LMS_V01E10P04

10. Peran Weed (4)
Tak ada upacara untuk pasukan pembebasan Desa Baran. Hanya
beberapa orang, yang menjadi teman dari beberapa pasukan, yang melambaikan
tangan.
300 player, berbagai macam pakaian, bergerak dari Gerbang
Selatan dan menuju Provinsi Selatan tujuannya adalah Desa Baran. Mereka berniat
untuk merebut desa yang telah jatuh ke tangan lizardmen.
"Hehe. Aku belum pernah pergi sejauh ini dari Benteng.
Ini terasa seperti kita melakukan karya wisata!" kata Romuna.
"Kupikir, aku seharusnya membawa bekal." kata
Irene.
Kedua gadis itu mengobrol dengan ceria.
Udara segar dan hari yang cerah! Hari sempurna untuk sebuah
karya wisata. Para singa dan serigala, ketakutan dengan jumlah dari pasukan
itu, lari dari jalur yang dilalui. Memastikan keamanan dari perjalanan ini.
Sementara rekan-rekan Weed berjalan santai, menikmati
percakapan, Weed memeriksa anggota pasukan yang lain. Bagaimana penampilan
mereka dan apa yang mereka pakai.
҅Rata-rata level player dalam pasukan ini antara 40 dan 60.
Aku mendengar bahwa level Darius adalah 140-an.҆
Darius memiliki 5 rekan, 3 Sword Warrior, seorang Thief dan
seorang Warrior biasa.
҅Lebih baik aku
mengasumsikan, jika mereka memiliki level yang hampir sama.҆
Weed menyimpulkan bahwa Darius mengisi batalionnya dengan
siapapun yang mau menerima quest tersebut, hanya untuk memenuhi syarat; 300
player.
Kecurigaan ini timbul pada Weed, saat Pale mendaftar untuk
quest ini. Darius sangat longgar dalam menerima party-nya. Dalam kasus Weed,
Darius bahkan tak repot-repot menanyai profesi dan levelnya.
҅Kurasa dia mau menyelesaikan
quest ini secepat mungkin . Banyak hadiah yang ditawarkan.҆
Sebuah perasaan waspada merayap dalam pikiran Weed. Dia
telah menyelesaikan penelitiannya sendiri terhadap Darius, pemimpin dari
pasukan pembebasan tersebut, tepat setelah Pale mengirim pesan tentang quest
ini.
Darius punya reputasi buruk. Sebuah fakta yang tersebar luas,
jika dia akan melakukan apa saja, jika itu untuk kepentingannya sendiri.
"Semuanya, dengar." kata Weed dengan suara pelan.
"Huh?" kata Surka.
"Ketika kita sampai di Desa Baran, kita jangan percaya
pada siapapun dengan mudah." kata Weed.
"Apa maksudmu?" tanya Romuna.
"Aku bilang, kita sendirian disini." kata Weed.
Pale melihat sekeliling, seakan sadar oleh kata-kata Weed.
Kemudian, dia setuju dengan Weed. "Aku mengerti maksudmu, Weed-nim."
"Apa itu? Aku tidak mengerti." kata Surka.
Weed cemberut padanya.
"Apa kita mengenal anggota lain dari pasukan pembebasan
ini?"
"Tidak," kata Surka.
"Apa kamu mencoba mengatakan, jika sebuah item bagus jatuh,
seseorang mungkin membunuh kita untuk merebutnya?" tanya Irene.
Pertanyaan yang ia tanyakan, segera membekukan semua orang
dalam partynya. Surka dan Romuna bahkan tampak takut.
"Bukan itu yang aku maksudkan. Tentu saja, hal itu bisa
saja terjadi. Tetapi aku tak berpikir akan ada orang yang cukup berani melewati
batas, di depan banyak saksi. Jika dia mendapatkan tanda pembunuh saat membunuh
kita, dia akan menjadi musuh publik nomor satu. Tepat di tengah-tengah ratusan
orang asing, mereka akan membunuhnya sebagai pembalasan. Juga, Darius tak akan
membiarkan hal itu terjadi, karena itu bisa membahayakan otoritasnya."
"Lalu, apa yang mengganggumu?" tanya Romuna.
"Kita tak punya orang lain lagi untuk diandalkan.
Itulah masalah kita." kata Weed.
Weed memimpin rekan-rekannya sedikit menjauh dari barisan
pasukan, menghindari orang lain menguping, dan menambahkan, "Meskipun
level kita rendah, kita akan melawan monster dalam jumlah banyak."
"Tepat! Bukankah itu sebabnya, mereka mengumpulkan 300
player untuk quest ini, dan meminjam 200 prajurit Tentara Rosenheim? Ketika
kita menyelesaikannya, kita akan mendapatkan banyak EXP dan Fame." kata
Surka.
"Ini dia pertanyaannya. Bagaimana kalian akan bertarung
ketika pertempuran dimulai?" tanya Weed. "Memang benar kita memiliki
banyak orang, tetapi kita hanya sekumpulan orang asing yang tak mengetahui
apa-apa, tentang masing-masing orang di sini. Kita tak tahu skill apa yang
dimiliki Ranger yang di sana. Kita tak tahu apakah pria yang seperti Mage
disampingnya, benar-benar seorang Mage atau hanya seorang penipu yang menyamar.
Bayangkan jika lizardmen menyerang kita secara tiba-tiba, bagaimana kamu akan
bereaksi pada mereka? Bagaimana bisa kita tetap bersama dan menyerang
balik?"
"Tetapi apa yang salah dengan hal itu? Bukankah raid,
memang seharusnya seperti ini?" tanya Irene.
#raid; menyerang
monster dengan pasukan besar
Ketika Irene mengajukan pertanyaan yang lain, Pale
menggelengkan kepalanya.
"Kebanyakan quest raid, cuma tentang membunuh jumlah monster
tertentu atau menyelesaikan suatu area pada skala terbatas. Aku belum pernah
mendengar tentang pertempuran skala besar melawan pasukan monster, di sebuah
medan terbuka, seperti quest ini. Kita punya 300 player dan 200 prajurit di sini,
tetapi ketika sebuah pertempuran dimulai, kita akan tetap bersama dengan rekan
tim kita sendiri, dari pada sendiri-sendiri." kata Pale.
"Itu artinya...."
"Irene-nim, jumlah selalu berbohong. 300 player dan 200
prajurit tak bisa menjamin bahwa party tersebut akan sekuat sejumlah kekuatan
mereka. Jika kita bisa mengalahkan monster, itu akan baik-baik saja. Namun jika
kita menghadapi kejadian yang tak terduga, kita akan hancur seperti tumpukan
kartu. Kita harus berhati-hati." kata Weed.
Darius terlalu tak sabaran dan terobsesi dengan kemenangan
cepat.
Karena ada banyak player yang ingin bergabung dengan quest
ini, dia bisa menerima para player berlevel tinggi untuk menurunkan resiko
kegagalan dalam situasi darurat. Meskipun party Weed mungkin tak akan bisa
bergabung jika itu yang terjadi.
Namun, Darius bertekad untuk memiliki semua poin layanan
publik/public service, jadi ia telah
menolak para player di level 100 atau di atasnya. Sebaliknya, dia mengisi
tempat tersebut dengan para player berlevel rendah.
Dia juga telah memerintahkan para prajurit Rosenheim untuk
tetap di belakang, dan mengikuti pasukan utama, agak jauh.
҅Aku yakin, dia
khawatir jika pasukan ksatria mungkin mengambil beberapa EXP dan Fame yang
seharusnya dimiliknya.҆
Jika Weed yang menjadi pemimpin pasukan untuk quest ini, dia
akan melakukan hal sebaliknya. Dia akan mengabaikan 300 player itu, dan
memanfaatkan dengan baik para prajurit Rosenheim.
Jika dia mengkomandani NPC untuk menghacurkan sekelompok
lizardmen, public service dan Charisma-nya akan naik.
Kau bisa mendapatkan EXP dan Fame dengan cara yang berbeda,
tetapi statistik Charima memerlukan kesempatan semacam ini untuk naik dengan
cepat.
Weed sekali lagi mengingatkan rekan-rekannya untuk
berhati-hati.
****
Pasukan itu berhenti dengan teratur untuk beristirahat dan
makan. Para player dalam pasukan pembebasan tersebut memakan makanan kering
yang mereka bawa, atau makanan ringan. Para prajurit Rosenheim tetap pada
jadwal makan 3 kali setiap hari.
"Bagaimana kita akan menyiapkan makanan?" tanya
Surka.
Pale dan Surka melirik pada Weed saat mereka membicarakan
tentang waktu makan yang akan datang. Mereka tahu, dari percakapan yang terjadi
di toko di lain hari, jika Weed jago memasak.
Weed melangkah maju untuk menunjukkan skill memasaknya.
"Aku akan menyajikan makanan untuk kalian. Pale-nim, bisakah kau pergi
berburu kelinci atau rusa? Setidaknya masing-masing dua ekor." kata Weed.
"Oke." kata Pale.
-------------
Pale mengeluarkan busurnya, dan tak lama kemudian, kembali
dengan 3 kelinci dan 2 rusa. Sebagai seorang Archer yang terspesialisasi dalam
busur, dia sekarang bisa menembakkan panah pada seekor kelinci tanpa meleset.
"Sekarang, aku akan mempersiapkan makanan yang lezat
untuk kalian." kata Weed.
Weed menyalakan api unggun, menguliti kelinci dan rusa
tersebut, menjadikan potongan kecil, menusuk mereka seperti sate, dan
menempatkannya tepat di atas api. Memutarnya sedikit demi sedikit, dan memberi
garam dan merica secara merata.
"Heeyah, itu tampak lezat." kata Surka.
"Bisakah kita makan sekarang?" tanya Irene.
Surka dan Irene telah diperbudak oleh aroma dari daging
panggang itu. Godaan untuk memakan mereka, hampir tak tertahankan.
Weed telah memikat lidah dan perut Sir Midvale dan
pasukannya di Sarang Litvart. Mereka telah memakan sup daging buatannya seperti
segerombolan serigala kelaparan, dan bahkan menghabiskan sisa-sisa yang
tertinggal di dasar panci.
Dibandingkan hari-hari itu, skill handicraft/kerajinan-nya pada level intermediate. Sekarang bisa
memperkuat rasa dari makanan buatannya, dan statistik Art yang diterapkan,
membuat daging kelinci lebih menimbulkan selera.
Bahkan tusuk yang menusuk mulut rusa sampai bagian
belakangnya, menjaganya tetap di atas api tampak sangat indah.
"Silahkan dinikmati." kata Weed ketika ia yakin
telah cukup menyita banyak waktu, menyiksa rekan-rekannya dengan pemandangan
makanan tersebut.
Seperti kata pepatah, rasa lapar adalah jenis bumbu yang
terbaik.
*Nyam*
Segera setelah Weed memberi lampu hijau pada rekan-rekannya,
mereka bergegas ke daging panggang itu, dan mulai merobek daging dari tulang. Lalu
melemparkannya ke dalam mulut mereka.
"Ya tuhan! Ini enaaaaaaak sekali!" teriak Surka
sambil mulutnya penuh makanan.
"Kamu yang terbaik, Weed-nim." kata Romuna,
memberi acungan jempol dengan tangan berminyak. Mulutnya dilapisi minyak
berwarna kuning.
Tampaknya telah menyerah pada kerakusan, salah satu dari
tujuh dosa, Irene si Priestess tengah memakan kelinci utuh. Sementara, Pale
sedang sibuk menggilas kaki belakang rusa. Mereka bahkan menjilati tulangnya.
"Terimakasih, Weed-nim."
Merasa senang dengan makanan enak tersebut, mereka memuji
Weed lagi dan lagi.
"Biasa saja."
Weed melihat sekeliling, dan mendapati banyak player lain
telah mengelilingi pesta kecil mereka tanpa ia sadari.
"Kelihatannya enak sekali..." salah satu dari
mereka berkata dengan sedikit air liur muncul dari sisi mulutnya.
"Benar...."
"Aku iri, dia menikmati makanan seperti itu!"
Diantara anggota pasukan pembebasan, nafsu makan dari para
penonton semakin terangsang oleh pemandangan Irene dan Romuna yang sedang
menikmati saat-saat terindah dalam hidup mereka.
"Apa kau keberatan jika aku meminta sedikit daging
itu?" tanya seorang pria.
Weed membagikan makanannya pada orang lain. "Silahkan.
Tetapi kau harus membawa daging, lain kali."
"Oh, terimaksih banyak." mereka menerima makanan
Weed penuh dengan rasa syukur. Tetapi makanannya telah habis sebelum banyak
orang yang mencicipinya.
Weed mulai bekerja lebih keras pada jam makan selanjutnya,
karena banyak player mendatangi dia dengan membawa daging da memasaknya untuk
mereka.
Dalam kenyataannya, beberapa dari mereka tahu bagaimana caranya
memasak. Mereka dipaksa menyiapkan makanan, saat mereka kehabisan makanan
kering yang mereka miliki selama misi ini.
Namun, terus terang, 80% dari pasukan tersebut adalah
laki-laki, yang membenci pekerjaan yang berhubungan dengan dapur, sep erti
mengupas kentang dan memotong bawang. Hal yang sama berlaku untuk para player
perempuan.
Bahkan mereka yang mempelajari skill memasak, lebih suka
memngumpulkan daging dan memberikannya pada Weed daripada memasaknya sendiri.
"Aku merasa tak enak padamu. Aku benar-benar berhutang
padamu!" kata seorang pria di hari kedua perjalanan.
"Tak masalah. Kau tak perlu mengatakan itu. Aku senang
melakukan ini." kata Weed.
"Tapi...."
"Apa kau benar-benar tak nyaman dengan itu? Kalau
begitu, bagaimana kalau begini ini? Eemmm… Mari membuat kesepakatan. Jika kau
mau melunasi apa yang kau rasa berhutang padaku, kau bisa membayar makanannya.
Untuk bumbu dan sausnya, kau tahu?" kata Weed.
"Aku suka itu, aku merasa lebih baik, dengan cara
itu."
Sebuah pekerjaan
sampingan yang hebat!
Weed mulai mengumpulkan sedikit tarif untuk memasak. Tentu
saja, jauh lebih besar dari pada harga saus dan bumbu-bumbu aslinya. Tetapi,
tak seorangpun komplain tentang hal itu, karena tarifnya bisa diterima.
Ketika pasukan berhenti di sebuah kota dalam perjalanan ke
Desa Baran, Weed membeli bahan makanan dalam jumlah yang banyak di toko pangan
setempat.
Dia perlu mengupdate resepnya, untuk meningkatkan skill
memasaknya pada kecepatan yang lebih cepat. Ditambah, menu-menu baru yang belum
pernah ia coba sebelumnya, selalu diterima dengan baik oleh para pelanggannya.
Dengan bahan-bahan makanan yang dia beli dari toko pangan, ia
sibuk dengan mereka dan memasaknya saat jam makan.
Zahab's Sculpting Knife/Piasu Ukir, selain penggunaan
aslinya, sangat sempurna untuk mengupas kentang.
҅Yah, mengukir patung
dan mengupas kentang adalah jenis yang sama .҆
Makanan yang disiapkan Weed pada dasarnya meningkatkan HP pemakannya
sebanyak 5%, dan karena skill handicraftnya berada pada level intermediate,
memberikan bonus tambahan itu.
Sederhananya, skill handicraft level intermediate meningkatkan
efek aslinya sebanyak 30% untuk sword mastery, dan 50%untuk skill memasak.
Oleh karena itu, efek akhir pada HP meningkat 7,5%. Mungkin
terdengar sepele, tetapi perbedaannya bisa menyelamatkan hidup di tengah-tengah
pertempuran yang kacau. Tempat di mana serangan yang entah darimana selalu
mengintai dari belakang.
Wajah-wajah yang akrab mendekati Weed, yang tengah tenggelam
dalam memasak. Mereka mengenakan seragam Tentara Rosenheim.
"Komandan!"
Hanya sekelompok NPC yang akan memanggil Weed dengan gelar
itu. Dia berhenti mengiris daging, mengangkat kepalanya dan melihat wajah-wajah
yang telah dia lihat sebelumnya.
"Kalian..." kata Weed.
"Hormat! Salam pada Komandan!"
Mereka adalah Becker, Hosram, dan Dale. Saudara seperjuangan
yang bertarung bersama Weed di Sarang Litvart.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Weed.
"Kami semua dipromosikan menjadi Denarion, Komandan." kata Becker.
Ketika para prajurit yang dilatih penuh oleh Weed telah
dipromosikan menjadi Denarion, mereka tidak bisa kembali ke resimen asli
mereka. Jadi, atasan militer menugaskan mereka dengan rekrutan dan misi baru.
"Kurasa mereka memberitahu kalian untuk bergabung
dengan pasukan pembebasan menuju Desa Baran." kata Weed.
"Ya, Komandan." kata Dale.
"Setelah misi selesai. Kami akan ditempatkan di desa
itu untuk mengamankan area sekitarnya."
Sejumlah mantan bawahan Weed, termasuk Buran, ditempatkan
dibawah komando Sir Midvale. Tetapi sisanya, sekarang adalah Denarion, yang
saat ini bertugas dalam pasukan pembebasan ini.