LMS_V03E03P03

3. Instrumen dan Trik (3)
Bagaimanapun juga, keempat anggota Dwichigi Kuartet saling
bertemu satu sama lain sebagai pembunuh sejak awal. Kelompok itu hanya
terbentuk untuk membunuh orang lain untuk kesenangan dan menjarah item-tem.
Mereka tak punya persahabatan atau kesetiaan pada masing-masing, jadi mereka
bisa berpisah kapan saja.
*Rumble!*
*Boom! Boom!
Booooooom!*
Penampilan jalannya berubah.
Satu terowongan lurus muncul di depan mereka, mengarah ke
gua bawah tanah. Petir-petir menghantam jalur itu. Petir putih menyambar secara
acak di dalam lorong didepan. Meskipun itu adalah pemandangan yang mengagumkan,
itu juga sangat berbahaya.
Halilintar.
Tiga lingkaran mantra dengan pikirannya sendiri, menyerang
tanpa memiliki pola. Weed melihat kebelakang.
"Bagaimana caranya aku bisa lewat?"
Gran mengeluarkan sebuah batu kecil.
"Kita beruntung. Ini adalah batu yang menyerap petir.
Dengan ini, kita bisa lewat dengan aman."
"Aku mengerti." Weed meengidentifikasi batu
tersebut saat ia menerimanya.
*Ding*
[Item : Lightning Stone
Ketahanan : 100/100
Sebuah batu khusus dengan kandungan besi yang tinggi.
Memiliki kekuatan menarik listrik.
Jika diolah, bisa menjasi besi kualitas bagus.
Efek :
- Resistensi Listrik 99%.
- Memiliki kemampuan untuk menyerap listrik.]
Saat Weed membaca deskripsi batu tersebut, Gran dan Margaux
tertawa dingin.
'Kita akan menyebrang
sambil menggunakannya sebagai tumbal.'
'Setelah kita
melintasi rintangan ini, kita akan sampai di mana harta karun itu berada.'
Satu korban diperlukan untuk melintasi jalan ini. Orang yang
memegang batu petir, tak bisa apa- apa selain mati.
"Hei Weed, majulah. Kau mungkin mati, tapi kita akan
selamat. Bukankah itu sebanding dengan resikonya?"
Gran tersenyum lebar. Pada saat itu, mereka akhirnya
mengungkapkan sifat sejati mereka! Weed setuju.
"Yah, itu adalah hal yang bagus, jika hanya aku yang
mati dan semua orang bisa melintas."
"Lalu?"
"Apa yang akan kalian lakukan untuk kembali?"
"....!"
Gran dan Margaux saling menatap dengan ekspresi tercengang.
Mereka hanya memikirkan tentang mendapatkan harta karun itu. Mereka bahkan tak
memikirkan cara kembali. Hal itu benar-benar tak terlintas dalam pikiran
mereka.
"Itu...."
"Sialan."
Mereka hanya mendapatkan satu batu petir! Mereka pasti akan
mati saat kembali. Gran menghunus pedangnya.
"Sekarang masalahnya telah menjadi seperti ini, kalian
tak berguna. Sudah saatnya bagi kalian untuk mati!"
Gran berteriak dingin saat ia memasuki postur menyerang. Dia
telah diselimuti aura haus darah sementara skillnya sudah hampir aktif.
"Kau bajingan..."
Mapan mengertakkan giginya, saat memahami realitas dari
situasinya. Namun Mapan masih punya kartu as di lengan bajunya. Weed! Weed akan
menangani mereka. Dari mengamati, Mapan tahu jika Weed lebih dari cukup untuk
bertarung melawan Gran. Namun, Weed masih memiliki penampilan ketakutan di wajahnya.
Dalam kondisi itu, dia tak melakukan apa-apa. Dia bahkan tak menghunus
pedangnya.
'Kenapa... Kenapa?
Weed bisa dengan mudah menangani ini...'
Sementara Mapan berpikir sesuatu tak beres, Gran memulai
serangannya. Tetapi bukannya menyerang Weed atau Mapan, dia menyerang Margaux.
"Mati!"
"Gran, aku tahu kau akan melakukan ini!"
Gran dan Margaux mulai bertarung hingga mati. Gran berpikir jika
dia bisa membunuh Weed atau Mapan kapan saja. Jadi, Margaux yang paling
merepotkan harus mati terlebih dulu. Karena mereka tak saling mempercayai sejak
awal, Margaux sudah siap.
"Hah, Flame Sword!"
"Cold Blade!"
Elemen Api dan Es.
Gran, yang telah menyelesaikan ujian untuk profesi keduanya,
memiliki kemampuan khusus dalam ilmu pedang berelemen api. Margaux, yang
terspesialisasi sebagai seorang Assassin bisa dengan mudah bersembunyi di tempat
yang gelap.
Dia menyerang sambil tetap bersembunyi. Skill-skill keluar
tanpa henti, percikan api bertebaran dan darah mengalir. Skill mereka berdua
kebanyakan adalah skill menyerang. Skill mereka seimbang, tapi Gran muncul
sebagai pemenang. Sebagai seorang Assassin yang terbiasa dengan serangan
kejutan, dia tak bisa mengalahkan seorang pendekar pedang dalam pertarungan
secara langsung seperti ini.
"Selamat tinggal, Margaux."
"Sialan, aku sudah sangat dekat. Hanya sedikit lagi ke
harta karun itu..."
Meskipun Margaux dihianati, tak ada perasaan yang kuat di antara
mereka saat terbaring sekarat. Keadilan, persahabatan, itu tidaklah diperlukan!
Perasaan itu tak berguna bagi mereka yang suka menipu dan mencuri. Margaux
sudah dekat dengan kematian. Kemudian, pedang Gran memenggal kepala Margaux.
"Muahahaha! Sekarang harta karun itu adalah
milikku!"
Gran bersandar dan tertawa terbahak-bahak. Sebuah perisai
jatuh di mana Margaux telah mati.
"Weed-nim,Mapan-nim. Salah satu dari kalian akan
memegang batu itu dan masuk ke dalam untukku. Sebagai imbalan aku akan
memberimu perisai ini. Karena ini digunakan oleh seseorang yang memiliki level
di atas 200, itu cukup layak sebagai imbalan untuk mati. Akan lebih baik, jika
kau tak menolak tawaranku. Karena aku hanya membutuhkan satu orang, aku akan
membunuh satu orang sekarang."
Di kepala Gran, perhitungannya telah selesai. Ketika kamu
masuk, mengorbankan satu orang dan mendapatkan harta karun tersebut. Ketika
kembali, mati sekali. Asalkan kamu tak benar-benar sial, kamu tak akan
menjatuhkan harta karun tersebut. Kemungkinan dari menjatuhkan harta yang kamu
dapatkan dari dungeon sangatlah rendah. Selain itu, itu tak masalah untuk
menjatuhkan salah satu itemnya sebagai gantinya.
Gran sudah membayangkan kegembiraan dari harta dalam
genggamannya. Sampai Weed menarik pedangnya.
*Sring*
Clay Sword keluar dengan lembut dari sarungnya. Sebagai
tanggapan, nada Gran segera berubah dari menghormati menjadi mengancam.
"Whoa, kamu berencana untuk menentangku? Jika begitu, matilah
disini. Mapan yang akan memanduku kalau begitu. Aku mungkin sudah terluka,
namun tahukah kau, jika menyerangku hanyalah menggelikan? Baiklah, kuberi kau 3
detik. Serang aku sebanyak yang kau mau."
"Terimakasih kalau begitu."
Konsesi tiga detik seperti yang ada di novel ksatria adalah
sesuatu yang tak akan ditolak oleh Weed.
"Ini pilihanmu sendiri, jangan menyesal. Sculpting
Blade!"
Saat pedang tersebut mengumpulkan cahaya, sebuah rasa
gelisah muncul di mata Gran.
'Mungkin aku
seharusnya tak memberinya kesempatan? Ya, aku akan membuatnya tampak seperti
aku memberi dia 3 detik, tetapi aku akan menyerang terlebih dulu!'
Saat Gran masih berpikir, Weed mendekat dengan kecepatan
yang tak terbayangkan dan mengayunkan pedangnya, memenggal kepala Gran.
"Seorang Sculptor..."
Bahkan di saat kematiannya, sebuah ekspresi tak percaya
menyelimuti wajahnya. Dia akan membiarkan Weed menyerang sekali dan menyerang
balik, tetapi dalam satu serangan itu, HP gran yang rendah sepenuhnya
menghilang.
Mapan mengehela nafas dalam-dalam. Dia telah memprediksi hal
ini akan terjadi, tapi sekarang keempat orang itu telah mati, tak ada yang
harus dilakukan lagi.
"Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang? Haruskah
kita kembali sekarang?"
"Kita sudah datang sejauh ini, jadi aku akan menemukan
harta karun itu. Meskipun itu dipertanyakan jika harta karun itu ada."
"Bagaimana? Setelah kamu masuk, kamu tak bisa keluar...
Jika kita mati di sini. mereka akan bangkit sebelum kita."
" kamu tak harus mati. Orang-orang ini hanyalah pemula
dalam hal penjelajahan. Bahkan dengan menggunakan peta, mereka gagal memilih jalan yang benar. Mereka bahkan
berkata sebuah jalan bukanlah sesuatu yang selalu diatur. Tetapi mereka tak
memahami kata-kata mereka sendiri."
"Apa maksudmu?"
"Terbang."
Weed merapalkan sebuah mantra dan sayap putih murni muncul
di punggungnya. Sejak awal, dia telah yakin bisa melintasi Pegunungan Baruk
dengan aman. Alasan kenapa dia begitu yakin, terletak pada sayap ini. Di Mirkan
Tower di Lavias, dengan membayar 10 gold, seseorang bisa terbang selama durasi
satu bulan. Kekuatan dari penerbangan terletak pada bulu khusus dari para
Avian.
Menghindari petir dan halilintar, dia terbang ke sisi
sebrang. Di sana, dia melihat sebuah peti mati kecil dan sesuatu yang tampak
sebuah alat musik, sebuah harpa.
'Ini pasti harta
karunnya...'
Weed mengambil alat musik itu.
"Identify"'
[Item : Harp of Vino the Dwarf
Ketahanan : 20/20
Vino adalah seorang dwarf yang pendek dan gemuk. Tetapi dia
mencintai gadis manusia.
Ini adalah sebuah cinta yang melampaui ras, sebuah cinta
yang tidak akan pernah terpenuhi!
Gadis manusia tidak menyukai para Dwarf, jadi Vino putus
asa. Oleh karena itu, dia mencurahkan hatinya pada musik.
Karena musik mengandung keindahan artistik, dan dengan
demikian, bisa mendapatkan perhatian dari wanita.
Efek :
Meningkatkan30% popularitas terhadap NPC perempuan.]
Weed menatap harpa itu, tertegun. Pada akhirnya, dia tertawa
terbahak-bahak.
"Puhahahaha."
Halman, Margaux, Levi, Gran.
Untuk semua konspirasi kebohongan dan pembunuhan mereka,
harta karun tersebut pada akhirnya hanya sebuah harpa magis. Itu bisa saja
senjata yang lebih kuat, armor yang lebih baik, tetapi bukan. Itu adalah alat
musik untuk mendapatkan perhatian wanita. Peta tersebut bahkan mengindikasi
tentang fakta ini sejak awal.