi seperti ini, di mana kesadaran akan waktu terlihat seakan hilang. Gadis itu mulai menarik nafas dalam-dalam, dan mengeluarkannya, seakan ia kekurangan udara.

‘Dewa kematian telah datang dari dunia lain, untuk menjemputku.’

Itulah yang ada dalam benak gadis itu. Tapi segera, dia merasakan sesuatu yang ganjil.

Knight mengejarnya pun juga tak bergerak.

“Urgh...”

Erangan kecil terdengar.

Dari siapa datangnya itu?

Rasanya, bukan dari gadis itu, ataupun dari adiknya yang bergetar ketakutan. Dan juga, itu bukan dari knight di depannya, yang sedang mengangkat pedangnya.

Seakan melambat, jari-jari makhluk yang hanya tulang tanpa daging itu, seperti meraih sesuatu. Dan itu bukan tertuju pada gadis itu, tapi kepada knight di depannya. Seakan, skeleton itu menggenggam sesuatu.

Gadis itu ingin berhenti melihat, namun dia terlalu ketakutan untuk melakukannya. Dia merasa, akan melihat sesuatu yang lebih mengerikan, jika memalingkan mukanya.

[Grasp Heart]

Reincarnation of Death itu membuat gerakan menggenggam erat. Dan, suara logam yang keras, terdengar di samping gadis itu.

Dia takut memalingkan matanya ke arah ‘Death’. Tapi, didorong sedikit rasa penasaran dari lubuk hatinya, gadis itu menatapnya. Dan dia melihat knight itu tergeletak di tanah, tak bergerak sema sekali.

Dia telah mati.

Ya, mati.

Krisis yang mengancam jiwa gadis itu telah hilang, seperti sebuah lelucon. Namun, dia tak bisa gembira. Karena, Death telah berubah bentuknya, dan menampakkan diri dalam wujud yang lebih nyata.

Dengan tatapan ketakutan dari gadis itu, Death itu pun bergerak menuju gadis itu.

Kegelapan yang berkumpul di tengah penglihatannya, semakin meningkat.

‘Kegelapan itu akan membungkus diriku.’

Dengan berpikir seperti itu, gadis itu memeluk erat adiknya.

Pikiran untuk kabur, sudah tak ada lagi.

Jika musuhnya hanya manusia, dia bisa bertindak dengan sedikit harapan. Tapi, sesuatu di hadapan matanya, adalah wujud nyata yang membuyarkan hal itu.

‘Tolong, biarkan aku mati dengan tanpa rasa sakit.’

Hanya berdoa, yang bisa ia lakukan.

Adik yang berada di pelukannya, mengigil ketakutan. Dia ingin menyelamatkan kakaknya. Tapi, dia tak bisa. Dia hanya bisa minta maaf, atas ketidak-berdayaannya. Dia hanya berdoa, agar dia tak merasa kesepian. Karena, bersama kakaknya.

Lalu...




< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "OL_V01C01_Prolog"