UG_006
UG_006
6. Zoro
Sungguh nama yang baru saja keluar itu sangat mengejutkan.
Dia tahu, jika Throne of Paradise memiliki banyak class/ job. Tentu saja, class
itu bisa berkembang dengan sinkronasi ras-nya.
Seperti contoh, elf dengan class mage bisa menjadi seorang druid atau elemental mage, atau pun spirit mage. Lalu, dwarf yang memilik kelas warrior, bisa berkembang menjadi guardian dwarf, defender dwarf, striker dwarf.
Di tengah-tengah itu, human yang memiliki kecenderungan
netral, bisa mengambil semua class itu, tentu saja harus memfokuskan diri pada
salah satu class terkait dan statistik pendukung class tree yang ingin dicapai
itu.
Contohnya.
Mage – Dark Mage – Necromancer – Lich – Undead Lord.
Mage – Dark Mage – Warlock – Dark Sage – Darkness Lord.
Priest – High Priest – Saint – Arc Saint – Apostle of God.
Warrior – Light Warrior – Saint Warrior – Arc Saint Warrior
– Warrior of God.
Druid – Wolf Tamer – Wolf Beast – Wolf Sage – Wolf Lord.
Itu adalah contoh class tree yang ada di website Throne of
Paradise, yang baru-baru ini diungkap. Sehingga, banyak sekali player yang
ingin segera membuka ras terkunci, agar bisa membuka class tree dari ras undead
dan beast.
Dan hasilnya cukup manis. Throne of Paradise menjadi game
primadona, yang telah berhasil menarik hampir sepertiga dari populasi manusia
untuk memainkannya, walau pun baru satu tahun lebih diluncurkan.
“Class Killer Back adalah Tiger
Warrior.”
‘Sungguh, dengan kelas seunik ini, tak ayal, dia menjadi
top ranker.’
Menurut info yang ia dapat dari Ratna, top ranker adalah 10
orang terbaik yang ada di papan world ranking. Tentu saja, dia harus
mengalahkan berbagai orang di seluruh dunia, agar bisa masuk ke jajaran atas
itu.
Dan untuk high ranker sendiri seperti shark, dia adalah 100
ranker terbaik di world ranking. Tentu saja, itu
prestasi yang membanggakan, yang mengalahkan ratusan juta player dari seluruh
dunia.
“Arthur.”
Ya, dia adalah top ranker pertama, yang berasal dari Amerika.
Entah apa yang dilakukan pemerintah Amerika, hingga keberadaan Arthur sangat
dirahasiakan. Terlebih lagi, Unicorn Inc. juga tak memberikan komentar apapun
tentang sang top ranker ini.
Tapi menurut Bagas, hal itu wajar. Selain Unicorn Inc.
berasal dari Amerika, server pertama yang diluncurkan juga hanya untuk wilayah
Amerika saja. Masa percobaan itu hanya dua minggu. Tapi, siapa yang tahu,
dengan waktu sebanyak itu, Arthur bisa menyikat seluruh quest di satu kota?
Setelah dia menenangkan diri, Bagas lalu berbaring di kapsul
game-nya.
Ya, hari ini dia tak ke rumah sakit. Tapi dia langsung
pulang ke Tangerang, dan login.
***
“A… apa ini?”
Saat dia membuka matanya, dia melihat tumpukan tinggi dari
piring dan gelas. Lalu di sampingnya, ada seorang lelaki kurus seperti dirinya,
yang telah bekerja mencuci piring.
“Hai bajingan… kamu sudah login?”
‘Hah?! Player?’
Azvein sangat terkejut dengan lelaki yang sudah basah dengan
air cucian ini. Dengan rambut hijau dan bandana hitam di sana, dan bekas luka di mata kirinya,
lelaki itu menatapnya, seolah dia adalah penjahat.
“Kenapa kamu di sini?”
“Aku di sini, karena aku perlu menghasilkan uang dan exp.
Tapi siapa sangka, aku jatuh ke mulut harimau.”
“Mulut harimau?”
“Sialan… jangan berlagak bodoh! Kenapa kamu meninggalkan
tubuhmu di sini, sialan?! Gara-gara kamu, aku hampir mati oleh orang tua kejam
itu!”
“Apa?!”
“Hei… kamu sungguh bodoh atau…”
“Hei!”
Suasana mencekam tiba-tiba muncul, keringat dingin pun mulai
mengalir deras di punggung dua player ini. Keduanya tersadar, jika ada
seseorang yang sedang mengawasi mereka. Tidak. Lebih tepat untuk mengatakan,
siap untuk membunuh mereka.
Gulp…
Gulp…
Keduanya menelan ludah bersamaan, sambil menatap lelaki tua
berambut putih yang menatap tajam di depan pintu dapur.
“Jangan berisik, dan bekerjalah.”
“Ya, pak!”
“Ya!”
Keduanya menjawab bersamaan, dan langsung mencuci piring dan
gelas itu kembali.
Lalu, pemilik pub, Albert, menghilang dari dapur.
Kepergiannya juga diiringi oleh menghilangnya tekanan mematikan itu.
“Huft… aku selamat.”
Azvein hanya menatap lelaki itu dengan penuh perasaan. Dia
juga merasakan tekanan kuat itu, yang membuatnya terasa berjalan di tali tipis
yang tajam.
“Maafkan aku, aku pemula,” ujar Azvein sambil melirik ke
arah lelaki itu.
“Ya, aku tahu. Tak sedikit pemula yang bertindak bodoh dan
ceroboh, seperti dirimu.”
“Ugh…”
Dia merasa seperti dihantam tepat di belakang kepalanya.
“Yah… lupakan saja. Saat aku mencapai level 2, aku sudah
bisa mulai berburu kelinci.”
“….”
“Hey… siapa namamu?”
“Azvein.”
“Aku Zoro.”
“Hah?!”
“Ya… aku pengemar berat One Piece.”
‘Kamu totalitas.’
Seolah sudah terbiasa dengan tanggapan seperti itu, Zoro
hanya terus melakukan pekerjaannya. Azvein juga tak bisa berbuat apa-apa. Dia
hanya terdiam dan berfikir.
Lalu, dia mulai bertanya, pertanyaan yang membuatnya merasa
sesak, karena mengingat gerombolan Carse.
“Kenapa tadi kamu memanggilku bodoh?”
Zoro hanya menghela nafas berat, seolah ia telah mendengar
pertanyaan ini berulang kali.
“Hufftt…. kamu tahu, lokasi untuk save di mana?”
“Lokasi save?”
Menurunkan bahunya, Zoro mengerti, jika pemula di sampingnya
ini sungguh sangat awam.
“Lokasi agar kamu aman saat logout. Jadi, saat kamu ingin
logout, kamu harus pergi ke hotel atau pub, menyewa kamar, lalu logout. Karena
kamu pemula, kamu hanya bisa menyewa ke pub. Sehari 10 copper.”
Melihat pemuda di sampingnya yang sedang merenung, Zoro
melanjutkan penjelasannya.
“Andai kata kamu sudah kaya, kamu bisa membeli kamar
permanen di hotel seharga 10 silver. Di sana, kamu bisa memulihkan HP, MP,
Stamina, dan menghilangkan beberapa status abnormal. Kalau kamu sudah level 5,
memilih kelas, dan berburu jauh dari kota, kamu bisa mendirikan kemah dan
membeli save stone.”
“Save stone?”
“Ya… save stone membuatmu bisa logout dengan aman.”
“Jadi itu sebabnya…”
Sekarang dia tahu, alasan dia bisa mati 100 kali oleh
gerombolan Carse. Dia melakukan kesalahan yang tak pernah ia ketahui
sebelumnya. Sungguh, dia merasa bodoh sekarang.
“Hei… aku bertaruh, apakah kamu tidak melakukan basic
tutorial?”
“Basic tutorial?”
“Ya… itu dibagi menjadi 4 bagian. Pertama saat kamu awal
login, latihan bergerak, indra, stats window, dll. Lalu, latihan menyerang dan
bertahan di Training Hall. Kemudian latihan untuk mencari quest dengan bertanya
pada NPC. Dan terakhir berburu di luar benteng, mendirikan kemah, dll.”
‘Sial… aku sungguh bodoh.’
Dia teringat dengan kesalahan bodohnya 4 bulan yang lalu, di
mana ia sengaja melewatkan basic tutorial agar bisa menghemat uang makan.
Sekarang, dia merasakan perutnya sakit, karena mengingat kesalahan kecil itu,
yang membuatnya harus menanggung penderitaan sebesar ini.
Setelah mencoba menenangkan diri begitu lama, Azvein
akhirnya bisa membuka mulutnya.
“Hei, kenapa kamu tadi marah padaku?”
Gerakan mengusap piring Zoro terhenti, dan dia menatap
dengan tajam.
“Kamu tahu sialan, gara-gara kamu yang diam saja di sini
untuk waktu yang lama, aku diculik oleh paman kejam itu!”
“Apa?!”
“Huuussttt…”
Dia menaruh tangannya di mulut, mencoba agar suara itu tak
terdengar keluar, dan terdengar paman kejam itu.
“Sebenarnya, aku sedang ingin mengambil quest dari bibi NPC
di toko sebelah. Tapi, saat aku hendak masuk, tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
Saat sadar, aku sudah di tempat ini. Dan paman itu sudah mengancam ingin
membunuhku, jika aku tak mau mengerjakan tugasmu ini.”
“Oh, maaf.”
Menyadari kesalahan dan kebodohannya, Azvein hanya bisa
menunduk malu.
“Yah, tak apa-apa. Lagipula, bar exp-ku sudah hampir penuh.
Saat aku level 2, aku akan meninggalkan tempat ini.”
Dengan rasa ingin tahu, Azvein pun bertanya.
“Hei, apa hadiah quest mencuci piring milikmu?”
“Oh, satu silver.”
“Apa?!”
***
“Stats window.”
Azvein |
Race |
Human |
|
Level |
1 |
Class |
Newbie |
Fame |
0 |
Title |
Unlucky Player |
|
|||
Health Point |
5 |
Mana Point |
-38 |
Strength |
-52 |
Agility |
-45 |
Endurance |
-54 |
Intelligence |
-37 |
Wisdom |
-49 |
Luck |
-12(-999) |
Ability Point: 3 |
“Yah!... akhirnya!”
Azvein saat ini sedang sibuk dengan stats window miliknya.
Yang mana dia sudah mengalami 10 level up kemarin, dan sekarang 3 level up.
dengan bonus 10 kali level up, di mana semua statistiknya naik 1 point,
sekarang dia bisa sedikit lebih cepat untuk mencuci piring terkutuk ini.
Sehingga, dia tak bisa mendengar suara gembira Zoro di
sampingnya.
“Akhirnya… hei, vein!”
Bukk!
[Anda menerima 3 damage.]
‘Apa?!’
Matanya membelalak saat melihat jendela pemberitahuan itu,
dan dia segera melihat ke arah Zoro, yang tangannya masih hangat karena memukul
pundaknya.
Kemudian, tangan itu segera bergerak kembali ke pundaknya.
“Tu…tunggu Zoro!!!”
Dengan gugup, akhirnya dia bisa menghentikan tepukan yang
bisa membawanya menuju pada kematian ke-101 miliknya.
Mendengar kepanikan dari Azvein, Zoro pun menghentikan
tangannya dengan binggung.
“Ja… jangan menyentuhku lagi.”
“Apa?”
“Kamu jangan menyentuhku lagi!”
Dengan stat Endurance yang masih -54 poin, dia menyadari, jika tepukan keras dari
seseorang, bisa memberinya damage. Tentu saja itu akan membuatnya mati, jika
dia tak berhati-hati.
“Yah… tak apalah.”
Zoro yang tak mengerti itu hanya mengangkat kedua bahu dan
melihat ke arah pintu yang masih kosong.
“Baiklah, aku akan pergi. Karena aku sudah level 2. Aku tak
ingin dekat-dekat dengan paman kejam itu lagi.”
“Ya.”
Azvein menjawab itu dengan waspada, takut Zoro akan
melakukan tindakan bodoh lagi.
“Baiklah, sampai jumpa.”
“Ya.”
Kemudian, setelah Zoro menghilang di pintu dapur, Azvein
kembali menghadap ember yang masih penuh dengan piring dan gelas.
“Baiklah… ayo mul…”
Bukkk!
[Anda menerima 3 damage.]
‘Apa?!’
Dengan kedua tangannya yang cekatan, dia memegang pinggiran
ember dan menatap tak percaya. Dia ingin marah kepada pelaku yang menepuknya…
lagi.
“Hei, vien. Hati-hati dengan paman kejam itu. Pergilah,
sebelum dia membunuhmu!”
“Kau yang akan membunuhku!”
***
[Blessing of Michael’s Compassion
God of Luck, Michael
mendengar rintihan hatimu.
Dia menunjukkan
welas asihnya, karena Anda telah benar-benar bertaubat. Sebagai gantinya, dewa
Michael memberi Anda satu kesempatan terakhir.
Anda berhak
mendapatkan:
1 poin ability
setiap Anda naik level.
Selama HP Anda
tersisa 1 poin, Anda akan mendapatkan Immune terhadap segala jenis serangan
senjata, kutukan, dan sihir.]
Dengan tatapan tak percaya, dia masih terpaku dengan layar
yang menyelamatkannya dari kematian. Dengan sisa 2 HP yang dimilikinya,
ternyata dia masih bisa selamat dari 3 damage terakhir dari Zoro.
Agar tak terulang kejadian yang sama, dia akhirnya memakan
roti gandum miliknya, hingga HP-nya kembali ke 5 poin.
‘Sialan kau, Zoro!’
Rasanya, dia ingin marah atas sikap Zoro yang tak sengaja
ingin membunuhnya. Tapi, dia dengan cepat menghembuskan nafas berat, agar bisa
kembali tenang. Lalu, dia beralih ke tab quest miliknya.
[Jumlah yang dicuci:
-Piring= 1.631 buah.
-Gelas= 1.370 buah.]
Dia penasaran, berapa jumlah yang harus ia habiskan, agar
quest tanpa akhir ini bisa mencapai ujungnya. Tapi, dia tak bisa terlalu lama
di tempat ini. Karena, dia harus mencari item normal untuk persembahan dewa
Michael.
Ya, Blessing of Michael’s Compassion yang disinkronasi
Unlucky Player mengharuskannya mempersembahkan item normal untuk mempertahankan
efeknya.
Sedangkan, dia sudah lima hari waktu game di pub ini,
sehingga, hanya tersisa 25 hari lagi.
‘Aku harus cepat mencari jalan keluar.’
Dia terus berfikir bagaimana untuk keluar dari situasi sulit
ini. Setidaknya, dia berharap bisa mendapatkan item normal dan memberikan
persembahan pada dewa Michael.
Tapi dengan kondisinya saat ini, dia tak mungkin melakukan
quest apapun. Terlebih lagi, dia juga tak memiliki apapun untuk bisa ditukarkan
dengan item quest.
Hanya ada satu cara agar ia bisa lepas dari kondisi ini.
Yaitu, rumah lelang.
Ya, dia harus membeli item normal.
Tapi, item normal yang paling jelek adalah 100 silver (1000 rupiah).
Sungguh itu sangat mahal untuknya. itu juga separuh dari gaji part-time nya di
restoran.
Dia hanya menghela nafas berat, saat matanya tiba-tiba
tertutup.
‘Siapa?’
Ada tangan halus yang menutupi kedua matanya.
“kenapa kamu murung?”
‘Evaline!’
“Ti… tidak… aku tidak murung.”
“Kalau begitu, tersenyumlah.”
Mundur dua langkah ke belakang. Dengan kedua tangan yang
mendorong kedua ujung bibir cerinya, dia menampilkan wajah lucu dengan topi dan
rambut pirangnya yang berkibar, karena tubuhnya yang miring ke sebelah kanan.
Sungguh, dia adalah jelmaan malaikat yang turun ke bumi.
Melihat tatapan terpana dari pemuda di depannya, Evaline
yang tak mengerti hanya binggung.
“Tersenyum…”
Tanpa berkata-kata, Azvein hanya bisa ikut tersenyum melihat
tingkah lucu Evaline, yang sesungguhnya tak cocok dengan usia dewasanya. Tapi,
tingkah lucu itu sangat menghiburnya.
“Terima ka…”
“Hey!”
Kedua insan ini pun melihat ke arah sumber suara, yang
sepertinya iri dengan romansa kedua remaja itu. Lalu, lelaki tua itu melihat ke
arah Evaline yang riang.
“Apa kamu harus pergi sekarang?”
“Hmm…”
Evaline mengangguk yakin atas pertanyaan khawatir itu, dan
melanjutkan.
“Paus yang menyuruhku. Katanya, aku bisa dipromosikan
setelah misi ini, jika aku banyak mendapat poin kontribusi.”
“Tapi…”
“Tenang saja paman… banyak paladin dan priest yang
bersamaku. Lagi pula, ini bukan misi bahaya,” jelas Evaline yang mendekati
Albert yang murung.
“Tapi… kamu baru pertama kali…”
“Kata paman, kalau tak mengambil langkah pertama, kapan aku
bisa maju?”
Dengan senyum riang biasanya, Evaline bergelayutan di
pergelangan tangan kekar dari Albert.
“Tapi, itu tetap saja wilayah perbatasan!”
“Paman…”
Dengan merengek nangis, Evaline memberikan tekanan yang tak
bisa ditolak orang sekejam Albert.
“Huft… baiklah-baiklah…”
“Yey… paman adalah yang terbaik.”
“Cukup.”
Untuk menghentikan kegembiraan Evaline, Albert segera
merubah sikapnya. Tentu saja, priest muda itu menanggapinya dengan senyuman.
“Baiklah. Kamu hati-hati… dan bawa ini.”
Di tangannya, ada sebuah liontin yang memancarkan aura suci.
Itu seperti kalung antik dengan motif dedauan di sana. Seperti, item yang
diproduksi bangsa elf.
“Apa ini?”
“Itu adalah Angel’s Tear Necklace.
Kalung itu akan melindungimu dari serangan demon. Jika kamu dalam bahaya,
kalung itu akan melindungimu dengan holy shield.”
“Wow… bukankah kalung ini mahal?”
Mata biru Evaline membesar karena
takjub, dengan kalung di tangannya ini.
“Kalung itu tak semahal keselamatanmu.”
Ucapan itu terasa tulus, seakan diungkapkan dari hati yang
terdalam.
Dengan senyum gembira, Evaline mengangkat kalung itu
tinggi-tinggi.
“Terima kasih paman,” ucapnya riang, seraya berlarian di
tempat.
Lalu tiba-tiba, dia berbalik dan menuju ke arah pemuda yang
sedari tadi mengawasi adegan itu.
“Pasangkan padaku.”
“A-apa?!”
Azvein sungguh terkejut dengan permintaan itu.
Di depannya, dia melihat kecantikan Evaline yang tiada
duanya. Tapi di belakangnya, dia melihat lelaki tua yang berdiri tegak seraya
menahan otot-otot di wajahnya, agar tak meledak. Ya, dia sepertinya sangat
marah, sekaligus iri.
Gulp…
‘Kenapa bisa seperti ini?’
***
“Baiklah paman, vein… sampai jumpa.”
Dengan lambaian tangan riang, Evaline mulai menghilang di
antara kerumunan orang. Dia sepertinya ingin segera kembali ke gereja, dan
memamerkan kalung barunya kepada teman-temannya.
Sementara itu…
Dengan kepergian Evaline, hawa membunuh yang sedari tadi
hanya merembes keluar, kini sudah membludak tak terbendung. Sungguh, dia
merasa, dia akan mati kali ini.
“Pa… paman.”
Dengan senyuman yang dipaksakan, Azvein terus melambai pada
Evaline yang sesekali berbalik.
“Jangan kamu turunkan tangan busukmu itu, atau aku potong
tanganmu itu.”
‘Sial…’
Post a Comment for "UG_006"
comment guys. haha