UG_026
26. Quest Bersama
Target pertamanya tentu saja dungeon goblin. Meskipun Cherry Witch
sangat over power di dungeon tingkat bawah ini, dia meminta gadis itu untuk
tidak membunuh para goblin.
“Tolong jangan membunuh para goblin dan red goblin. Tapi, kamu bisa membunuh bos dungeon ini, goblin shaman.”
“Hah?! Kenapa? Bukankah kamu membutuhkan exp dari monster itu?”
“Tidak. Tidak apa-apa. Tapi, apakah kamu bisa memberikan item dropnya
padaku? Aku akan menjualnya untuk biaya pengobatan kakakku.”
Dengan mata berkaca-kaca, gadis itu langsung membusungkan dada, dan
menepuknya.
“Serahkan padaku. Aku akan membantumu.”
“Terima kasih.”
Segera, keduanya kembali menuju ke mulut gua para goblin.
‘Maaf kakak, aku harus menggunakanmu sebagai alasan…’
Tapi, memang sebagian kecil dari alasannya untuk menyerahkan pembunuhan goblin
shaman adalah perawatan kakaknya.
Seluruh medan mulai menjadi merah dan terbakar. Sebagian goblin terkena
hujan api yang turun dari langit, membuat para goblin itu terkejut.
“Multiple Target! Flame shoot! Maju! Aku
akan menyibukkan Red Goblin!”
Serangan Cherry segera terarah pada empat red goblin yang menjaga di
setiap sisi mulut goa. Memanfaatkan celah itu, dia langsung masuk menyerang.
“Terima kasih.”
Dalam lautan hujan api, dia mulai menyerang para goblin, yang
kebingungan karena tak mendapatkan komando dari red goblin.
‘Power Stab!’
‘Power Slash!’
Sambil terus menerjang maju, dia langsung bergerak pada satu red goblin
yang baru terkena Flame Shoot.
‘Predator Eye!’
Matanya berubah menjadi merah dan mulai melihat tiga titik merah di
tubuh red goblin itu. Lalu, dia langsung menggunakan senjata utamanya, Hidden
Blade.
‘Crit Strike!’
-Kyek!
Red goblin itu terkejut dan tak mampu merespon hingga ia berubah menjadi
kabut.
‘Tiga lagi.’
Memindai sekeliling, dia langsung mencari keberadaan tiga red goblin
lainnya, sebelum skill Predator Eye-nya menyerap semua MP-nya.
Saat dia melihat targetnya, dia langsung menggunakan Light Step.
‘Crit Strike!’
-Kyek!
Setelah membunuh red goblin kedua, dia segera diserang oleh red goblin
lainnya, yang tiba-tiba muncul.
“Fire ball!”
Red goblin ketiga itu langsung membelah
serangan lemah itu dengan senjatanya. Namun, itu hanyalah serangan pengalihan.
Dengan menggunakan Light Step lagi, dia
langsung mendekat dan menusuk titik lemah yang muncul akibat skill Predator Eye.
‘Crit Strike!’
Setelah menggunakan rangkaian skill
terpisah itu dalam waktu yang berdekatan, konsumsi MP-nya sudah mencapai dasar.
Lalu, dia mematikan skill Predator Eye, dan melangkah mundur dengan Light
Step yang hanya memiliki cooldown 5 detik.
“Tolong urus sisanya!”
“Ya!”
Setelah memastikan rekannya mundur, Cherry
tak lagi menahan serangannya, yang seharusnya bisa mengalahkan para serangga
ini dengan mudah.
“Fog Fire!”
Itu adalah salah satu skill tingkat
menengah yang ia dapatkan, setelah menyelesaikan quest tingkat B.
Para goblin yang tersisa itu segera sesak
nafas dan mulai terbakar dari dalam tubuhnya. Skill itu benar-benar mematikan,
karena menguras HP lawan, saat mereka menghirup udara yang sudah tercampur
dengan kabut api miliknya.
-Kyak! Kyak!
-Kya…
Para goblin langsung tersungkur dan mati, sementara satu red goblin yang
tersisa menerjang maju, karena ingin menghentikan serangan mematikan itu. Tapi…
“Mati saja! Flame!”
-Kyak!!!!
Tubuh red goblin itu langsung berteriak keras, saat percikan api
ditubuhnya berubah menjadi api besar yang membakar tubuhnya.
‘Dia benar-benar kuat.’
***
“Apa kamu sudah siap, gas?”
“Ya.”
Keduanya pun segera memasuki goa, sambil mengawasi sekitar.
Ding!
[Selamat! Anda baru saja menemukan dungeon Red Goblin.
Hadiah penemu pertama:
Exp naik 100% selama satu minggu waktu game.
Item drop akan diberikan yang terbaik, dan terbatas pada penjelajahan
pertama.]
Benar saja dugaannya, jika dia telah menjadi penemu pertama dari dungeon
Red Goblin.
“Apakah kamu juga mendapatkan pemberitahuannya?”
“Ya.”
Setelah mengkonfirmasi informasi party itu, keduanya langsung meneruskan
penjelajahan.
“Tadi malam, saat aku memantau daerah sini, goblin shaman keluar. Jadi
ada kemungkinan, jika ada bos yang lebih kuat dari goblin shaman,” jelasnya,
sambil terus mengawasi keadaan sekitar.
“Tak masalah… Lagipula, bukankah kamu bilang jika kelasmu adalah
assassin? Kenapa kamu malah memakai longsword?”
Dia sebenarnya ingin menjelaskan, jika dirinya terpaksa mengambil kelas
assassin, meskipun sebenarnya statistiknya tak mengarah pada seorang assassin.
Dalam diam, dia membuka statistiknya yang tetap saja terlihat absurd,
meskipun dia telah berulang kali naik level.
Nama |
Azvein |
Race |
Human |
Level |
13 |
Class |
Assassins |
Fame |
0 |
Title |
Unlucky Player |
|
|||
Health Point |
98 |
Mana Point |
214 |
Attack |
56 |
Defense |
61 |
Stamina |
47 |
Vitality |
51 |
|
|||
Strength |
103 |
Agility |
104 |
Endurance |
35 |
Intelligence |
78 |
Wisdom |
44 |
Luck |
0 (-999) |
Indomitable |
74 |
Flexibility |
56 |
Sensitivity |
21 |
|
|
Ability Point: 0 |
|||
|
|||
Skill Passive: |
|||
Basic swordsmanship |
D |
||
Afreum Sword Dance |
G |
||
Skill Active: |
|||
Power Slash |
E |
||
Power Stab |
E |
||
Fire Ball |
F |
||
Water Ball |
F |
||
Earth Ball |
F |
||
Wind Ball |
F |
||
Predator Eye |
E |
||
Light Step |
F |
||
Crit Strike |
F |
||
Backhand |
G |
Setelah mendapatkan saran dari Madam Beatrix, dia akhirnya
menginvestasikan seluruh ability poinnya dalam intelligence. Hal ini
dikarenakan, dia takut jika efek mana vessel prematur bisa mempengaruhi
perkembangannya di masa depan. Oleh sebab itu, dia benar-benar berbeda dari
kebanyakan assassin pada umumnya.
“Dampak dari masalahku sebelumnya, aku terpaksa menggunakan ability
point-ku pada Intelligence dan wisdom.”
“Tapi, bukankah kamu bisa ganti kelas lagi, dan memulai dari awal
sebagai seorang mage?”
“Tidak. Aku tidak bisa.”
“Kenapa?”
Dia terdiam dan terus melangkah perlahan dalam gua yang kosong ini.
“Aku harus melindungi…” ucapannya terputus, saat ia mendengar suara para
goblin. “Musuh!”
Perhatian keduanya pun langsung melihat ke arah dalam goa. Muncul
rombongan red goblin.
“Identify! Lima red goblin itu berlevel 20.”
“Mereka mungkin boss guardian.”
Boss guardian adalah monter yang berada satu tingkat di atas semua
monster di suatu dungeon, dan satu tingkat di bawah boss dungeon.
“Hati-hati. Ini terlalu aneh,” serunya pada rekan magenya, yang serasa
ingin membantai kawanan itu.
“Aneh?”
“Bukankah kamu tahu, selama kita masuk dungeon, tidak ada satu pun
monster, selain mereka?”
“Ah! Itu benar.”
“Jadi, bagaimana? Apakah kamu mau mengambil last hit-nya?”
“Ya.”
Meski jarak level mereka jauh, dia masih bisa melawan.
“Ayo mulai!”
***
Setelah pertarungan sengit, dan dia jatuh dalam kondisi Immunity, semua
red goblin itu akhirnya mati.
Awalnya, dia berencana untuk mengambil semua last hit, namun faktanya,
dia kesulitan untuk melakukannya. Bahkan, dia beberapa kali terkena godam besi
para red goblin itu, dan berakhir dengan Immunity.
“Kamu tidak apa-apa?”
“Hah… hah… hah… beri aku sedikit waktu untuk memulihkan diri,” jawabnya,
seraya mengeluarkan heal potion buatan Smith.
Setelah memulihkan sedikit statistiknya, dia pun berdiri dan mulai
mendekati gerbang yang terbuka, saat kelima guardian boss itu mati.
“Ratna.”
“Ya?”
“Jika semuanya memburuk, langsung saja kamu bereskan mereka semua.”
“OK!”
Setelah masuk lebih dalam di goa red goblin, mereka akhirnya sampai di
tujuan. Dan benar saja, ada gerombolan besar goblin di sana.
Ada berbagai macam goblin di sana. Mulai dari goblin biasa, red goblin, goblin
shaman, dan satu goblin besar yang duduk di atas singasana.
“Itu adalah goblin champion!”
Goblin Champion.
Itu adalah monster sebesar manusia yang memiliki tubuh kekar, dengan
berbagai bekas luka di tubuhnya. Dia sepertinya menatap bosan pada para goblin
lainnya, yang tengah bersujud kepadanya.
‘Sialan… andai saja aku tak mengajak Ratna. Mungkin, membutuhkan satu
bulan.’
Dia lalu menatap rekannya, yang sedang mengamati dengan skill Identify
yang lebih baik dari dirinya yang baru mencapai E-rank.
“Bagaimana?”
“Sepertinya, lebih efektif untuk menyerang dengan skill AoE.”
Azvein langsung terdiam dan mengamati seluruh area, memikirkan berbagai
kemungkinan yang bisa saja terjadi. Lalu…
“Baiklah. Lebih baik memang menggunakan skill AoE. Tapi, berapa banyak
skill AoE-mu?”
“Aku hanya punya tiga. Rain of fire arrow, Fog
Fire, dan Tornado Blaze.”
“Tornado
Blaze?”
“Ya. Itu adalah skil AoE terkuatku. Tapi,
itu memakan setengah dari MP-ku.”
“Hm…”
Dia termenung, dan mulai menyusun strategi
di otaknya. Lalu…
“Pertama, gunakan skill AoE-mu, sesaat
kemudian, aku akan mulai menyerang.”
“Hah?! Bukankah itu berarti, skill-ku akan
mengenai dirimu juga?”
“Ya.
Tapi, saat itu, jika tak ada yang menarik perhatian mereka, musuh akan
menyerangmu.”
“Emm… tapi…”
“Ayo.”
Tanpa menunggu aba-aba lagi, dia langsung
menyelinap dan menghilang.
“Sial...”
Dia hanya bisa mengutuk pelan, karena
tengah berada di wilayah musuh.
“Baiklah! Dengan kekuatan dari langit api…”
Saat dia merapalkan mantra, suara rekannya
masuk ke dalam otaknya, whisper.
-Setelah menggunakan Tornado Blaze, dan
mundurlah untuk mengisi ulang MP-mu. Karena, para goblin akan kabur ke sana.
“…bakarlah semua musuhmu! Tornado Blaze!”
Nafasnya langsung terengah-engah, karena banyaknya MP yang ia keluarkan.
Namun, dia segera berdiri tegak lagi, dan memulai casting skill lain.
Di sisi lain…
Azvein tengah mengamati monster boss level 36, yang mulai terpancing
dengan mulai munculnya tiga tornado api yang mulai mengamuk.
-KRAAAKKK!!!
Monster itu berteriak, seolah menyuruh pasukannya untuk membunuh
penyusup yang menyerang mereka. Tapi di sisi lain, pasukannya mulai tersapu
badai yang langsung membunuh sebagian besar koloni itu.
-Kyak!
-Kya!
Di depannya, muncul berbagai layar yang menunjukkan exp yang ia
dapatkan, karena satu party dengan orang yang mengeluarkan skill mengerikan
itu.
Namun, dia tak tinggal diam. Karena dia sadar, jika dirinya sedang mengalami
kerugian…
‘Jika aku terus diam, sebagian besar exp akan masuk ke Ratna, yang mana
exp dia tak akan naik banyak, karena perbedaan level.’
Dia terus mengawasi situasi, menunggu celah yang muncul dari keributan
ini.
‘Sekarang!’
Targetnya bukanlah goblin yang akan langsung mati dengan skill AoE itu.
Tapi, dia menyasar monster yang selamat atau bertahan dari skill itu, dan
menyerang mereka dari belakang.
‘Crit Strike!’
Satu red goblin langsung menghilang, saat dia menusuk tepat titik lemah
musuh menggunakan Predator Eye.
‘Selanjutnya!’
Matanya terus mengawasi seluruh area, sambil terus bergerak menggunakan
Light Step, jika dibutuhkan.
‘Power Stab!’
‘Crit Strike!’
‘Power Slash!’
Setelah kehabisan mana, dia langsung mundur dan mulai meminum mana potion
yang ia dapatkan dari rekannya, sebelum penyerangan dungeon ini.
‘Sampai kapan Tornado Blaze akan aktif?’
Meskipun dia sudah naik 4 level karena membunuh banyak red goblin dan
beberapa goblin shaman, dia segera bergerak lagi, sebelum skill yang mendistaksi
kebanyakan musuh ini habis.
‘Crit Strike!’
-Kyek!
Dia langsung bergerak lagi, setelah membunuh goblin shaman yang berlari
untuk menyelamatkan diri, karena memiliki vitality yang lebih rendah dari red
goblin.
Namun, semua itu berubah menjadi bencana, saat tiba-tiba ada monster
besar yang muncul di depannya.
‘Sialan.’
Dia tak mengira, jika sang boss telah menyadari keberadaannya.
Monster boss itu segera meraung keras, menandakan jika ia sangat marah
atas pembantaian dari para pengikutnya ini.
-KRRRAAAHHHHH!!!!!!!
***
Di sisi lain…
“Sialan. Mereka sangat banyak. Flame Shoot!”
Cherry Witch kesal, karena banyak musuh yang datang menghampirinya.
Meskipun ada banyak perbedaan level, tapi jika jumlah musuh lebih dari lima
puluh, itu tetap akan menjadi suatu masalah.
“Aku terpaksa menggunakannya. Fire Wall!”
Dia segera menggunakan skill yang memblokir pintu keluar, dan segera
merapalkan mantra lain. Lalu…
“Fog Fire!”
Para goblin itu langsung mati satu persatu, saat percikan api mulai
menggerogoti tubuh mereka. Namun, ada goblin shaman yang menembakkan sihir
padanya.
Itu adlaah Fire Ball!
“Sial!”
Karena MP-nya yang tengah menipis, dia menangkis serangan itu secara
langsung, dan mundur beberapa langkah.
Lalu, dia segera menggunakan skill lain.
“Multiple Target! Flame Shoot! Flame Shoot! Flame Shoot! Flame Shoot! Flame
Shoot!”
Setelah berhasil membunuh semua monster yang melarikan diri, dia segera
sadar, jika skill AoE-nya telah selesai.
‘Bagas!’
Dia segera meminum mana potion miliknya, dan segera berlari menuju
rekannya.
‘Perbedaan level mereka terlalu jauh!’
Post a Comment for "UG_026"
comment guys. haha