Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

UG_038

gambar

Unlucky Game

UG_038

38. Penyerbuan Benteng Perismon II

 

Dengan bantuan pasukan gereja, Joseph Sercraze memimpin pasukannya untuk bertahan dari serangan monster di empat penjuru.

Di gerbang selatan, Guild Zerka yang dipimpin oleh top ranker kesepuluh, Zamdy, mulai pergerakannya. Mengawali serangan dari guild-guild besar.

Sebagai seorang top satu ice mage, Zamdy mengeluarkan magic scroll yang ia dapatkan dari chain quest.

Frezzeeee!!!

Sebagian besar bagian selatan benteng langsung membeku, bersama dengan dua demon golem penjaganya.

“Guild Zerka! Serang!”

Tanpa menunda-nunda lagi, seluruh infantri guild Zerka mulai menyerang golem. Sementara itu, para mage yang terbang dengan sapu sihirnya, juga menargetkan para archer dan mage musuh, yang bersembunyi di atas benteng.

“Habisi sebanyak mungkin mage dan archer! Sebelum demon golemnya bisa bergerak lagi!”

Zamdy terus mengawasi situasi, dan berfokus pada pergerakan musuh.

‘Bagus! Dengan ini, aku bisa naik ke top lima ranker!’

***

 

Di gerbang barat, sebagai seorang samurai, Namia segera mengambil posisi drawing sword, dan mengamati targetnya di depan seluruh anggota guildnya.

“Fokuskan pada titik pusat musuh… dan tidak ada sesuatu yang tidak dapat ditebas oleh pedangku. Final Draw!”

Dengan cepat, pedang peringkat epic+ itu keluar dan masuk kembali dalam sarungnya. Namun, tidak terjadi apapun. Hanya suara medan pertempuran yang ada di samping kanannya, yang menggelora dengan gas.

Slash!

Tiba-tiba, muncul satu garis horizontal di kedua demon golem itu. Secepat kilat, garis itu membesar dan terus melebar. Dan…

Bang!

Bang!

Ledakan besar terjadi di bekas tebasan itu.

Namun, demon golem itu masih berdiri di sana.

“Sialan… skill terkuatku belum bisa menebas golem itu,” ujar Namia menyesal.

“Tidak. Itu sudah lebih dari cukup,” sang ketua guild segera menghiburnya, dan memberi komando lanjutan. “Bar HP golem sudah berkurang setengah! Infantri serang golem, archer dan mage serang musuh yang ada di atas benteng!”

“Ya!”

“Ya!”

Seluruh anggota guild mulai maju, meninggalkan kedua orang itu di tempatnya.

“Kamu harus mengisi ulang kekuatanmu dulu. Baru ikuti kami.”

“Ya, guildmaster!”

“Baiklah. Pasukan inti guild Lamia! Fokus pada hancurkan gerbang!”

***

 

Di gerbang utara, Dlarize meregangkan kembali kedua tangannya dan tersenyum lebar.

“Aku akan menghadapi golem yang di kanan. Sisanya terserah padamu.”

“Tentu saja.”

Sebagai ahli strategi guild Strongfield, Zhuge Liang tersenyum dan mulai mengatur pasukannya. Dengan mengayunkan kipas bulu meraknya, dia segera memberi komando.

“Guildmaster Dlarize akan membunuh golem yang di kanan. Lima priest bantu guild master… pasukan infantri mobilitas rendah langsung serang golem dan dibantu sisa priest… pasukan mobilitas tinggi, fokus pada gerbang dan pengamanan jalan masuk… sama seperti guild lain, mage dan archer fokus pada musuh yang di atas benteng. Tapi, fokuskan serangan pada musuh yang berada tepat di atas gerbang!”

“Kamu memang hebat.”

“Terima kasih.”

“Baiklah… aku serahkan sisanya padamu.”

Sebagai pewaris Fist Master, Dlarize langsung berlari sekuat tenaga, melompat di depan target, dan melayangkan skill terkuatnya pada lawan besarnya.

“Heavenly Fist!”

Golem besar hitam itu segera terdorong mundur, dan terduduk untuk sesaat.

“Ini menarik.”

Dlarize kembali tersenyum, saat menemukan musuh yang bisa menjadi lawan tandingnya.

***

 

Sementara itu, di gerbang utama, di gerbang timur, semuanya masih sepi, belum ada pergerakkan apapun.

Menaiki kuda putihnya, Jhon masih menunggu seseorang.

“Khuhuhu!”

“Kamu akhirnya datang, Kira.”

“Tak aku sangka, holy knight kebanggaan kita, menghubungiku, sang apostle of death.”

Kira hanya tak bisa berhenti tertawa, saat kehadirannya ternyata ditunggu oleh orang yang jauh lebih tinggi daripada dirinya.

“Aku tak peduli hal itu.”

“Khuhu… kamu hanya peduli pada dirimu sendiri.”

“…”

Jhon tak membalas ejekan itu, karena dia sedang berhadapan dengan orang yang sangat berbahaya. Andai ejekan itu berasal dari orang lain, Jhon tentu akan langsung membunuhnya.

“Sudahi bercandamu. Apa kamu bisa membunuh sebagian besar pasukan musuh?”

“Tentu saja. Itu adalah hal yang mudah,” jawab Kira cepat. “Tapi, apakah kamu sudah mempersiapkan persembahannya?”

Jhon hanya terdiam, dan melihat pada bawahan terpercayanya.

“Bawa mereka kemari.”

Dengan segera, 300 orang manusia diseret menuju keduanya.

“Khuhu… apakah rasa keadilanmu sudah hilang, hanya demi ambisimu?”

“Mereka adalah para bandit yang meresahkan masyarakat. Membunuh mereka, tak akan berdampak apapun,” elak Jhon yang masih terus mengawasi jenderal musuh yang berdiri sombong di atas benteng.

“Khuhu… baiklah… akan aku mulai ritualnya.”

Segera, dia menghadap para bandit yang ketakutan, melihat aura yang menyelimuti apostle of death.

“Dengan kekuatan kematian…”

Tiba-tiba, muncul lingkaran sihir hitam di bawah kaki 300 orang itu. Ada beberapa bandit yang ingin kabur karena ketakutan. Namun, terhalang oleh tembok tak terlihat di ujung lingkaran sihir. Mereka yang ketakutan segera berteriak dan meminta tolong untuk dikeluarkan.

“Ampuni aku…”

“Tolong…”

Namun, tiada satu pun orang yang berani untuk menolong mereka.

“Agrh!!”

“Ini sakit!”

“Sakit! Tolong!”

Tubuh para bandit itu tiba-tiba meleleh perlahan, seperti terbakar dalam api yang sangat panas. Namun, tiada api apapun disana, selain asap hitam yang mengepul semakin pekat di atas para bandit.

“Ini kejam.”

“Ini lebih sadis daripada pembunuhan.”

Banyak anggota guild Bartez yang bergidik dan mundur, takut jika mereka akan ikut menjadi korban persembahan dewa kematian ini.

“…dengan persembahan 300 orang-orang pendosa yang tak mengingatmu. Oh, Death God, Ryuk! Putra dari Judgement God, Ragnar! Bunuh semua musuh yang telah menistakan kematian, Judgement of Death!”

Tangan kira tertuju pada musuh yang ada di atas benteng.

Lalu, kabut hitam besar itu segera mengeluarkan satu persatu death reaper yang berteriak dengan keras.

-Ngaaa!!!

-Ngaaa!!!

-Ngaaa!!!

Para death reaper itu menembus para golem, dan langsung menyerang musuh yang berada di atas dan di dalam benteng.

“Khuak!”

“Khakk!”

Para bawahan marquess Syerd mati satu-persatu, tak bisa menghadapi tiga death reaper yang sangat besar dan kejam itu.

Di atas benteng, Syerd benar-benar marah, karena tak menyangka, jika manusia menggunakan kekuatan kematian, yang benar-benar bertolak belakang dengan para holy knight.

“Khuhu… urusanku selesai.”

Kira segera menghilang, setelah menggunakan magic scroll teleportation.

Sementara itu, bawahan Jhon segera mendekat.

“Apakah ini tidak apa-apa?”

“Ya. Selama boss demon itu bisa kita kalahkan, penggunaan kekuatan kematian tak akan dipermasalahkan.”

Sebelum menghubungi Kira, Jhon sudah memastikan hal itu pada atasannya, pastor Rebecca. Dia beralasan, akan sangat sulit untuk membunuh marquess demon hanya dengan kekuatan mereka, sehingga dia ingin mengunakan artifak suci, namun ditolak.

Lalu, dia mengusulkan untuk menggunakan kekuatan kematian, dan terima, jika bisa menduduki benteng Perismon.

‘Aku akan menjadi Lord pertama.’

***

 

“Kak Guntur, ini adalah pertempuran yang sangat luar biasa! Keempat guild besar sangatlah hebat, hingga sulit untuk mengatakan, jika ini adalah awal dari pertempuran ini,” jelas Serla kagum.

“Ya. Tentu saja! Bagaimana seseorang bisa mendorong demon golem itu sendirian? Bagaimana seseorang bisa menggunakan magic scroll Zero Freeze? Bagamana tebasan tunggal bisa mengurangi setengah HP golem? Dan bagaimana pula tiga death reaper bisa meluluh-lantakkan musuh?

Wow! Ini sungguh luar biasa!”

Kedua pengisi acara MAC News ini sangat bersemangat saat menjelaskan jalannya pertempuran. Namun, perhatian mereka teralihkan, saat muncul pemberitahuan mendadak dari para staff.

“Tunggu sebentar kak Guntur. Kita harus bergerak dulu dari medan pertempuran Perismon.”

Layar pun segera berubah menjadi hutan yang terbakar hebat, yang telah disertai dengan banyaknya mayat yang tergeletak, sebelum menjadi abu.

“Ini adalah mendan pertempuran utara hutan Shire, pertempuran antara para elf dan demon,” sahut Guntur cepat.

“Ah, pertempuran yang entah bagaimana tak menjadi race quest?”

“Ya. Itu benar.”

“Kalau menurut kak Guntur, kenapa pertempuran ini tak menjadi race quest?”

“Itu karena Tree of Life.”

Tree of Life?”

“Ya. Saat ras manusia memiliki Pandora of God sebagai pemurni demon energy dan para dwarf memiliki Dragon Archaic Crystal, para elf memiliki Tree of Life yang menjaga wilayah mereka dari demon energy.”

“Aku mengerti.”

“Baiklah. Kita kembali lagi pada topik. Saat Pandora of God di benteng Perismon dihancurkan, Tree of Life di Shire Forest masih tetap aktif. Dan para demon dengan sengaja menahan pasukannya di utara hutan.

Menurut para player demon, hal ini dikarenakan kebijakan duke yang baru. Yang tak ingin memulai peperangan besar melawan para elf. Mereka hanya akan bertahan di wilayah pendudukan, dan membuat peradaban baru di sana.”

“Apa?! Demon memiliki peradaban?”

“Ya! Sama seperti ras-ras lainnya, demon juga memiliki kehidupan normal.”

Kembali, Bagas mematikan TV-nya, saat ia sudah siap untuk melanjutkan questnya.

***

 

Setelah keempat guild besar menyerang, tak ada kejadian menarik lain. Karena sama seperti yang diduga oleh semua orang, keempat guild berhasil mengalahkan marquess Syerd. Tidak. Yang mengalahkan demon itu adalah Jhon beserta guild Bartez.

Kekuatan holy knight Jhon benar-benar mendominasi Syerd.

Meskipun ada perbedaan level yang besar, itu tertutupi oleh anggota guild Bartez.

“Kita menang!”

“Hidup Sercraze!”

“Hidup pangeran Joseph!”

Dan pada akhirnya, kemenangan berada di pihak manusia.

“Pasukan gereja segera perbaiki dan aktifkan kembali Pandora of God!”

Setelah kemenangan itu, pihak gereja segera mengaktifkan item yang bisa mengurai dan menghilangkan demon energy.

Itu membutuhkan waktu 100 hari.

Dalam kurun waktu tersebut, banyak monster demon yang muncul dan menyerang benteng. Namun, itu tak lebih kuat daripada demon golem atau Syerd.

Sehingga, relative mudah untuk mempertahankan benteng.

“Selamat datang.”

“Terima kasih.”

Namun, masalah yang sebenarnya, baru muncul sekarang.

Perwakilan dua guild besar sedang dalam meja perundingan.

Guildmaster Bartez, Jhon dan wakil guildnya Shertaz.

Guildmaster Dlarize, Jhon dan wakil guildnya Zhuge Liang.

“Baiklah. Karena semua orang tak punya waktu yang disia-siakan, kita akan langsung pada inti permasalahan,” Zhuge Liang langsung membuka diskusi, setelah semua tamu undangan duduk.

“Kami akan menganti poin kontribusi guild Srongfield, dengan 10 item epic+ dan 3 koin adamantium,” ujar Shertaz.

“Kamu yakin, tentang penawaranmu, Jhon?” tanya Dlarize sambil tersenyum kecut.

“Apa yang kamu inginkan?”

“Bukankah sepadan, untuk memberikan semua dungeon wilayah selatan benteng Holfgan dengan mundurnya kami dari perebutan kursi lord?”

“Apa?! Bagaimana bisa kamu menawarkan hal konyol itu?!”

Shertaz sangat marah pada penawaran Dlarize yang tak masuk akal itu. Namun, Zhuge Liang segera membalas.

“Bukankah ini keuntungan jangka panjang bagi guild Bartez? Menjadi seorang lord, berarti bisa menguasai wilayah Perismon seutuhnya. Bukankah nanti akan banyak dungeon dan resource yang akan kalian dapat, setelah semua itu ditinggalkan karena serangan demon?

Bukankah itu sepadan, untuk mengorbankan wilayah selatan Holfgan, yang hanya terdiri dari beberapa dungeon tingkat menengah dan dungeon rendah?”

“…”

Shertaz tak bisa membalas lagi pernyataan yang memanglah sebuah fakta, dan dia hanya bisa mengertakkan giginya kuat-kuat.

“Baiklah. Kami setuju,” pangkas Jhon sebagai ultimatum.

“Itu bagus, sekarang mari kita tanda tangani Affidavit of Goddess.”

***

 

“Sepertinya, langkah kita untuk menjadi lord di Holfgan segera tiba.”

“Benar. Kita telah menguasai wilayah utara dan timur Holfgan. Sekarang, setelah guild Bartez pergi dan fokus pada Perismon, kita bisa menguasai benteng Holfgan dan melakukan raid berkala ke Misfortune Forest,” jelas Zhuge Liang dari balik kipas putihnya.

“Ya. Seperti katamu, mereka akan kesulitan untuk mempertahankan wilayah itu dari serangan demon. Dan kita bisa mencari harta karun yang tersimpan di Misfortune Forest,” timpal Dlarize sambil meminum anggurnya.

“Tapi guildmaster… dari yang aku dengar, Jhon memiliki penyihir necromancer yang sangat hebat. Yang bisa mensummon grime reaper, membuat seluruh pasukan demon di gerbang utama mati dalam sekejap, dan membuat Syerd sekarat. Apa kamu tahu, siapa dia?”

Ya, berita tentang kemenangan gemilang guild Bartez, menarik perhatian banyak orang. Terutama, kekuatan misterius yang bisa membangkitkan tiga sosok yang seperti grime reaper.

“Ah, dia… aku tahu… dia adalah player yang berbahaya. Lebih baik urungkan niatmu untuk merekrutnya.”

Dlarize langsung menggeleng-geleng kuat, teringat akan kenangan buruknya.

“Kenapa?”

“Orang sekelas Jhon pasti menyewa orang itu dengan sangat terpaksa. Karena sekali kamu membuat perjanjian dengannya, kamu akan rugi besar di masa depan.”

“Itu menarik.”

“Tidak. Tidak. Itu jauh dari kata menarik... Aku dan Jhon saja sudah pernah mati di tangan orang itu.”

“Apa?!”

Zhuge Liang sangat terkejut mendengar pernyataan itu. Guildmaster-nya yang bisa menumbangkan demon golem seorang diri, merasa enggan untuk berhadapan dengan sosok itu.

“Lelaki aneh itu adalah Apostle of Death. Dia memiliki skill aneh, yang bisa meracunimu, dan dalam sekejap, tubuhmu menghitam dan terasa sangat sakit. Lalu, kamu akan mati perlahan-lahan.”

“…?! Bukankah itu skill scam?”

“Aku tidak tahu. Tapi aku curiga, itu adalah ancient skill.”

***

 

“Khukuku… Aku mendapatkan mainan baru.”

Dia terus berjalan acak, menyusuri jalan yang sepi. Lalu, dia teringat sesuatu.

“Ah. Apakah dia masih di Edinburg?”


Post a Comment for "UG_038"