Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

UG_026

gambar

Unlucky Game

UG_026

26. Quest Bersama

 

Target pertamanya tentu saja dungeon goblin. Meskipun Cherry Witch sangat over power di dungeon tingkat bawah ini, dia meminta gadis itu untuk tidak membunuh para goblin.

“Tolong jangan membunuh para goblin dan red goblin. Tapi, kamu bisa membunuh bos dungeon ini, goblin shaman.”

“Hah?! Kenapa? Bukankah kamu membutuhkan exp dari monster itu?”

“Tidak. Tidak apa-apa. Tapi, apakah kamu bisa memberikan item dropnya padaku? Aku akan menjualnya untuk biaya pengobatan kakakku.”

Dengan mata berkaca-kaca, gadis itu langsung membusungkan dada, dan menepuknya.

“Serahkan padaku. Aku akan membantumu.”

“Terima kasih.”

Segera, keduanya kembali menuju ke mulut gua para goblin.

‘Maaf kakak, aku harus menggunakanmu sebagai alasan…’

Tapi, memang sebagian kecil dari alasannya untuk menyerahkan pembunuhan goblin shaman adalah perawatan kakaknya.

Rain of fire arrow!”

Seluruh medan mulai menjadi merah dan terbakar. Sebagian goblin terkena hujan api yang turun dari langit, membuat para goblin itu terkejut.

Multiple Target! Flame shoot! Maju! Aku akan menyibukkan Red Goblin!”

Serangan Cherry segera terarah pada empat red goblin yang menjaga di setiap sisi mulut goa. Memanfaatkan celah itu, dia langsung masuk menyerang.

“Terima kasih.”

Dalam lautan hujan api, dia mulai menyerang para goblin, yang kebingungan karena tak mendapatkan komando dari red goblin.

‘Power Stab!’

‘Power Slash!’

Sambil terus menerjang maju, dia langsung bergerak pada satu red goblin yang baru terkena Flame Shoot.

Predator Eye!’

Matanya berubah menjadi merah dan mulai melihat tiga titik merah di tubuh red goblin itu. Lalu, dia langsung menggunakan senjata utamanya, Hidden Blade.

‘Crit Strike!’

-Kyek!

Red goblin itu terkejut dan tak mampu merespon hingga ia berubah menjadi kabut.

‘Tiga lagi.’

Memindai sekeliling, dia langsung mencari keberadaan tiga red goblin lainnya, sebelum skill Predator Eye-nya menyerap semua MP-nya.

Saat dia melihat targetnya, dia langsung menggunakan Light Step.

‘Crit Strike!’

-Kyek!

Setelah membunuh red goblin kedua, dia segera diserang oleh red goblin lainnya, yang tiba-tiba muncul.

“Fire ball!”

Red goblin ketiga itu langsung membelah serangan lemah itu dengan senjatanya. Namun, itu hanyalah serangan pengalihan.

Dengan menggunakan Light Step lagi, dia langsung mendekat dan menusuk titik lemah yang muncul akibat skill Predator Eye.

‘Crit Strike!’

Setelah menggunakan rangkaian skill terpisah itu dalam waktu yang berdekatan, konsumsi MP-nya sudah mencapai dasar. Lalu, dia mematikan skill Predator Eye, dan melangkah mundur dengan Light Step yang hanya memiliki cooldown 5 detik.

“Tolong urus sisanya!”

“Ya!”

Setelah memastikan rekannya mundur, Cherry tak lagi menahan serangannya, yang seharusnya bisa mengalahkan para serangga ini dengan mudah.

Fog Fire!”

Itu adalah salah satu skill tingkat menengah yang ia dapatkan, setelah menyelesaikan quest tingkat B.

Para goblin yang tersisa itu segera sesak nafas dan mulai terbakar dari dalam tubuhnya. Skill itu benar-benar mematikan, karena menguras HP lawan, saat mereka menghirup udara yang sudah tercampur dengan kabut api miliknya.

-Kyak! Kyak!

-Kya…

Para goblin langsung tersungkur dan mati, sementara satu red goblin yang tersisa menerjang maju, karena ingin menghentikan serangan mematikan itu. Tapi…

“Mati saja! Flame!”

-Kyak!!!!

Tubuh red goblin itu langsung berteriak keras, saat percikan api ditubuhnya berubah menjadi api besar yang membakar tubuhnya.

‘Dia benar-benar kuat.’

***

 

“Apa kamu sudah siap, gas?”

“Ya.”

Keduanya pun segera memasuki goa, sambil mengawasi sekitar.

Ding!

[Selamat! Anda baru saja menemukan dungeon Red Goblin.

Hadiah penemu pertama:

Exp naik 100% selama satu minggu waktu game.

Item drop akan diberikan yang terbaik, dan terbatas pada penjelajahan pertama.]

Benar saja dugaannya, jika dia telah menjadi penemu pertama dari dungeon Red Goblin.

“Apakah kamu juga mendapatkan pemberitahuannya?”

“Ya.”

Setelah mengkonfirmasi informasi party itu, keduanya langsung meneruskan penjelajahan.

“Tadi malam, saat aku memantau daerah sini, goblin shaman keluar. Jadi ada kemungkinan, jika ada bos yang lebih kuat dari goblin shaman,” jelasnya, sambil terus mengawasi keadaan sekitar.

“Tak masalah… Lagipula, bukankah kamu bilang jika kelasmu adalah assassin? Kenapa kamu malah memakai longsword?”

Dia sebenarnya ingin menjelaskan, jika dirinya terpaksa mengambil kelas assassin, meskipun sebenarnya statistiknya tak mengarah pada seorang assassin.

Dalam diam, dia membuka statistiknya yang tetap saja terlihat absurd, meskipun dia telah berulang kali naik level.

Nama

Azvein

Race

Human

Level

13

Class

Assassins

Fame

0

Title

Unlucky Player

 

Health Point

98

Mana Point

214

Attack

56

Defense

61

Stamina

47

Vitality

51

 

Strength

103

Agility

104

Endurance

35

Intelligence

78

Wisdom

44

Luck

0 (-999)

Indomitable

74

Flexibility

56

Sensitivity

21

 

 

Ability Point: 0

 

Skill Passive:

Basic swordsmanship

D

Afreum Sword Dance

G

Skill Active:

Power Slash

E

Power Stab

E

Fire Ball

F

Water Ball

F

Earth Ball

F

Wind Ball

F

Predator Eye

E

Light Step

F

Crit Strike

F

Backhand

G

 

Setelah mendapatkan saran dari Madam Beatrix, dia akhirnya menginvestasikan seluruh ability poinnya dalam intelligence. Hal ini dikarenakan, dia takut jika efek mana vessel prematur bisa mempengaruhi perkembangannya di masa depan. Oleh sebab itu, dia benar-benar berbeda dari kebanyakan assassin pada umumnya.

“Dampak dari masalahku sebelumnya, aku terpaksa menggunakan ability point-ku pada Intelligence dan wisdom.”

“Tapi, bukankah kamu bisa ganti kelas lagi, dan memulai dari awal sebagai seorang mage?”

“Tidak. Aku tidak bisa.”

“Kenapa?”

Dia terdiam dan terus melangkah perlahan dalam gua yang kosong ini.

“Aku harus melindungi…” ucapannya terputus, saat ia mendengar suara para goblin. “Musuh!”

Perhatian keduanya pun langsung melihat ke arah dalam goa. Muncul rombongan red goblin.

“Identify! Lima red goblin itu berlevel 20.”

“Mereka mungkin boss guardian.”

Boss guardian adalah monter yang berada satu tingkat di atas semua monster di suatu dungeon, dan satu tingkat di bawah boss dungeon.

“Hati-hati. Ini terlalu aneh,” serunya pada rekan magenya, yang serasa ingin membantai kawanan itu.

“Aneh?”

“Bukankah kamu tahu, selama kita masuk dungeon, tidak ada satu pun monster, selain mereka?”

“Ah! Itu benar.”

“Jadi, bagaimana? Apakah kamu mau mengambil last hit-nya?”

“Ya.”

Meski jarak level mereka jauh, dia masih bisa melawan.

“Ayo mulai!”

***

 

Setelah pertarungan sengit, dan dia jatuh dalam kondisi Immunity, semua red goblin itu akhirnya mati.

Awalnya, dia berencana untuk mengambil semua last hit, namun faktanya, dia kesulitan untuk melakukannya. Bahkan, dia beberapa kali terkena godam besi para red goblin itu, dan berakhir dengan Immunity.

“Kamu tidak apa-apa?”

“Hah… hah… hah… beri aku sedikit waktu untuk memulihkan diri,” jawabnya, seraya mengeluarkan heal potion buatan Smith.

Setelah memulihkan sedikit statistiknya, dia pun berdiri dan mulai mendekati gerbang yang terbuka, saat kelima guardian boss itu mati.

“Ratna.”

“Ya?”

“Jika semuanya memburuk, langsung saja kamu bereskan mereka semua.”

“OK!”

Setelah masuk lebih dalam di goa red goblin, mereka akhirnya sampai di tujuan. Dan benar saja, ada gerombolan besar goblin di sana.

Ada berbagai macam goblin di sana. Mulai dari goblin biasa, red goblin, goblin shaman, dan satu goblin besar yang duduk di atas singasana.

“Itu adalah goblin champion!”

Goblin Champion.

Itu adalah monster sebesar manusia yang memiliki tubuh kekar, dengan berbagai bekas luka di tubuhnya. Dia sepertinya menatap bosan pada para goblin lainnya, yang tengah bersujud kepadanya.

‘Sialan… andai saja aku tak mengajak Ratna. Mungkin, membutuhkan satu bulan.’

Dia lalu menatap rekannya, yang sedang mengamati dengan skill Identify yang lebih baik dari dirinya yang baru mencapai E-rank.

“Bagaimana?”

“Sepertinya, lebih efektif untuk menyerang dengan skill AoE.”

Azvein langsung terdiam dan mengamati seluruh area, memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi. Lalu…

“Baiklah. Lebih baik memang menggunakan skill AoE. Tapi, berapa banyak skill AoE-mu?”

“Aku hanya punya tiga. Rain of fire arrow, Fog Fire, dan Tornado Blaze.”

 “Tornado Blaze?”

“Ya. Itu adalah skil AoE terkuatku. Tapi, itu memakan setengah dari MP-ku.”

“Hm…”

Dia termenung, dan mulai menyusun strategi di otaknya. Lalu…

“Pertama, gunakan skill AoE-mu, sesaat kemudian, aku akan mulai menyerang.”

“Hah?! Bukankah itu berarti, skill-ku akan mengenai dirimu juga?”

 “Ya. Tapi, saat itu, jika tak ada yang menarik perhatian mereka, musuh akan menyerangmu.”

“Emm… tapi…”

“Ayo.”

Tanpa menunggu aba-aba lagi, dia langsung menyelinap dan menghilang.

“Sial...”

Dia hanya bisa mengutuk pelan, karena tengah berada di wilayah musuh.

“Baiklah! Dengan kekuatan dari langit api…”

Saat dia merapalkan mantra, suara rekannya masuk ke dalam otaknya, whisper.

-Setelah menggunakan Tornado Blaze, dan mundurlah untuk mengisi ulang MP-mu. Karena, para goblin akan kabur ke sana.

“…bakarlah semua musuhmu! Tornado Blaze!”

Nafasnya langsung terengah-engah, karena banyaknya MP yang ia keluarkan. Namun, dia segera berdiri tegak lagi, dan memulai casting skill lain.

Di sisi lain…

Azvein tengah mengamati monster boss level 36, yang mulai terpancing dengan mulai munculnya tiga tornado api yang mulai mengamuk.

-KRAAAKKK!!!

Monster itu berteriak, seolah menyuruh pasukannya untuk membunuh penyusup yang menyerang mereka. Tapi di sisi lain, pasukannya mulai tersapu badai yang langsung membunuh sebagian besar koloni itu.

-Kyak!

-Kya!

Di depannya, muncul berbagai layar yang menunjukkan exp yang ia dapatkan, karena satu party dengan orang yang mengeluarkan skill mengerikan itu.

Namun, dia tak tinggal diam. Karena dia sadar, jika dirinya sedang mengalami kerugian…

‘Jika aku terus diam, sebagian besar exp akan masuk ke Ratna, yang mana exp dia tak akan naik banyak, karena perbedaan level.’

Dia terus mengawasi situasi, menunggu celah yang muncul dari keributan ini.

‘Sekarang!’

Targetnya bukanlah goblin yang akan langsung mati dengan skill AoE itu. Tapi, dia menyasar monster yang selamat atau bertahan dari skill itu, dan menyerang mereka dari belakang.

‘Crit Strike!’

Satu red goblin langsung menghilang, saat dia menusuk tepat titik lemah musuh menggunakan Predator Eye.

‘Selanjutnya!’

Matanya terus mengawasi seluruh area, sambil terus bergerak menggunakan Light Step, jika dibutuhkan.

‘Power Stab!’

‘Crit Strike!’

‘Power Slash!’

Setelah kehabisan mana, dia langsung mundur dan mulai meminum mana potion yang ia dapatkan dari rekannya, sebelum penyerangan dungeon ini.

‘Sampai kapan Tornado Blaze akan aktif?’

Meskipun dia sudah naik 4 level karena membunuh banyak red goblin dan beberapa goblin shaman, dia segera bergerak lagi, sebelum skill yang mendistaksi kebanyakan musuh ini habis.

‘Crit Strike!’

-Kyek!

Dia langsung bergerak lagi, setelah membunuh goblin shaman yang berlari untuk menyelamatkan diri, karena memiliki vitality yang lebih rendah dari red goblin.

Namun, semua itu berubah menjadi bencana, saat tiba-tiba ada monster besar yang muncul di depannya.

‘Sialan.’

Dia tak mengira, jika sang boss telah menyadari keberadaannya.

Monster boss itu segera meraung keras, menandakan jika ia sangat marah atas pembantaian dari para pengikutnya ini.

-KRRRAAAHHHHH!!!!!!!

***

 

Di sisi lain…

“Sialan. Mereka sangat banyak. Flame Shoot!”

Cherry Witch kesal, karena banyak musuh yang datang menghampirinya. Meskipun ada banyak perbedaan level, tapi jika jumlah musuh lebih dari lima puluh, itu tetap akan menjadi suatu masalah.

“Aku terpaksa menggunakannya. Fire Wall!”

Dia segera menggunakan skill yang memblokir pintu keluar, dan segera merapalkan mantra lain. Lalu…

“Fog Fire!”

Para goblin itu langsung mati satu persatu, saat percikan api mulai menggerogoti tubuh mereka. Namun, ada goblin shaman yang menembakkan sihir padanya.

Itu adlaah Fire Ball!

“Sial!”

Karena MP-nya yang tengah menipis, dia menangkis serangan itu secara langsung, dan mundur beberapa langkah.

Lalu, dia segera menggunakan skill lain.

“Multiple Target! Flame Shoot! Flame Shoot! Flame Shoot! Flame Shoot! Flame Shoot!”

Setelah berhasil membunuh semua monster yang melarikan diri, dia segera sadar, jika skill AoE-nya telah selesai.

‘Bagas!’

Dia segera meminum mana potion miliknya, dan segera berlari menuju rekannya.

‘Perbedaan level mereka terlalu jauh!’

 


Post a Comment for "UG_026"