Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

UG_012

gambar

Unlucky Game

UG_012


12. Tantangan Duel

 

‘Sialan. Terlalu banyak…’

Sejak penghitungan dari musuh yang tak ingin ia lawan mencapai angka nol, dia berserta seluruh orang yang ‘selamat’ terus membuat barisan segitiga, dengan dia yang memimpin.

Dengan kekuatan ayunannya yang kuat, dia terus menembus barisan demon beast yang lebih kuat dan lebih liar dari biasanya. Ditambah, para Count Demon yang memimpin para demon, membuat semuanya semakin kokoh.

Memang benar rumor yang beredar, bagaimana seorang keturunan utama yang dibuang oleh keluarganya, kini benar-benar menjadi demon yang sangat berbeda dari yang lain.

Edzaw Zrecte.

Demon yang diperkirakan mati dengan mudahnya di perbatasan, akhirnya membalik prediksi semua orang. Bahkan, bisa membuat pasukan sekuat ini.

‘Edzaw sungguh hebat.’

-Ghaahhh…

Demon wolf yang menggerang itu langsung berlari kencang ke arahnya. Saat dia tengah tertahan oleh gada dari seorang Count Demon. Menggunakan tangan kirinya, dia menggerakkan telapak tangannya terbuka, dan dengan setiap jari-jarinya dikuatkan.

Dia mengeluarkan senjata rahasianya.

-Urrgghh…

Demon wolf yang telah terbuka mulutnya lebar-lebar, dengan semua giginya yang tajam, yang ingin menerkam kepalanya. Terhenti tepat di samping kirinya, tempat demon wolf itu menyerang.

Saat dia melepas kekuatan di tangan kirinya, ada suara bilah tertarik keluar dari leher demon beast itu. Dan dia mendorong jauh mayat itu dari wajahnya, saat dia menyadari, jika Count Demon itu entah mundur ke mana.

‘Cih…’

Tak sempat melihat sekeliling, banyak demon yang sudah menanti untuk mencabik-cabik dirinya.

“Ayo!”

Berteriak keras, dia mulai menghantam balik gelombang demon itu. Tapi, saat hampir mereka saling bertubrukan…

Gghhoooo… Gghhoooo… Gghhoooo… Gghhoooo… Gghhoooooooo…

Lalu tiba-tiba, di arah lain terdengar suara nyaring.

Mereka semua membeku di sana, tanpa berkata apapun. Entah para pasukan gereja atau para demon, semua menatap ke arah sumber suara.

Itu berasal dari bukit, di mana Duke Demon itu berdiri mengawasi.

‘Dia mundur?’

Albert tak percaya, jika seorang dengan dendam mendalam seperti Edzaw akan melepaskan mereka. Terlebih lagi, semua demon yang telah mengepung mereka, mundur dengan tiba-tiba.

Melihat ke belakang, dia melihat hanya satu pertiga anggota yang masih hidup.

Dirinya, Evaline yang selalu menempel di belakangnya, walau pun ia telah kehabisan mana sejak tadi. Lalu, seorang High Priest pria, yang membopong Bishop Vestri yang masih kesulitan berjalan.

Ya, dia sadar, jika beban sebenarnya yang ingin ia tinggal adalah orang sekarat ini. Tapi, dia tak bisa meninggalkannya, karena seluruh bawahannya rela mengorbankan diri demi orang idiot itu.

“Ayo bergerak…!”

“Tu… tunggu!”

Vestri yang terengah-engah, di samping High Priest yang sudah pucat wajahnya, mengeluarkan keluhannya.

“Aku tak bisa lagi.”

Keduanya jatuh, saat High Priest yang menjadi penyangga, duduk ke bawah.

“Healing…”

Menepuk pundak gadis yang berdiri di sampingnya, dia menggelengkan kepala.

Albert sangat kasihan dengan Evaline, kecantikannya kini berkurang, dengan seluruh darah dan debu di seluruh tubuhnya. Ditambah dengan efek kehabisan mana yang serasa bisa menjatuhkannya kapan saja…

“Kalau kamu melakukannya, kamu akan membocorkan mana vessel milikmu.”

Mana vessel adalah kantong mana yang dimiliki oleh setiap orang yang memiliki sihir. Besar kecilnya kantong ini bergantung dengan seberapa berbakatnya orang itu.

Dan sayangnya, gadis berambut emas di depannya ini tak seberuntung itu. Mana vessel miliknya cukup dianggap kecil, dibandingkan dengan priest lain. Sehingga, dia harus memakai cincin mana dan gelang penyimpan mana, untuk menambah cadangan mananya.

Tapi, dalam penerobosan kepungan demon ini, dia sudah menghabiskan seluruh mana miliknya. Hanya dengan mengorbankan dirinya, dia akan bisa melakukan healing magic lagi. Seperti, saat mereka pertama kali bertemu.

‘Ini aneh…’

Melihat sekeliling sekali lagi dan melacak demon energy di sekatarnya, dia tak mengetahui keberadaan musuh. Semua demon yang jumlahnya ratusan itu telah menjauh dari mereka berempat.

“Musuh sudah mundur, kita aman.”

Ucap Vestri yang mencoba menahan luka di dadanya. Sekarang, dia dalam kondisi sekarat, karena jantungnya yang hampir meledak, gara-gara kecerobohannya di reruntuhan gereja itu.

Untungnya, dia bisa menahan itu dengan berkah dewa, dan artefaknya.

Meskipun harganya mahal, dia beruntung bisa selamat. Hanya tinggal beberapa puluh meter lagi, sebelum mereka sampai di Frozen River…

Frozen River, pemisah antara wilayah demon dan wilayah manusia.

“Dia datang…”

Mata tajam Albert menembus berbagai pohon beku berdaun hitam, meopang salju yang lebih berat dari ukurannya.

Daru sana, seolah sosok itu menyadari jika keberadaannya sudah diketahui, dia perlahan mendekat.

“Black Demon.”

***

 

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Arthur menarik great sword yang merupakan demon sword miliknya dari Item Box.

Senjata yang memulai semua chain quest miliknya.

‘Baiklah Sharmez… ayo kita puaskan dahagamu.’

Dengan menatap keempat orang yang kelelahan, tidak… hanya tiga yang kelelahan… satu orang yang menyadari keberadaannya, dan yang tadi mengawasinya dengan seksama di reruntuhan gereja…

Masih dalam kondisi penuh…

‘Dia pasti NPC bernama.’

NPC bernama.

Istilah yang diberikan kepada para NPC master atau ahli dalam suatu bidang. Para NPC bernama ini saat ini memang menjadi mentor atau teman dari para player. Karena sejak perilisannya hingga hari ini, para NPC bernama masih sangat kuat.

Entah dengan metode apa, level para NPC itu selalu lebih tinggi dari para player. Sehingga, banyak player yang telah mencoba menantang atau membunuh para NPC bernama dalam hal kekuatan tempur. Alhasil, para player dibantai dengan mengenaskan.

‘Apakah aku mampu membunuhnya?’

Gejolak di hatinya tengah membara. Dia yang selalu mencari jalan untuk menjadi yang terkuat, kini mulai menatap tembok baru yang harus ia lalui.

Hatinya menggelora, ingin segera memulai duel ini.

Tapi, ada gadis lemah yang bersembunyi di punggungnya.

Itu membuat Arthur menghentikan langkahnya, tepat sepuluh langkah di depan keempat orang itu.

“Aku hanya butuh Bishop itu,” ucap Arthur saat melihat ke arah dua priest yang ketakutan.

“A-apa?!”

Vestri yang menjadi target monster itu, menatap Albert yang berdiri waspada.

Pria tua berambut putih itu hanya terdiam, menatap ke arah lawannya. Tak menghiraukan rengekan Vestri.

“K-kamu tidak bisa!”

Dengan staff perak yang ditodongkan dengan gemetaran, High Priest yang ketakutan itu, berdiri di depan Vestri yang masih duduk.

Menatapnya, Arthur hanya mendesah.

“Mana-mu sudah habis, dan HP-mu tinggal sedikit. Apakah kamu mau mati?”

High Priest itu melirik ke arah Albert yang diam mematung. Dan kembali menatap kearah musuh yang memakai armor full body berwarna hitam pekat ini.

“T-tid…”

“Hey… kamu sebagai seorang hamba dewa, harus melindungi kandidat Paus ini.”

Suara keras Vestri menggelora, membuat High Priest itu serba salah.

“Cih…”

Albert yang melihat itu, hanya mendecakkan lidahnya. Seolah, dia merasa jijik dengan kejadian itu.

Mengetahui hal itu, Vestri yang sedang diujung tanduk ini pun mulai memaki lelaki tua berambut putih itu.

“Hey, Albert! Kamu sebagai Saint Assassins, harus membantu kandidat Paus ini! Apa kamu lupa janjimu?!”

“Kandidat Paus? Kamu bercanda… pengumuman kandidat paus Church of Michael di Sercraze Kingdom masih satu bulan lagi. Lagi pula, siapa yang menjadi pendukungmu? Apakah dia lebih tinggi dariku, yang berada di bawah Pastor-mu?”

Mendengar jawaban menohok dari Albert, Vestri hanya bisa mengertakkan gigi, karena marah. Tapi, dia melihat ke arah Priest gadis yang ada di belakang lelaki kekar itu.

“Evaline! Cepat lindungi atasanmu!”

“Hey, bajingan… Jika kamu berani melibatkan Evaline, aku akan membunuhmu.”

“Urgh…”

Ucapan datar dan tajam dari Albert, membuat bulu kuduk Vestri berdiri, dan punggungnya terasa dingin. Seolah malaikat kematian mengiyakan kalimat itu.

“Albert…”

Mendengar namanya keluar dari mulut musuhnya, dia melihat dengan seksama.

“…Ayo bertarung…”

“….”

“…Jika aku bisa mengalahkanmu, aku akan membiarkan gadis itu pergi dan dirimu… jika masih hidup...” tantang Black Demon yang percaya diri akan kemenangannya, yang menyadari jika Albert sangat mementingkan keselamatan priest gadis itu.

“Kalau sebaliknya…?”

“Lakukan apapun yang kamu mau.”

Seolah melihat senyuman di balik helm hitam itu, Albert merasa terpancing. Tapi, belum sempat dia merespon, ada tangan lembut yang menarik lengannya.

Melihat ekspresi kesedihan dan kekhawatiran di sana, dia menyadari, jika Evaline tengah mengkhawatirkan dirinya.

Setelah diam dan menatap priest yang masih terlihat pucat itu untuk sesaat, Albert harus segera memutuskan.

“…”

Jika dia bertarung dengan Black Demon yang kekuatannya sebanding dengan Marquess Demon, dia masih memiliki harapan untuk menang.

Tapi, jika dia memilih untuk kabur, dengan tiga beban hidup yang harus ia bawa… atau paling tidak Evaline harus selamat… itu terasa hampir mustahil.

Mungkin dia selamat, tapi peluang Evaline yang lemah untuk tetap hidup, hampir mendekati 0 persen.

Andai kata dia salah memprediksi gerakan musuh, yang masih asing untuknya, itu menjadi pertaruhan dengan resiko yang sangat besar. Dia tak bisa mempertaruhkan hidup Evaline untuk itu.

‘Aku tak punya pilihan, ya?’

Dengan senyum kecut, Albert pun segera menatap lawannya dengan seksama.

“Hey, Vestri. Jaga Evaline, jika kamu ingin selamat.”

Ya, saat dia menerimanya, entah kalah atau menang, Evaline akan tetap hidup. Setidaknya, gadis itu akan aman.

Mendengar jawaban itu, Arthur sangat senang.

Sudah lama, dia tak menghadapi NPC bernama. Terlebih lagi, dia merasa, jika lelaki tua di depannya ini bukanlah orang biasa.

Mulai dari job lelaki tua ini, yang seorang Saint Assassin. Job yang baru sekarang ia dengar, meskipun dia sudah menduduki puncak world ranking, sejak world server dibuka.

‘Saint Assassin, job class seperti apa itu? Apakah itu lebih kuat dari job class milikku, seorang Black Demon?’

Merasakan getaran yang selama ini telah terkubur dalam jiwanya. Semangatnya untuk mendapatkan kekuatan yang terkuat, mengalahkan semua yang terkuat, dan akhirnya menduduki The Lost Throne

Dia hanya merinding, dan ingin menantang tembok tinggi di depannya ini.

“Paman…”

Wajah Evaline yang sudah pucat, menjadi lebih pucat lagi, setelah mendengar penjelasan itu. Ya, dia tak ingin melepaskan seseorang yang sangat penting baginya ini. Dia menyadari, jika hidupnya akan menjadi sangat merasa bersalah, jika paman tersayangnya ini akan mati di depannya.

Sungguh, dia tak bisa melakukan hal itu.

Tapi, lelaki tua yang selalu melindungi dan merawatnya ini hanya tersenyum sedih. Lalu, tangan kuatnya itu mulai melepaskan kedua tangannya yang lemah. Menandakan, jika dia tak akan merubah keputusannya.

“A…Aku akan membantumu, Paman.”

Mengerti jika dia tak bisa merubah apapun, Evaline hanya menatap wajah yang semakin tua itu dengan mata berkaca-kaca.

“Tidak, Evaline… jika kamu menggunakan sihirmu lagi, hidupmu akan dalam bahaya. Aku juga tak mau itu terjadi…”

“T-Tapi…”

“Tenanglah… Aku akan melindungimu…”

Melepas kekhawatiran Evaline, Albert mulai menatap lagi ke arah lawannya, yang sangat tenang ini.

“Maaf, sudah menunggu.”

“Tak masalah, selama kamu menerima duelku.”

***

 

“Uuurrgghh…”

Mata kedua orang itu segera menuju ke arah ranjang kecil yang sedang menghangatkan seorang gadis yang sudah mulai mendapatkan kembali rona kehidupannya.

“Evaline?”

Melihat dari lain sisi, Azvein merasakan ikatan yang sangat dalam dari gadis yang sepertinya sedang tersiksa itu, dan juga seorang lelaki tua yang seperti seorang ayah.

Dari yang diceritakan Albert tadi, mana vessel milik Evaline sudah bocor. Itu berarti, dia sedang merasakan efek dari kerusakan mana vessel itu. Seperti kejang-kejang, jantung yang seolah meledak, syaraf yang seperti teriris-iris, dll.

Semua efek ini akan diterima kastor, sampai kebocoran itu bisa ditutup.

Untungnya, kebocoran itu tak besar. Dengan cairan keemasan yang ternyata adalah ‘Reconstruction of Mana Circuit’, proses penutupan kebocoran itu menjadi lebih cepat.

“Sepertinya, dia hanya mimpi buruk.”

“Ya… kamu benar.”

Kekhawatiran di wajah tua Albert menghilang dengan perlahan. Dia merasakan kelegaan yang dalam, di hatinya.

“Hei paman. Segeralah kamu membersihkan diri.”

“….”

Tak mendapatkan tanggapan yang mana telah ia duga, Azvein segera tersenyum, melihat tingkah seorang ayah yang sangat menyayangi putrinya ini.

“Evaline akan sedih, jika dia melihatmu penuh dengan darah…”

Mendengar itu, tatapan Albert yang sedari tadi tak lepas dari Evaline, mulai melihat ke dirinya sendiri. Lalu, dia baru menyadari, jika tubuhnya penuh dengan darah, luka, dan debu. Semuanya terkumpul secara acak di tubuhnya.

“….”

“Aku akan menjaganya…”

Mata tajam yang curiga itu langsung terkunci pada sasarannya. Seperti, seorang jagal yang telah mendapatkan kambing yang harus ia cincang.

‘Ugh… dia masih saja menyeramkan.’

“Tenang saja. Aku tak akan melakukan apapun. Kalau ada apa-apa, aku akan segera memanggilmu,” lugasnya tersenyum getir, sambil mengangkat kedua tangannya.

“….”

Tanpa berkata apapun, Albert beranjak dari tempat duduknya, dan segera menuju pintu.

“Jika satu jarimu menyentuh Evaline, akan aku patahkan tangan dan kakimu.”

“Urgh…”

Seolah tertangkap basah, Azvein hanya tersenyum gemetar, melihat lelaki tua yang kembali menatapnya dari depan pintu yang terbuka itu.

“Te… tenang saja…”

***

 

Setelah dia ditinggal sendirian dengan gadis yang tertidur dengan nafas yang teratur ini, fikirannya mulai jatuh dalam pemikiran mendalam.

‘Jadi, job class Arthur adalah Black Demon…’

Memikirkan Top Player Pertama itu, Azvein memikirkan jurang yang memisah dirinya dan Arthur.

‘Dia sangat kuat.’

Dibandingkan dengan dirinya yang hanya sekali ditendang Albert akan mati, Arthur bisa bertahan dan seimbang dengan kekuatan monster milik Albert.

Itu ibarat dirinya yang jatuh ke dalam sumur, sedang melihat sinar Arthur yang ada di langit…

Jarak keduanya sangat jauh.

Andai kata ia bertarung dengan Arthur sekarang, dia pasti akan mati, walau Arthur hanya menjentikkan jari untuk melawannya.

“…”

Melihat fakta itu, raut wajah Azvein menjadi sangat gelap. Bagaimana dia bisa mencapai jajaran para ranker, jika dia masih selemah ini?

Apakah mustahil baginya yang seorang mantan pro gamer Chaos of Heroes, game yang terkenal sebelum Throne of Paradise, menjadi seorang ranker?

Saat fikirannya jatuh sangat dalam, dia mulai teringat dengan para teman lamanya.

‘Bagaimana kabar mereka sekarang?’

Azvein teringat, jika semua anggota Party Zexal telah jauh di atasnya.

Pertama, Killer Black.

Sebagai seorang top ranker dan guild master, tentu saja Killer Black akan sangat kuat. Mungkin saja, dia akan segera mencapai puncak, dan menjatuhkan Arthur.

Apalagi, ditambah dengan Bunny Girl yang berada di guild yang sama dengannya. Potensinya tak akan terbendung, jika keduanya bekerja sama.

Sementara itu, Amire yang masih misterius keberadaannya, tentu saja tak akan kalah dengan Killer Black dan Bunny Girl.

Dengan motonya untuk mendapatkan keuntungan dari kondisi apapun, dia harusnya tak hanya ada dijararan para ranker. Mungkin saja, dia akan berada di jajaran high ranker. Atau mungkin di jajaran top ranker.

Membandingkan dengan semua orang yang ia tahu, dia akhirnya menyadari, jika dirinya lah yang paling terbawah dari semuanya. Dirinya, yang masih sibuk untuk memulihkan semua statistiknya yang jatuh di poin negetif…

“Huft… jalanku sangat berat…”

Tak ingin lagi terus terpuruk dengan kondisi mengenaskan miliknya, ia teringat akan pesan teman kerjanya, Ummi Ratna.

“Open Friend Request.”

Berbeda dengan game lain, yang menampilkan setidaknya nama dan level, privasi di game besutan Unicorn Inc. ini memang sangat dijaga. Jika seseorang ingin berteman dengan orang lain, developer game ini hanya memberikan ID Name dan ID Number saja.

Sehingga, sebelum menerima permintaan pertemanan, seseorang harus mengetahui kedua hal itu. Tapi, untuk kondisi Azvein sekarang, dia tak perlu repot-repot untuk melakukannya.

Karena di sana, hanya ada satu permintaan. Di jendela pertemanan itu, dia hanya memiliki satu permintaan dari ID Name: Cherry Witch.

‘Yah… aku sudah berjanji…’

 

 

Post a Comment for "UG_012"