LMS_V03E02P01 Batu yang Mengumpulkan Petir

2. Batu yang Mengumpulkan Petir (1)
Paruvan.
Sebuah tempat dimana para pengembara dan karavan
beristirahat, saat melakukan perjalanan melewati pegunungan Baruk. Awalnya, tempat
itu adalah sebuah tempat yang dibangun oleh tentara penjaga dari Kerajaan Rosenheim,
untuk tempat istirahat. Jadi, itu bukanlah tempat yang sering dikunjungi orang.
"Kita cukup beruntung, menemukan tempat ini. Hanya
tinggal satu atau dua hari dari tujuan kita."
"Perjalanannya sungguh sulit, aku pikir akan
mati." Halman tertawa.
"Semua ini karena kau, Margaux."
"Yang benar saja, Levi. Ini semua dimulai karena kau
membunuh orang itu."
Halman, Margaux, Levi, dan Gran, adalah 4 PK yang terkenal
dari Britten Alliance. Mereka bersenang-senang dengan membunuh player lain dan
merampas equipment mereka. Mereka berempat dikenal sebagai 'Dwichigi Kuartet'.
Namun, sekitar satu bulan yang lalu, mereka tanpa rasa takut
membuat masalah dengan guild Cloud. Guild ini bukan hanya guild besar di
Britten Alliance, tetapi guild itu adalah salah satu dari 10 guild terbesar di
seluruh benua. Dengan jumlah anggotanya lebih dari 6.000 player, dan jika guild
sekutu dimasukkan, sebuah kekuatan yang sangat berpengaruh yang tak bisa
dianggap remeh. Guild tersebut punya pengaruh yang cukup untuk menyaingi Britten
Alliance.
Dengan kata lain, bahkan bagi Dwichigi Kuartet, guild Cloud
bukanlah nama yang bisa diabaikan begitu saja. Dalam kenyataannya, mereka tak akan
membuat masalah dengan guild Cloud secara sengaja. Untuk sementara waktu,
mereka berempat yang berada di daftar paling dicari, memutuskan untuk fokus
berburu dan naik level, tetapi seorang pria bernama Brandy bertindak arogan dan
berkata:
"Pergi dari sini! Ini adalah wilayah kami!" teriak
Brandy.
"Huh, siapa orang ini?"
"Kurang ajar!"
Tentu saja, mereka berempat marah. Pada saat ini simbol
merah tanda PK milik mereka sudah menghilang, karena mereka menyumbangkan
banyak uang ke kuil dan hanya berburu saja. Brandy mengganggu perburuan mereka
dan mengklaim jika tempat ini adalah wilayahnya, karena dia tak tahu siapa
keempat orang itu.
Kemudian Levi meledak dalam kemarahan dan berkata,
"Bunuh saja bajingan ini!"
"Aku akan ajari kau agar tak macam-macam dengan
kami!"
Keempat orang itu yang biasanya membunuh dengan kemauan jelas
tak akan membiarkan hal-hal seperti ini berlalu begitu saja. Brandy terbunuh
dalam sekejap. Seperti yang diduga dari Dwichigi yang terkenal, mereka berempat
memposisikan diri mereka dibelakang Brandy dan menyerang. Level Brandy lebih
rendah 3 level dari keempat anggota Dwichigi, jadi serangan terus-menerus dari
mereka berempat tak memberinya kesempatan dan dia mati dengan mudah.
Mereka menerima sebuah peta sebagai rampasan.
*Ding*
[Item : The tomb of the one with short legs
Ketahanan : 1/1
Tempat dimana si pendek yang eksentrik tertidur. Di antara
dua lembah, dibawah pohon yang kokoh.
Suara gemuruh yang terus terdengar! Sebuah jalan yang
sempit. Kekuatan utama tak bisa dicapai tanpa pengorbanan. Di antara getaran,
carilah suara yang tidak berdering.
Penulis : Reineig R. Hansberg]
"Apa ini?"
Mereka berempat tertawa dan mengabaikan peta tersebut.
Mereka berpikir jika itu adalah salah satu dari peta harta karun yang tersebar
di mana-mana. Namun sejak saat itu, mereka terus-menerus dilacak oleh guild
Cloud. Barulah mereka menyadari jika mereka telah menyerang anggota dari guild
Cloud.
"Sialan! Kau bodoh. Jika dia mengatakan pada kita jika
dia dari guild Cloud, aku tidak akan pernah membunuhnya!"
"Kita membunuhnya tanpa memberinya kesempatan untuk
berbicara."
"Bagaimana bisa itu salah kita!"
"Pokoknya, kita harus bersembunyi dulu sekarang
ini."
Sejak saat itu, mereka berempat bersembunyi di tempat,
dimana tak seorangpun melintas dan tak menunjukkan diri mereka selama 2 minggu.
Namun, pengejaran guild Cloud tak menurun sedikitpun. Untuk menghindari
kematian, mereka berempat harus melalui banyak kesulitan dan nyaris gagal
melarikan diri.
Level keempat orang itu sudah di atas 220. Tetapi tanpa
pengalaman PK, mereka tak akan bisa lolos dari berbagai krisis.
Halman akhirnya berbicara, "Ini aneh."
"Aku juga berpikir begitu, tidakkah kau setuju?"
"Seluruh guild tak akan mengejar kita, hanya karena
membunuh satu anggota."
"Ya, mereka serius berusaha membunuh kita sampai
tuntas."
"Tunggu sebentar, peta apa yang kita ambil dari orang
itu?"
"Aku pikir itu sesuatu seperti 'makam dari seseorang
dengan kaki pendek'...."
"Tak salah lagi kalau begitu, peta ini pasti sesuatu
yang spesial. Mereka tak mengejar kita, mereka mengejar peta ini."
"Hehe!"
"Kalau begitu kita harus mencoba menemukan herta karun
dari peta ini."
Sejak itu, mereka berempat mulai mencari rahasia dari peta
tersebut. Mereka telah melintasi kerajaan lain, untuk menemukan arsip dengan
buku tua dan mencari informasi mengenai peta tersebut. Lalu, mereka memecahkan
arti dari frase tersebut. Sebagai hasilnya, mereka datang ke pegunungan Baruk.
"Sekarang yang harus kita lakukan adalah memasuki makam
tersebut..."
"Ya, tetapi apa yang harus kita lakukan? Tidak ada
Adventurer di antara kita, jadi jebakan di dalam dungeon tak bisa
dibongkar."
"Itu...."
"Tubuh kita bisa menerima beberapa jebakan."
"Bahkan jika seluruh prosesnya berjalan lancar,
seseorang masih harus mati karena sambaran petir akhir. Jadi, salah satu dari
kita siapa yang harus mati?"
Sudah jelas, tak seorangpun mau mati. Keempat orang itu yang
suka membunuh orang lain tak mau mereka sendiri mati. Jadi, mereka mulai saling
menatap satu sama lain. Lalu, senyum lebar muncul diwajah Gran.
"Sudah diputuskan."
"Siapa?"
"Kau tak menujuk aku, kan?"
Gran mengarahkan jarinya, tapi tak menunjuk pada siapapun
dari mereka berempat, termasuk dirinya sendiri. Gran menunjuk ke arah bawah
pegunungan. Saat tiba, gerobak Weed dan Mapan berderit kencang.
"Wow! Aku tak menduga akan bertemu orang di tempat
seperti ini. Hallo, namaku Mapan."
"Aku Gran, dan ini Levi, Halman, dan Margaux."
"Senang bertemu kalian."
Keempat orang itu tersenyum lebar, menyambut Weed dan Mapan.
"Sangat jarang untuk melihat orang bepergian di
pegunungan Baruk, apa alasan kalian?"
"Ah, kami datang untuk berdagang." jawab Mapan.
"Untuk berdagang? Kalau begitu, kalian berdua adalah
Merchant, benar?"
"Ya, aku seorang Merchant, dan Weed-nim adalah seorang
Sculptor."
"Oh, aku mengerti."
Gran tersenyum lebar. Halman, Margaux dan Levi juga berusaha
menahan tawa mereka.
'Dia bilang dia
seorang Sculptor!'
'Ada orang yang
memilih itu sebagai profesi?'
Namun, saat mereka berurusan dengan Weed dan Mapan, mereka
bersikap sopan. Hal ini karena tugas mereka harus diselesaikan. Yang paling
hati-hati dari mereka berempat, Gran menanyakan pertanyaan. Sejak insiden
dengan Brandy, mereka lebih berhati-hati dalam berurusan dengan orang lain.
"Ngomong-ngomong, aku mengerti. Tetapi bagaimana kalian
bisa melintasi Pegunungan Baruk sebagai seorang Sculptor dan Merchant,
sedangkan tempat ini dipenuhi dengan monster? Bagaimana kalian berurusan dengan
para monster itu?"
"Itu karena Weed..."
Mapan hendak menjelaskan, tetapi Weed menyikutnya dari
samping.
"Weed-nim?"
Mapan yang hampir berbicara, menutup mulutnya. Dia menyadari
jika Weed ingin menyembunyikan sesuatu dan berhenti. Gran menyadari dan
mengangkat alisnya kemudia tertawa.
"Yah, apakah itu sulit bagimu untuk mengatakannya pada
kami?"
Sebenarnya, Weed punya perasaan jika mereka berempat
menyembunyikan sesuatu. Di benua Versailles yang luas, meskipun dengan jumlah
player yang banyak, sangat jarang untuk menemui orang di tempat yang dikenal
sebagai 'surga para monster'.
Biasanya, ketika kmau bertemu orang lain ditempat yang tak
biasa seperti pegunungan, kamu akan menyapa mereka, dan bahkan mungkin makan
dengan mereka. Jika tujuanmu sama, kamu akan berjalan bersama untuk sementara
waktu, tetapi orang-orang ini terlalu senang.
Juga, mereka menjadi lebih senang saat mengetahui profesi Weed
dan Mapan. Weed secara alami melihat mereka berempat dan mengamati mereka. Gran
berdiri di depan berbicara pada Weed dan Mapan, sementara 3 yang lainnya berada
di samping dan belakang.
'Mereka mungkin
bandit.'
Jika kamu berpikir jika para monster adalah satu-satunya
yang berbahaya di Benua Versailles, maka kamu akan menerima penderitaan!
Sebaliknya, bertemu player di tempat seperti ini, jauh lebih berbahaya. Weed
bertindak secara alami dan berkata:
"Aku seorang Sculptor, tetapi aku memiliki sebuah
teknik unik."
"Teknik seperti apa itu?"
"Semacam teriakan. Ketika monster mendengar suaranya,
mereka melarikan diri. Haruskah aku tunjukkan?"
"Ya, aku ingin tahu."
Weed mengumpulkan MP dengan segala kekuatannya dan
mengeluarkan skill tersebut, Lion's Roar.
"Roooooaaaaaaaaar!"
Sesaat sebelum Weed menggunakan raungannya, Mapan menutupi
telinganya dengan tangannya, tapi keempat orang itu tak siap dan
terhuyung-huyung karena syok.
"Sialan!"
"Raungan macam apa ini...!"
Gran menenangkan Margaux dan Levi hanya dengan lirikan,
menatap Weed lagi dan tersenyum lebar.
"Sungguh raungan yang luar biasa. Hal itu mengingatkanku,
aku telah mendengar beberapa kali. Raungan ini punya efek menjauhkan
monster?"
Skill Lion's Roar.
Weed belum membentuk party dengan Gran, jadi Leadershipnya tak
meningkat, dan efek tambahan tak berpengaruh. Satu-satunya hal yang mereka
alami adalah teriakan yang keras.
"Ya, para monster ragu-ragu, saat mereka mendengar
suara ini, dan selama saat itu, aku melarikan diri."
Mereka berempat tertawa mendengar penjelasan Weed.
'Benar-benar bukan
masalah besar.'
'Kurasa orang-orang
ini adalah umpan yang sempurna?'
'Kita harus membawa
mereka ke tempat itu.'
'Kita hanya butuh
1...'
'Apa, apa ada masalah?
Kita habisi satunya dengan tangan kita sendiri, dan karena mereka adalah
Merchant, mereka akan menjatuhkan banyak item.'
'Bagus, ayo kita
lakukan.'