LMS_V02E05P03

5. Melakukan Hal Terburuk (3)
Jika seseorang melalui terlalu banyak kesulitan, sebuah
bayangan akan muncul di wajahnya. Tak bisa dipungkiri, karena mereka berbeda
dari orang-orang yang tumbuh di dalam lingkungan yang baik. Pikiran akan
melemah, memberi jalan pada ketakutan untuk mengikis kepercayaan diri.
Keserakahan, Lee Hyun telah berusaha keras bahkan di usia muda untuk mencapai
kepercayaan diri dan kecerdasan yang dimiliki anak-anak kaya.
Bahkan jika dirinya sendiri tak bisa makan atau berpakaian
dengan baik, ia akan memastikan jika adiknya tak akan pernah iri dengan orang
lain. Tak banyak orang yang akan melakukan ini, untuk adik perempuan mereka.
Mungkin tak semua kakak laki-laki seperti ini, tetapi
perasaan Lee Hyun untuk adik perempuannya tak tertandingi. Lee Hayan bukan
hanya adiknya, dia hampir seperti putrinya sendiri.
Lee Hayan telah kehilangan orang tuanya di usia dini. Sejak
saat itu, orang yang merawat dan membesarkannya bukanlah sang nenek yang sibuk,
tetapi Lee Hyun sendiri.
****
Sekarang, tak ada lagi sihir suci milik Irene, maupun mantra
AOE atau pelacak milik Romuna, dan tinju Surka yang tiada ada hentinya. Semua itu
tak bisa ditemukan dimanapun, ataupun juga serangan jarak jauh yang sangat
cepat milik Pale. Meski demikian, Weed masih punya dirinya sendiri.
Berburu dalam party memang bagus, tapi dengan lebih banyak
orang, biasanya mereka akan beragumen satu sama lain dan menyia-nyiakan waktu.
Dalam kasus yang paling parah, perburuan selesai bahkan sebelum sempat dimulai.
Dibandingkan itu, berburu solo mempunyai keuntungan karena
simpel. Tak ada waktu yang terbuang percuma, dan terbukti bagus untuk
meningkatkan skill level. Lebih baik berburu solo untuk meningkatkan Sword
Mastery dan teknik bertempur lainnya.
"Grr, manusia!"
Si Skeleton Knight, memancarkan aura pertempuran,
mengayunkan pedangnya ke arah kepala Weed. Skeleton Knight yang memakai armor,
dengan gerakan yang sangat cepat dan sangat mengintimidasi, namun gerakan Weed
juga unik. Bergerak dengan mulus, dia menghindari serangan Skeleton Knight
sambil mengurangi HP musuhnya perlahan-lahan. Sebagai hasilnya, gerakan
Skeleton Knight mulai melambat.
"Sculpting Blade!" dia berteriak.
Akhirnya, pedang Weed menghancurkan tulang-tulang Skeleton
Knight dan cahaya dari rongga matanya meredup. Sebuah tanda yang memastikan
kematiannya. Pertarungan di dalam Royal Road sangatlah nyata. Efek spesial
untuk sesuatu yang rusak atau dihancurkan benar-benar sempurna.
Seorang solo player memiliki kesempatan besar untuk
meningkatkan statistik Strength. Statistik ini menentukan kekuatan dibalik tiap
serangan, sama seperti di dunia nyata.
Seorang player menggunakan kekuatan itu saat melawan
monster. Damage maksimal tak akan bisa dikeluarkan, jika serangan tak
menggunakan strength yang cukup. Contohnya, tinju yang dihantamkan sambil
berlari menjauh akan memiliki kekuatan penghancur jauh lebih rendah, daripada
tinju yang dihantamkan pada jarak dekat.
Oleh karena itu, damage ditentukan oleh seberapa banyak
seseorang bisa mengontrol kekuatannya sendiri. Posisi tubuh, penggunaan otot,
jarak, dan ledakan kekuatan.
Royal Road adalah game virtual reality yang mengijinkan
player untuk memanfaatkan kelemahan lawan. Para player Royal Road, seperti
prajurit veteran, mengetahui dengan jelas kemampuan mereka sendiri. Tak hanya
dari angka-angka di jendela status mereka, namun benar-benar merasakan kekuatan
mereka sendiri. Ada suatu rasa kenikmatan dalam kehancuran! Tentu saja, Weed bukanlah
pengecualian.
Dia mendedikasikan dirinya untuk belajar ilmu pedang selama
setahun untuk menguasai akurasi, hindaran, dan dasar-dasar dari pertempuran.
Melalui banyak latihan pertarungan, membuatnya tak takut akan pertempuran,
sampai ke titik di mana ia menikmati pertarungan, melawan musuh yang lebih kuat.
Pedang menjadi alat dan jalur pilihannya.
Pedang adalah alat yang paling baik saat digunakan untuk
memahami dasar-dasar pergerakan tubuh dan pertempuran. Tentu saja, seseorang
yang memulai Royal Road, tanpa mempelajari ilmu pedang atau seni bela diri
masih bisa terbiasa dengan skill pertempuran.
Sebenarnya, itulah yang dilakukan kebanyakan player. Mereka
berpikir jika hal tersebut hanya bagian lain dari game yang harus mereka
biasakan. Namun sudut pandang Weed berbeda.
Pohon yang akarnya tertanam lebih dalam, akan tumbuh lebih
tinggi. Seorang player yang melawan monster tanpa fondasi ilmu pedang hanya
bisa tumbuh cacat. Weed telah belajar ilmu pedang selama setahun, bahkan
sebelum ia menghadapi monster! Dan dengan terus-menerus melawan monster yang
lebih kuat, keahliannya juga telah bertambah. Ini adalah alasan kenapa Weed lebih
kuat dari apa yang disugestikan oleh statistiknya.
"Hmmm... Dengan ini, Aku sudah punya semua item yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan quest."
"Whew... Aku harus mengisi ulang MP." MP milik
Weed sudah hampir habis, jadi ia memutuskan untuk istirahat sebentar.
Karena Weed melakukan tugas untuk banyak orang sendirian, ia
selalu waspada, tak pernah benar-benar santai. Ketika dia menunggu MPnya penuh
kembali, ia duduk dan mengukir patung dengan antusias. Patung yang tengah dibuatnya
berbentuk burung gagak.
Menciptakan patung keceil untuk pertama kali, akan menaikkan
statistik Art dan Sculpture mastery dalam jumlah banyak. Sejak Weed memutuskan
untuk membuat tiap patung secara unik, statistik Art dan Sculpture mastery-nya
naik dengan cepat. Tujuannya adalah membuat patung untuk tiap suku Avian yang
ada di Lavias.
Weed kembali ke Lavias dan membagikan patung yang telah ia buat
pada para Avian.
"Patung ini hanya ada satu jenis di seluruh dunia. Aku
mengukir seluruh penampilan kalian dengan tanganku sendiri!"
"Terima kasih."
Tiap Avian menerima sebuah patung yang mirip dengan mereka.
Saat mereka menerimanya, mereka berkata, "Aku tak bisa menerima ini dengan
cuma-cuma."
"Berapa banyak uang yang kamu inginkan?"
Tiap kali mereka bertanya, Weed memberikan jawaban sama.
"Jangan merumitkan hubungan kita, dengan melibatkan uang. Namun aku sangat
tertarik dengan Lavias. Bisakah kamu menceritakan padaku sesuatu tentang kota
ini?"
"Mmm... Kalau begitu aku akan memberitahumu tentang
Northen Nest..."
"Aku akan memberitahumu tentang kebiasaan para undead
di bawah tanah."
Cerita para Avian menjadi sumber informasi yang penting.
Meskipun kebanyakan adalah gosip yang tak berguna, kadang-kadang, ada informasi
tentang quest dan tempat berburu.
Weed pergi ke burung gagak yang berdiri di depan toko armor.
"Apa ini?"
"Aku membuat patung ini untuk Crow-nim."
"Hoh, terima kasih," kata burung gagak itu, sambil
mengepakkan sayapnya tanda berterima kasih. Lalu dia berkata, seolah-olah
sesuatu lewat secara tiba-tiba dalam pikirannya. "Pernahkah kamu pergi ke
Dead Warrior's Cave?"
"Dead Warrior's Cave?"
"Ya, jika kamu dari Memphis Hall dan berjalan ke utara
selama 30 menit, kamu akan melihat pintu masuknya. Tapi hati-hati, ada Ghoul,
Skeleton Mercenary, dan Dullahan di sana. Kamu tak akan bertahan hidup, jika masuk
tanpa persiapan yang matang."
Di Royal Road, level naik lebih cepat saat melawan monster
yang berlevel di atas levelmu. Skeleton Soldier dan Skeleton Mage tak lagi mengancam
Weed, dan ia mulai bosan dengan Skeleton Knight yang hanya berkeliaran
sendirian.
Weed mengisi tasnya dengan banyak ramuan obat-obatan, makanan,
dan air segar. Di Benua bawah, Weed hanya butuh barang seperti bumbu dan
rempah, karena ia bisa menemukan tumbuhan yang bisa dimakan, atau menangkap dan
memasak hewan dengan Skill Memasaknya. Tapi karena Memphis Hall hanya dipenuhi
oleh undead, ia harus membawa makanan jadi.
Dalam perjalanannya menuju toko pangan, ia bertemu Avian
yang mirip burung beo. "Oh, pengembara manusia. Silahkan, silahkan!"
"Senang bertemu denganmu," jawab Weed dengan
menghela nafas.
'Bah, sungguh berotak
burung!'
Weed telah bertemu dengan Avian yang mirip burung beo ini
sebelumnya, dan tentu saja ia memberikan satu patung sebagai tanda
persahabatan. Dia sangat menyukainya pada saat itu. Namun beberapa hari
kemudian, Weed mengunjunginya lagi dan ia sudah lupa semua tentang Weed.
Weed mencoba mengingatkannya tentang patung yang ia berikan,
namun Avian itu marah dan mengatakan pada Weed untuk tak mengatakan omong
kosong. Dia lalu menyebut Weed sebagai seorang pencuri dan mengusirnya.
Jengkel, Weed mengunjunginya lagi dan ternyata dia malah diterima dengan hangat
sebagai pembeli. Saat itulah Weed menyadari sesuatu tentang Avian.
'Mereka punya daya
ingat yang mengerikan!'