UG_027
27. Kencan
-KRRAAHHH!!!!
Dengan sekuat tenaga, goblin champion langsung menghantamkan kapak besarnya ke
tanah, untuk menghancurkan musuhnya. Tapi, lawannya berhasil menghindar dan
menjaga jarak.
“Sial! Aku pasti langsung mati, jika terkena serangan itu.”
Untung saja, dia menggunakan Light Step tepat pada waktunya. Namun,
monster itu tak membiarkannya, dan mulai menyerang lagi.
‘Light Step!’
Menghindari ayunan kapak, ia segera loncat ke depan dan berguling, di
mana ada dua red goblin yang tengah sekarat. Tanpa menunggu waktu lama, kedua
goblin itu langsung hilang dan lenyap menjadi abu.
Dia terus lari menjauh dan berbaur dengan para goblin yang tengah
sekarat, agar tak terkena serangan mematikan itu. Namun, goblin champion tetap
mengerjar dan menyerangnya, meskipun kehilangan banyak bawahan.
-KRRAAAHHHH!!!
Monster itu sudah terbutakan amarah, dan terus menyerang penyusup itu.
‘Sial! Aku sudah hampir dalam batasanku!’
Lalu, ayunan kapak besar itu kembali menyerangnya.
‘Light Step!’
Ding!
[Selamat! Anda telah berhasil menghindar dari serangan mematikan
berulang kali.
Anda mendapatkan skill Perfect Doge.]
Sebenarnya, dia sangat senang untuk mendapatkan skill yang telah lama ia
nanti ini. Tapi untuk sekarang, ia lebih memprioritaskan hidupnya.
‘Sesuai judulnya, mungkin itu digunakan, tepat saat serangan musuh akan
mengenaiku.’
Tak sempat membaca penjelasan skill, dia segera mempraktekkan itu
langsung, saat serangan berikutnya datang.
‘Perfect Doge!’
Tiba-tiba, dia berpindah dua meter ke depan, dan mulai merasakan pusing
di kepalanya.
‘Sial… skill sehebat itu pasti membutuhkan banyak mana.’
Dia mulai terhuyung-huyung kehilangan tenaga, dan mulai goyah.
‘Sialan… mana potionku habis.’
Ya, dia sudah menghabiskannya saat terus menghindar dari serangan
mematikan dari lawannya ini.
Namun…
-KRAAHHH!!!
“Awas!”
Tiba-tiba, tembakan api besar segera di arahkan pada tubuh besar goblin
champion. Monster itu pun merasakan kesakitan dan terhenti untuk mengejar
penyusup itu.
“Bagaimana keadaanmu, gas?”
“Sangat buruk! Bunuh saja monster sialan ini, sebelum aku dibunuh
olehnya!”
Azvein sadar, jika dia tak akan menang melawan goblin champion level 36.
Namun, dia juga tak bisa lari sekarang, karena tengah dikepung di wilayah
musuh. Ditambah, skill Tornado Blaze sudah menghilang sejak monster boss ini
turun ke area pertempuran.
‘Aku hanya bisa mengulur waktu, sampai Ratna membunuh monster ini.’
Itulah yang sedari tadi ia fikirkan, dan terus bertahan meskipun hampir
mustahil.
“30 detik. Beri aku waktu untuk casting sihir.”
“OK!”
Dia kembali maju, meskipun MP-nya hanya pulih sedikit. Namun, dia
memperkirakan, jika itu akan ckup, untuk sekedar mengulur waktu.
‘Predator Eye! Light Step! Power Stab!’
Dia langsung menggunakan skill berkesinambungan miliknya, untuk
menyerang monster yang tengah mengalihkan perhatian dan waspada pada musuh baru
yang jauh lebih kuat darinya.
‘Leher!’
Dengan Hidden Blade, dia menyerang pembuluh darah besar monster itu dari
belakang, setelah meloncat setinggi mungkin.
-KRAAHHH!
Monster itu segera berbalik dan mengayunkan senjatanya dengan brutal,
karena merasakan rasa sakit yang amat sangat.
‘Aku tidak bisa menghindar.’
Dia segera menahan serangan kuat itu dengan pedangnya, dan terpental
jauh ke dinding belakang.
Bamm!!
“Kugh!!”
Ada banyak darah yang ia muntahkan, menutupi tubuhnya.
[Selama HP Anda tersisa 1 poin, Anda akan
mendapatkan Immune terhadap segala jenis serangan senjata, kutukan, dan sihir.]
‘Sialan… aku harus bertahan dengan mengandalkan Immune, yang hanya bertahan
sepuluh detik.’
Dengan mata yang buram, dia segera melihat jika musuhnya berlari sekuat
tenaga ke arahnya, sambil mengangkat kapak besar itu.
‘Aku harus menghindar.’
Booommm!!
Dia berhasil menghindar dengan jarak yang tipis, menggunakan Perfect
Doge. Dan itu adalah skill terakhir yang bisa ia gunakan.
-KRAAHHHH!!!
Tak membiarkan lawannya terus menghindar, goblin champion itu kembali
mengayunkan senjatanya.
Bam!!
Krakkk!
Pedangnya patah, tak kuat menahan serangan kuat itu, dan membuat dirinya
kembali terpental sangat jauh.
“Urgh!”
Perutnya terasa teracak-acak, dan tubuhnya terasa hancur
berkeping-keping, karena harus terhantam ke belakang dengan sangat keras.
‘Sial. Aku sudah tak bisa bergerak.’
Dia hanya bisa tersenyum putus asa, melihat musuh yang memiliki 20 level
di atasnya, berlari dengan bringas ke arahnya. Layaknya hyna yang menemukan
daging segar. Karena Immunity-nya telah habis, ia hanya bisa mengacungkan
pedang patahnya pada musuh.
‘Apakah aku gagal?’
Saat dia sudah menerima kematiannya…
“Fog Fire! Flame Shoot!”
Tiba-tiba, ada api besar yang menerjang goblin champion. Lalu, percikkan
api muncul di dalam seluruh tubuh besar itu. Dan…
-KRRAAAAAAHHHH!!!!!
…monster itu terbakar dengan hebat.
‘Apakah itu chain skill?’
Dia samar-samar melihat monster itu yang berguling-guling untuk
memadamkan api yang menyelimutinya. Sepertinya, nafas monster itu juga
mengeluarkan percikkan api dari dalam, saat kesadarannya perlahan menghilang.
“Bagas!”
Gadis itu segera menghampirinya, mengeluarkan heal potion, dan
meminumkannya pada lelaki yang telah bersandar lemas, dengan pedang patah di
tangannya.
Setelah menunggu beberapa saat, dia mulai tersadar kembali.
“Apa sudah selesai?”
“Ya.”
***
“Ini.”
[Bloody Axe
Goblin champion yang telah berperang dengan berbagai kelompok goblin di
dataran Waren, dan mengumpulkan semua bawahannya dari pertempuran. Senjatanya,
Bloody Axe, telah menjadi bukti, seberapa banyak suku dan kelompok yang telah
ia bunuh.
Attack: 86
Durability: 280/480
Rarity: Rare+
Syarat: Khusus untuk Axe-man]
Dia terkejut, karena tak menyangka jika item drop yang didapatkan oleh
rekannya ini sampai tingkat Rare+. Padahal, dungeon ini adalah dungeon tingkat
menengah. Ya, dia salah perhitungan dari awal, yang mengira dungeon ini adalah
dungeon tingkat rendah.
“Apakah kamu tidak mengambilnya?”
“Aku mengambil ini.”
Itu adalah elixir of strength tingkat menengah.
‘Sialan. Elixir itu kalau dijual, pasti lebih mahal dari kapak ini.’
Tapi, dia tak bisa membicarakan hal itu. Karena dia sadar, jika dirinya
tak akan bisa menakhlukkan dungeon ini, jika ia menyerang tempat ini sendirian.
‘Setidaknya, aku naik 9 level dan beberapa skill ku naik…’
Nama |
Azvein |
Race |
Human |
Level |
22 |
Class |
Assassins |
Fame |
6 |
Title |
Unlucky Player |
|
|||
Health Point |
106 |
Mana Point |
214 |
Attack |
58 |
Defense |
64 |
Stamina |
51 |
Vitality |
56 |
|
|||
Strength |
103 |
Agility |
104 |
Endurance |
42 |
Intelligence |
84 |
Wisdom |
48 |
Luck |
0 (-999) |
Indomitable |
81 |
Flexibility |
56 |
Sensitivity |
24 |
|
|
Ability Point: 0 |
|||
|
|||
Skill Passive: |
|||
Basic swordsmanship |
D |
||
Afreum Sword Dance |
G |
||
Skill Active: |
|||
Power Slash |
E |
||
Power Stab |
E |
||
Fire Ball |
F |
||
Water Ball |
F |
||
Earth Ball |
F |
||
Wind Ball |
F |
||
Predator Eye |
E |
||
Light Step |
E |
||
Crit Strike |
F |
||
Backhand |
G |
||
Perfect Doge |
G |
‘Oh… aku mendapatkan beberapa Fame.’
Fame.
Adalah statistik yang menunjukkan keterkenalan seseorang di benua
paradise. Fame juga mempengaruhi berbagai tindakan dan mempengaruhi NPC. Hal
ini juga berpengaruh untuk mendapatkan quest dari NPC.
‘Sampai level 40, kemungkinan aku akan terus menginvestikan ability
poinku pada intelligence dan wisdom.’
Rencananya untuk jangka pendek adalah mempermanenkan mana vessel
miliknya, sebelum hancur dan membuatnya hanya bisa menjadi player biasa, yang
hanya datang ke Paradise untuk menikmati keindahan alam buatan ini.
Ya, tak semua player yang datang ke Paradise bertujuan untuk menduduki the
Lost Throne. Ada juga banyak player yang datang untuk berwisata, liburan, dll.
Bahkan, sekarang muncul trend, di mana para CEO perusahan besar melakukan
pertemuan dan rapat di Paradise.
‘Aku harus segera menjual item ini.’
***
‘Sialan. Aku tak menyangka, dia akan meminta hal seperti ini.’
Hari ini, dia sengaja mengambil waktu pulang lebih awal. Meskipun dia
tahu, jika bosnya orang baik, dia masih merasa tak nyaman, karena harus cuti
seperti ini. Padahal, dia sudah mengurangi waktu kerjanya yang biasanya dua
shift, menjadi satu shift saja.
Ya, itu semua ia lakukan, karena ia harus terus fokus pada Throne of Paradise.
Meskipun ia sudah mulai menghasilkan uang dari game, dengan menukarkan
koin silver miliknya, itu masih belum cukup. Karena saat ia menuju broker, rate
IDR telah turun lagi.
1 koin adamantium= 2,2 juta rupiah
1 koin emas= 2,1 ribu rupiah
1 koin silver= 20 rupiah
Sejak redominisasi nilai rupiah, penghilangan tiga nol, pada lima tahun
yang lalu, kini ia telah bisa terbiasa pada penyebutan harga itu. Bahkan, uang
yang berada di bawah itu, telah dijadikan koin receh atau ditolak di beberapa
tempat. Khususnya di kota besar ini, penggunaan koin receh sudah tak bisa
dibuat untuk transaksi.
“Maaf menunggu lama, gas.”
Gadis dengan rok hitam selutut, dibalut baju putih berenda, terlihat
sangat vintage pada tubuh sempurna itu. Namun, dia merasa sudah terbiasa dengan
penampilan teman kerjanya ini.
“Tidak apa-apa, rat. Ayo pergi, sebelum tiketnya habis.”
“Ayo!”
Segera, keduanya memilih bioskop yang akan menampilkan film romance,
yang sebenarnya tak ia sukai. Namun, karena dia telah berjanji pada gadis yang
telah menolongnya, dia akhirnya mengiyakan permintaan itu.
‘Entah kenapa, aku sejak dulu tak begitu suka dengan romance.’
Bahkan saat melihat film itu, dia merasa ngantuk dan bosan. Ia
menganggap film itu terlalu banyak kebetulan yang terjadi, dan terlalu
berbelit-belit.
‘Setidaknya dengan ini, aku tak lagi berhutang budi padanya.’
Saat dia menatap ke samping, dia melihat rekan kerjanya ini tengah
berkaca-kaca, mendalami setiap adegan yang ada.
‘Ah, dia suka romance.’
Untuk menghargai temannya ini, dia mencoba menikmati film itu, meski
banyak pertanyan muncul dalam benaknya. Seperti kenapa harus seperti ini-itu,
kenapa protagonisnya melakukan ini-itu, dsb.
Dan pada akhirnya dia menyerah, dan memilih untuk tidur.
Saat terbangun, filmnya sudah selesai, dan teman di sampingnya masih
terisak, karena terlalu menghayati film romance itu.
“Ayo kita makan, rat.”
Tanpa berbicara, gadis itu mengikutinya dari belakang.
“Apa kamu menikmati filmnya?”
“Ya, itu film yang telah lama aku tunggu. Kamu tahu ngak, si Fadlan
itu…”
Sepanjang perjalanan, Ratna sangat bersemangat untuk menceritakan
detail-detail menarik dari film yang mereka tonton tadi. Bahkan, saat mereka
tengah menunggu menu pesanan mereka sampai, gadis itu tetap bercerita tanpa
berhenti.
‘Dia benar-benar menyukai film itu.’
Bagas hanya tersenyum lucu, melihat gadis yang duduk di depannya terus
saja berceloteh. Namun, senyuman itu ditanggapi berbeda.
“A-apa yang kamu lihat?”
“Kamu lucu.”
“…?!”
***
Setelah selesai nonton film, dia kembali ke rumah sakit sendirian. Tentu
saja, setelah ia mengantarkan rekan kerjanya ke stasiun MRT.
Awalnya, gadis itu ingin ikut ke rumah sakit, namun dia menolaknya
dengan halus, karena ia tak ingin kakaknya terganggu. Lagipula, hari telah
larut, dan dia harus bekerja esok hari.
“Kak, aku sudah memulai langkahku. Semoga saja, semuanya segera
membaik.”
Post a Comment for "UG_027"
comment guys. haha