UG_007
UG_007
7. Pelatihan Neraka Albert (1)
Benteng Edinburg.
Tempat dia berada sekarang, adalah salah satu wilayah dari Sercraze Kingdom. Kerajaan terkecil dari 4 kerajaan
manusia.
Dan juga, daerah yang berbatasan langsung dengan Wander Kingdom di sebelah timur. Britain Kingdom yang luas di selatan. Dan juga berbatasan dengan salah satu wilayah tak terpetakan dari wilayah demon di utara dan barat.
Sebenarnya, wilayah manusia saat ini sangat genting.
Karena, dia diapit oleh wilayah demon di barat dan utara.
sementara di timur ada ras elf dengan hutan lebatnya. Dan para dwarf dengan
berbagai gunung dan perbukitannya di selatan. Sementara itu, untuk ras beast
dan undead tak memiliki wilayah jelas. Karena mereka sering berada di antara
wilayah human, elf, dwarf, atau demon.
Semua itu tak pernah diketahui, karena ekporasi oleh para
player juga sangat terbatas.
Contohnya, bagi para player elf yang ingin menjelajah ke
timur, terlalu banyak monster liar dan kuat di sana. Itu diakibatkan tiada
perlindungan world tree yang telah mati sejak pertempuran besar antar para ras
melawan ras demon.
Bahkan, sebagai pemimpin tertinggi para elf, Arc Elf, Queen
Sheverin sering meminta para player untuk menjangkau daerah-daerah yang
berbatasan dengan manusia dan dwarf.
Tapi, itu juga merupakan kerugian. Karena ras elf yang
menentang perbudakan, selalu menyerang manusia untuk menolong ras-nya yang
diperbudak. Dan juga dengan para dwarf yang selalu membuat mereka naik darah
dengan penebangan dan perusakan hutan yang terus berkelanjutan.
Di sisi lain, para player dwarf juga tak bisa berbuat bayak.
Diketahui, jika berbagai gunung yang penuh dengan mineral di sana, tengah
dijaga oleh Chaos Dragon Zelda. Sehingga, hanya
diketahui satu Dwarven Empire, yang mengabdikan diri
pada Chaos Dragon itu.
Sehingga, dragon itu memaksa mereka untuk menyerang wilayah
manusia dan elf, guna mencari bahan dan mineral yang tak bisa mereka dapatkan
di pegunungan. Seperti budak manusia dan elf, kayu, dan tanah subur milik
manusia.
Dari sisi ini, manusia terasa lebih diuntungkan. Padahal,
tenaga dan sumber daya mereka terkuras habis untuk menahan serangan acak dari
para demon di utara dan barat. Hanya kerajaan terbesar, Britain Kingdom yang
berada di antara wilayah Sercraze Kingdom di utara, dan Dwarven Empire di
selatan, yang mampu bertahan dari serangan dua ras, demon dan dwarf.
Entah bagaimana Britain Kingdom menangkis serangan para
demon, sehingga kerajaan mereka tetap eksis untuk menghalau para dwarf bersama
Hamman Kingdom.
Dengan satu tahun lebih Throne of Paradise dibuka. Hanya
info inilah yang baru didapatkan. Belum pernah ada yang tahu, seberapa luas
Paradise itu.
Bocoran dari Unicorn Inc. pun terbatas pada, ‘Jika seluruh
wilayah Paradise dibuka, itu membutuhkan 10 tahun’.
Mengingat hal ini, membuat Azvein merasa jika masa depannya
cerah.
‘Semakin lama dan eksis game ini, semakin mudah diriku
untuk mengais uang di dalamnya.’
Ya, tekadnya masih kuat, meskipun kondisinya semakin
terpuruk.
“Berdiri!”
Dengan semangat 45, Azvein mulai megakkan tubuhnya yang
babak belur. Tangannya yang gemetaran terangkat untuk melindungi wajahnya. Dia
sekarang dalam posisi Boxing, untuk mempertahankan diri.
Bamm…
Serangan kilat itu menembus kanan kepalanya. Dan tubuhnya
langsung terpental dan berguling-guling keras.
[Blessing of Michael’s Compassion
God of Luck, Michael mendengar…
…
…
…
…Selama HP Anda tersisa 1 poin, Anda akan mendapatkan Immune
terhadap segala jenis serangan senjata, kutukan, dan sihir.]
‘Kutukan sialan ini menyelamatkanku lagi.’
Sudah sehari penuh, dia telah dihajar habis-habisan oleh
lelaki tua ini.
Awalnya, lelaki tua itu ingin menghajarnya hingga tewas,
dengan ranting pohon yang terasa seperti besi. Tapi entah dengan keajaiban,
tidak, kutukan itu, Azvein bisa selamat berkali-kali.
Setelah amarah lelaki tua itu reda, dia pun bertanya.
“Kenapa kamu tak mati saja?”
“Cih… dasar tua bangka… kalau aku mati, bagaimana aku bisa
melindungi Evaline?”
Dengan mata yang tak bisa lagi melihat, kaki yang gemetaran,
dan tangan yang sangat berat untuk diangkat, dia tetap terus mencoba berdiri.
Dia juga terus memancarkan ekspresi kekesalannya karena dihajar terus oleh
lelaki tua ini, dengan kata-katanya… Senjata terakhir yang ia punya.
“Bocah sombong ini?!”
Otot menegang di wajah Albert semakin menjadi-jadi. Dia kini
tak segan-segan untuk menahan kekuatannya lagi. Setiap ayunan senjata
ranting-nya itu adalah kematian mutlak dari orang biasa.
Tapi, entah kenapa, pemuda sombong di depannya ini terus
bisa berdiri.
“Cih…”
“Hehe… pak tua… aku menang kan?”
“Kata siapa? Aku akan mulai menyerangmu dengan kakiku.”
“Tu… tunggu!!!” teriak Azvein gemetaran.
“Kenapa?”
“Ki… kita sudah bersepakat, agar kamu hanya bisa menyerang
dengan ranting itu, kan?”
“Lalu…”
Tanpa mengucapkan kata-kata lagi, Albert langsung melesat ke
depan, menuju lelaki yang telah merasakan kematiannya ke-101 yang mendekat.
Seolah, grim reaper sudah siap untuk menarik sabitnya.
“Aku akan mati!!!”
Saat matanya terpejam, ada hempasan angin kuat yang menerpa
wajahnya. Seolah, dia bisa runtuh kapan saja. Tapi, entah kenapa dia masih
berdiri di sana.
Perlahan, matanya terbuka, dengan tubuhnya yang masih
gemetaran. Tepat satu inci di depan matanya, ada kaki yang siap menendangnya
hingga ke luar angkasa.
Kringat dingin di seluruh tubuhnya kembali turun dengan
cepat, mengalahkan tekadnya yang sedari tadi kuat.
Gulp…
***
Flashback…
Sebelum kepergian Evaline…
Sesaat setelah Azvein memasangkan kalung Angel’s Tear Necklace di leher putih Evaline…
“Terima kasih.”
Untungnya, dia berhasil menahan getaran tangannya yang
sangat keras. Entah kenapa, dia merasakan tusukan bertubi-tubi, saat tangannya
bergerak menangkap kedua kait kalung dari tangan lembut Evaline.
Dia tak berani menatap. Hanya gerakan naluriah saja yang
membuatnya tetap bisa maju, menerjang maut.
“Se-selesai.”
Gulp…
Dengan telanan ludah yang sangat berat, dan mata goyah yang
mulai memandang sumber tusukan itu, dia merasakan kematiannya.
‘Aku pasti mati…’
Berbeda dengan pemuda itu, Evaline sangat senang dan segera
berlari menuju lelaki tua yang menyebarkan aura kematian itu.
“Paman!”
“Eh, ya…” jawab Albert dengan gelagapan, sambil memperbaiki
posturnya.
“Bagaimana? Aku cantik kan?” tanya Evaline dengan pose yang
menonjolkan lokasi kalung barunya.
“Ya, tentu. Kamu wanita tercantik yang pernah aku lihat.”
“Hehe…”
Gadis itu segera berbalik ke arah pemuda itu. dia berpose
yang sama.
“Bagaimana?”
Sebelum sempat menjawab, pemuda itu melihat ke arah belakang
Evaline. Ada tatapan kematian di sana, seolah berkata, ‘jika kamu bilang selain
cantik. Kamu mati!’.
Gulp…
“Ca… cantik.”
“Hehe…”
Setelah kesenangan Evaline reda, Albert segera menasehatinya
lagi. Tangannya masih erat memegang pundak Evaline.
“Baiklah, Evaline. Tolong jaga dirimu, bawa jaket tebal,
karena di utara sangat dingin.”
“Ya, paman.”
Dengan mata berkaca-kaca, seolah tak ikhlas melepas
kepergian putrinya, Albert hanya bisa terpaku.
“Jangan sedih paman. Aku pasti akan kembali. 10 hari lagi.”
“Ya… aku tahu.”
“Oh iya, paman.”
“Hm?”
“Bisakah kamu membantu vein?”
“Apa?!”
“Paman tahu… dia seperti saat pertama kali aku menemukan
paman…”
“….”
Tak bisa berkata-kata, Albert hanya terdiam membeku,
teringat akan masa lalunya, di mana ia pertama kali berjumpa dengan Evaline.
***
Saat itu, dia tengah terluka parah, dan ingin pergi ke desa
untuk meminta pertolongan. Tapi naasnya, desa itu telah dihancurkan oleh demon.
Dan tak ada siapapun yang masih hidup di sana.
Bug…
Dengan sisa-sisa tenaganya, dia akhirnya hanya bisa
terbaring di tanah berselimut salju ini. Menyerah akan kehidupannya yang telah
ia perjuangkan. Meninggalkan seluruh pengorbanan kelompoknya menjadi tak
berguna.
‘Sialan…’
Dari ujung kaki, jari jemari tangan, dan merambat ke tubuh,
hawa dingin ini mulai membekukan tubuhnya. Saat fikirannya telah perlahan
memudar, sebuah kehangatan muncul di dadanya.
Perlahan, mata Albert terbuka sedikit.
“…”
Dia tak melihat siapapun di atasnya. Hanya ada langit biru
gelap yang menurunkan salju putih dan hitam. Tanda jika pemukiman ini baru saja
dibakar habis.
Saat ia memiliki sedikit tenaga, dia melihat ke arah
dadanya. Ada anak-anak yang baru beranjak usia 5 tahunan, yang menekan dadanya
keras-keras sambil menangis.
Gadis itu menangis terisak-isak, dan tak bisa mengalihkan
pandangan dari dada bidang Albert.
Sesaat kemudian, saat ia memperoleh kembali pendengarannya,
dia mulai mendengar gumaman dari gadis itu.
“Jangan tinggalkan aku… jangan tinggalkan aku sendirian…”
Gadis itu terus terisak, meski dirinya juga gemetar karena
kedinginan.
“Hei… nak,” ucap Albert terbata-bata.
Mata gadis kecil itu segera terbelalak, seolah tak percaya
jika apa yang ia lihat adalah nyata. Lalu, dia melihat ke arah dada bidang yang
terbuka lebar itu, di mana bekas tusukan pedang telah menghancurkan jantungnya.
“Kamu pergilah…”
Merasa jika gadis kecil itu tak mampu menyelamatkannya,
Albert hanya bisa pasrah akan kematiannya. Karena, gadis itu hanya mampu
menggunakan sihir healing dasar. Di mana itu tak akan bisa memperbaiki
jantungnya, yang masih mempertahankan bentuknya, karena mana yang dimilikinya.
Andai mana yang dimilikinya habis, jantungnya akan hancur seketika dan
membunuhnya.
Tapi, sebuah keajaiban terjadi.
“Aku mempersembahkan hidupku, untuk menyelamatkan paman ini.
Dewa Michael!”
Setelah berkata seperti itu, dia langsung melukai tangan
kanannya pada longsword Albert, yang sedari tadi digunakan sebagai penyangga.
Tetesan darah gadis itu segera di teteskan ke dalam lubang
di dada Albert.
Beberapa saat kemudian, sesuatu yang menakjubkan terjadi.
Tubuh Albert tiba-tiba memanas. Seolah, ada banyak energi
baru yang memasuki tubuhnya. Tapi, ada sesuatu yang aneh.
Tubuhnya terasa sangat panas, seolah ada pertentangan dari
energi lamanya dan energi baru yang ia peroleh dari gadis itu.
“Arghhh…. Arrgghh!!!”
“Paman! Bertahanlah!”
Tangan kecil gadis itu segera menekan tubuh besar Albert
yang mengejang kuat.
“Paman!”
“Arrgghh…”
Seolah tubuhnya ingin meledak dari dalam, dia merasakan rasa
sakit yang lebih hebat dari pada kematian itu sendiri.
“Paman!”
Dengan berteriak yang dicampur dengan tangis yang semakin
menjadi-jadi, gadis itu terus memegang erat tubuh Albert.
“Paman! Jangan tinggalkan aku sendirian!”
***
Setelah tersentak, dia kembali ke dunia nyata.
“….”
Tanpa bisa berkata-kata, Albert hanya memandang Evaline
dengan tatapan hangat. Seolah, dia masih tak rela melepaskan kepergiannya.
“Paman…”
Tangan halus Evaline langsung meraih tangan kekar Albert.
“Tolong bantu dia…” sambungnya, sambil tersenyum
berkaca-kaca.
“Tidak.”
“Paman…”
Erangan Evaline yang tak menyangka jika pamannya akan
menolak, serasa membuat semua usahanya hancur.
“Aku tak kenal dia. Dan dia bisa saja berbuat jahat
kepadamu.”
Tatapan Albert kembali ke arah pemuda yang masih terpaku di
tempatnya. Seolah menegaskan, jika dia tak ingin memperdalam hubungannya dengan
pemuda itu.
Tapi, Evaline tak menyerah begitu saja.
“Kalau paman tak membantunya, kalung ini akan aku buang!
Sekarang, atau saat di perjalanan!”
Ancam Evaline sambil mengenggam Angel’s Tear Necklace.
“Apa?!”
Mata tajam Albert yang biasanya tenang, kini mendadak panik.
Tak biasanya, gadis manisnya akan menjadi nekat seperti ini.
“Ke… kenapa kamu…”
“Karena dia seperti paman,” jawabnya yakin, dengan mata
bertekat.
Tentu saja, itu membuat Albert tak bisa berkata apapun. Dia
hanya bisa terdiam, terpaku pada Evaline yang mengeratkan dua tangannya pada
kalung di dadanya. Seolah, ia berdoa dan meminta persetujuannya.
Mengambil nafas berat, akhirnya Albert menyerah.
“Baiklah.”
“Yey…”
Priest muda itu loncat-loncat ringan, sambil tersenyum manis.
“Terima kasih paman…!”
Dengan segera, Evaline segera memeluk pamannya dengan sangat
erat. Seolah, ia juga tak rela pergi menjalankan misi itu.
Sebelum Albert bisa membalas pelukannya, Evaline segera
beranjak pergi. Dia segera menghampiri pemuda yang sedari tadi terdiam dan
terpaku.
“Kamu dengar itu vein. Kamu dengar?”
“Ya… ya…”
Azvein tak bisa merespon dengan baik, rentetan peristiwa
ini. Dia tak bisa mencerna semua ini, karena ini terlalu tiba-tiba.
‘Apakah aku akhirnya beruntung?’
***
‘Sial…’
Sesaat setelah Evaline menghilang menuju gereja, Albert
segera menarik kerah pemuda yang masih tak bisa beranjak karena ketakutan.
“Baiklah bocah, ayo lihat kemampuanmu.”
Dengan ditenteng layaknya barang, Azvein hanya bisa terdiam
tak bergerak, saat dia dibawa ke belakang pub.
Saat langkah kakinya berhenti, Albert segera melempar
‘barang hidup’ yang di tangannya ke depan.
“Woaaaahhh…”
Dengan semua usahanya, Azvein segera melindungi tubuhnya dan
berguling-guling untuk mengurangi dampak tabrakan dengan tanah. Tapi…
[Anda menerima 5 damage, karena tabrakan ke tanah.]
[Anda menerima 3 damage, karena tabrakan batu krikil.]
[Anda menerima 3 damage, karena tabrakan batu di tanah.]
[Anda menerima 2 damage, karena tabrakan ranting.]
…
…
Setelah berhenti berputar, tubuhnya terasa sangat berat dan
terluka.
Lalu…
Ding!
[Blessing of Michael’s Compassion
God of Luck, Michael mendengar rintihan…
…
…
…
…Selama HP Anda tersisa 1 poin, Anda akan mendapatkan Immune
terhadap segala jenis serangan senjata, kutukan, dan sihir.]
‘Dia benar-benar ingin membunuhku.’
Setelah bersusah payah mengangkat tubuhnya, dia melihat ke
depan. Ada lelaki tua bermata tajam yang sedang mengawasinya. Seolah, menunggu
kesempatan untuk membunuhnya tanpa disengaja.
“Cih… baiklah… bersiaplah… aku akan menyerang.”
‘Apa?!’
Matanya membelalak menatap lelaki tua yang sedang mengambil
kuda-kuda itu.
“Tu… tunggu!”
Dengan panik, dia memajukan kedua tangannya, dengan gemetar.
“Ada apa?”
“Tolong serang aku dengan senjata!” teriaknya dengan cepat.
“Apa?!”
Albert terkejut mendengar ocehan konyol dari pemuda yang
sangat lemah dan tak berguna ini.
“Demi Evaline!”
“Kauuu…!”
Dia tak menyangka, jika pemuda itu berani membawa nama
keponakan kesayangannya, untuk menjaga hidupnya. Sungguh, itu sikap yang sangat
pengecut.
“Baiklah…”
Dengan otot wajah yang sudah sangat keras, Albert segera
mengambil ranting kecil di depannya.
“Aku akan menyerangmu dengan ini.”
“Ya. Terima…”
Belum sempat membalas, tubuhnya terasa terhantam batang besi
di pinggang kanannya. Itu sangat menyakitkan, seolah tongkat besi memukulnya
dengan sangat kuat.
‘Ranting macam apa ini…’
Bamm… bamm…
Tubuh lemah Azvein terbang hingga menabrak dinding batu pub.
“Ergg…”
Entah mengapa, dia bisa selamat dari serangan keras itu. Walaupun,
itu hanya dilakukan oleh ‘ranting’ yang sekuat besi.
“Kamu masih hidup?”
Ucapan sarkas itu terasa menyentrum tubuh Azvein. Hingga, ia
berhasil membuka mulutnya perlahan.
“Aku harus kuat, untuk Evaline.”
“Bocah…!”
Azvein hanya bisa tersenyum kecut, melihat jika dirinya bisa
memancing emosi dari monster di depannya ini.
‘Aku akan bertahan, sialan.’
***
Kembali ke masa sekarang…
Gulp…
Semua persendiannya terasa bergetar keras. Meski dia bisa
terlepas dari kematian instan di depan matanya ini. Bahkan, untuk menelan ludah
keringnya, ia terasa sangat berat.
“Oh… jadi, kamu kebal terhadap senjata. Tapi tak kebal
dengan tendangan?”
Lelaki tua itu kembali berdiri tegak, setelah menarik
kakinya. Dia kemudian menatap pemuda di depannya dengan takjub.
“Tidak… aku juga bisa bertahan dari kutukan dan sihir,”
jawabnya seraya menjatuhkan tubuhnya ke belakang.
“Oh… kemampuan immune.”
“Ya… itu adalah berkah dari dewa Michael.”
“Michael... cih…”
Ada kebencian di sana. Suara lelaki tua itu terasa
mengandung sesuatu yang tak puas. Sepertinya, ada sesuatu yang salah di sana.
“Baiklah… mari kita mulai pelatihan-mu.”
“Apa?!”
‘Jadi… semua penyiksaan tadi, bukan pelatihan?’
Tanpa melirik pemuda yang terpaku di belakangnya. Albert
segera berjalan ke pub.
“Kita istirahat makan siang. Setelah itu, persiapkan dirimu.”
“Ya.”
Tapi, langkah Albert segera berhenti. dan dia berbalik ke
arah Azvein.
“Hei, bocah. Serahkan semua roti gandum dan potion milikmu.”
“Apa?!”
‘Kondisi macam apa yang diharuskan untuk masuk pelatianmu,
sialan.’
“Hei, kamu berani menentangku?”
Dengan nada mengancam, Albert segera mengeluarkan aura
membunuhnya. Tentu saja, itu membuat Azvein yang hampir semua statistiknya
minus, untuk bertahan.
“Ba… baik.”
Setelah mengeluarkan seluruh roti gandum dan sebotol Medium
Heal Potion yang hanya tinggal beberapa tetes, dari Inventory miliknya, dia
segera meletakkan semua itu di depannya.
“Fire ball.”
Tanpa jeda, semua roti gandum dan sebotol potion itu
langsung terbakar di depannya. Wajahnya tak bisa menahan ekspresi terkejut dan
tak percaya. Bagaimana bisa dia bertahan hidup? Jika semua perbekalannya
dibakar habis?
“…!”
“Kamu akan makan, minum, istirahat, dan tidur dengan
Izinku.”
“Apa?!”
“Jika kamu kabur, kamu mati. Jika kamu hidup kembali, kamu
akan aku buru dan mati.”
“Apa?!”
‘Pelatihan neraka macam apa ini?!’
Post a Comment for "UG_007"
comment guys. haha