LMS_V01E10P03

10. Peran Weed (3)
Weed berpaling pada rekan-rekannya dengan wajah serius dan
berkata, "Aku tak bisa membantah kalian, untuk memilih memandang rendah
pada skill-skill kerajinan. Karena, seluruh skill tempur memang penting. Tetapi
aku berpikir jika skill-skill kerajinan bisa berakhir menjadi skill yang paling
diperlukan di masa depan. Semua skill kerajinan memiliki sesuatu yang sama, dan
mereka juga membantu kemampuan tempur sebuah avatar. Aku menyarankan kalian untuk
mempelajari skill memasak, karena sangat penting untuk kehidupan kalian
sehari-hari."
"...."
"Aku minta maaf." kata Surka dengan suara yang
kecil.
"Aku lupa bahwa kamu seorang Sculptor, dan aku tanpa
berpikir berbicara buruk tentang para pengrajin. Aku benar-benar minta maaf."
kata Pale.
Surka, Pale dan Irene menjadi merah karena malu.
Mereka berpikir Weed marah karena mereka telah meremehkan
skill memasak, salah satu dari skill kerajinan, tepat di depan wajahnya.
"Bukan itu yang aku maksudkan. Kalian salah paham
padaku." Weed berkata sambil menggelengkan kepalanya.
Tak peduli seberapa keras ia menunjukannya pada mereka,
mereka tak akan mengerti sampai mereka merasa perlu untuk memahaminya.
Toko tersebut memiliki suasana yang ramah karena sebagian
besar menghibur para pelanggan.
Weed menerobos mereka dan berjalan ke kasir.
"Halo." kata Weed.
"Halo. Aku baru saja mendengarkan kamu. Kamu punya
pemikiran yang benar, tentang skill memasak!" kata si penjaga toko.
"Terimakasih."
"Wajahmu tampak akrab bagiku...."
"Yup. Aku datang kesini untuk belanja kebutuhan rumah
tangga, beberapa hari yang lalu."
Ketika Weed meningkatkan sculpture mastery dan skill
memasaknya diwaktu yang sama, dia hanya mengunjungi toko ini dan memborong
bahan-bahan makanan untuk alasan sederhana; harga murah.
Cara paling mudah untuk memaksimalkan keuntungan adalah
dengan meminimalisir biaya, dengan membeli jumlah yang banyak bahan-bahan dalam
waktu sekali, agar mendapat diskon. Weed selalu datang ke toko ini untuk
berbelanja, namun ini pertama kalinya dia berbicara dengan si penjaga toko.
"Baiklah. Terimakasih telah mengunjungi toko-ku.
Ngomong-ngomong, apa kamu mengambil kelas koki sekarang?"
"Tidak. Profesi utamaku bukan seorang koki, tetapi aku
tahu nilai skill memasak."
"Bagus. Jadi apa yang bisa aku bantu?" Mata si
penjaga toko bersinar cerah, mengamati Weed.
Dia sudah mengetahui dari percakapan dengan kurir tadi, jika
si penjaga toko adalah seorang player.
"Bumbu-bumbu dan saus." kata Weed.
"Hmm, kami punya berbagai macam bumbu-bumbu yang
berbeda." kata si penjaga toko.
"Ada garam, gula, dan merica, dan aku bisa menunjukkan
padamu bahan lokal yang luar biasa. Seperti merica dari wilayah Elf, dan
sebotol getah yang diperas dari beberapa tanaman di utara."
Di benua yang luas, banyak item dengan rasa khas yang dipanen
oleh petani lokal dan diperdagangkan melalui karavan.
"Aku tak memerlukan bumbu yang berlebihan. Yang biasa
saja."
"Bagus. Hanya orang bodoh yang mau pamer pada orang
lain, jika mencari sesuatu yang spesial. Bagaimana dengan kualitasnya?"
"Tentu saja aku mau yang terbaik."
"Berapa banyak?"
Weed menghitung berapa banyak uang yang ia miliki di
sakunya. Dia belum menjual berbagai bijih yang dia punya, kecuali perak yang ia
kumpulkan dari Ratu Ulat.
Dia menyimpannya untuk masa depan, ketika dia meningkatkan
skill Repair miliknya, cukup memungkinkan menggunakan bijih-bijih tersebut.
"Aku punya 27 gold sekarang, aku mau membeli sebanyak
mungkin." kata Weed.
"Oke. Aku akan memberimu bonus ekstra." kata si
penjaga toko.
Ketika rekan-rekan Weed mendengar percakapan antara dia dan
si penjaga toko, mereka merasakan jika kedua orang itu saling pengertian dan
rasa hormat mengalir diantara mereka. Seolah-olah mereka adalah teman minum
lama, yang telah berkumpul kembali.
Dalam kenyataannya, si penjaga toko adalah seorang player
yang mengambil jalur dari skill memasak. Ketika dia melihat Weed, dia menyadari
bahwa saingan kuat dari gelombang player terbaru telah muncul.
Weed juga mengakui si penjaga toko sebagai seorang senior di
bidang memasak, jadi mereka tak membutuhkan kata-kata. Kontak mata saja sudah
cukup memberitahu mereka.
Dia mengemas bumbu-bumbu dan saus yang dia beli dari toko,
ke dalam ranselnya.
Setelah dia puas, ia penuh persiapan untuk sebuah perjalanan
baru, dia menuju ke perkemahan pasukan Darius dengan rekan-rekan timnya.
****
Pasukan pembebasan Desa Baran sudah menjadi pembicaraan di
kota, jadi ada banyak player yang ingin bergabung dengan quest tersebut.
Darius duduk di kursi kecil, saat dia mewawancarai pelamar
untuk quest tersebut, "selanjutnya, silahkan."
"Halo, namaku Cochran. Archer level 68. Aku ahli dalam
Tembakan Beruntun, dan senjataku adalah Lasante's Bow."
"Lulus."
Barisan selanjutnya adalah party Weed dengan Pale yang ada
di depan, yang berjalan kearah Darius dengan cemas.
Pale berbicara sebagai perwakilan dari partynya. "Kami
berada dalam satu party. Level 50-an. Seorang Priestess, seorang Mage
terspesialisasi pada elemen api, seorang Ranger, seorang Monk, dan..."
Pale tergagap sebelum dia memperkenalkan Weed, karena dia
takut saat disebutkan jika Weed adalah seorang Sculptor, Darius akan marah dan
menolak mereka semua.
"Hmm, kau punya party yang seimbang. Bagus. Dan
dia..." Darius menunjuk Weed dan menanyai Pale, "apakah dia bagian
dari party mu juga?"
"Ya."
"Total 5. Itu pas dengan tempat kosong yang tersisa
dalam pasukanku."
"Kalau begitu...."
"Maukah kalian bergabung dengan quest untuk merebut
Desa Baran?"
Darius bertanya, dan jendela pesan muncul di depan mata
Weed.
*Ding*
[Quest: Pasukan Pembebasan Desa Baran
Diluar perbatasan Kerajaan Rosenheim adalah alam liar yang
penuh dengan monster. Tembok telah dibangun, dan pasukan dikirim untuk mencegah
para monster menyerang kerajaan. Namun, ada sebuah celah. Melalui celah
tersebut, segerombolan monster menerobos masuk dan menduduki Desa Baran.
Bersama para prajurit Rosenheim, selamatkan Desa Baran dari
bencana, dan hancurkan para monster.
Tingkat Kesulitan: D
Persyaratan Quest:
-Harus selesai dalam waktu 30 hari]
Pale berkata dengan senyum lebar.
"Tentu."
"Aku mau bergabung juga."
"Sama."
"Terimakasih atas ajakan questnya."
"Yup."
Weed adalah orang terakhir yang menerima quest tersebut.
*Ding*
[Kamu telah menerima quest!]
"Oke. Ayo bergerak sekarang."
Darius berdiri dan berteriak. "Semuanya yang tergabung
dalam quest pasukan ini, kemarilah! Kita sudah punya cukup orang, jadi kita
akan pergi sekarang!"
****