LMS_V03E03P02

3. Instrumen dan Trik (2)
Mereka berempat akhirnya merasa lega dan kehilangan kewaspadaan
mereka. Tetapi, mereka tak menyadari niat Weed.
Lycanthrope! Pah!
Weed melihat hanya satu yang lolos dari tebasan mereka. Itu
tampak kebetulan jika satu monster melewati mereka berempat, membahayakan Weed
dan Mapan, namun tidaklah seperti itu.
Mengingat kemampuan tempur mereka, situasi tersebut bisa diatasi.
Tetapi mereka membiarkan satu monster lewat dengan sengaja. Mungkin untuk
melihat bagaimana Weed dan Mapan akan bereaksi. Dan Weed bertindak seolah-olah
dia orang bodoh.
*Booooom!*
*Crack!*
*Rummmmmble*
"Aaaaaahhhhhhhh!"
Tanpa seorang Thief atau Adventurer di dalam party,
perangkap tak bisa dihilangkan. Lantai terbuka untuk mengungkapkan paku-paku
logam berdiri atau tertindih karung pasir yang 10 kali lebih berat sangat
sering terjadi.
Mereka jatuh ke dalam setiap perangkap dan kadang-kadang
mereka jatuh ke dalam perangkap yang sama. Di mata Weed, perangkap bisa dilihat
dengan jelas dan melihat mereka berempat jatuh ke dalam perangkap
berulang-ulang. Dia hampir mengatakan di mana jebakannya berada.
'Gah, percaya saja
pada kami.'
Tentu saja, pemikiran itu menghilang setelah melihat Halman
menjerit sambil mengalami pendarahan hebat. Kuburan dwarf memiliki dua lantai
bawah tanah. Gran mmenemukan tangga yang menuju ke bawah lantai dua dan terus
maju tanpa ragu-ragu.
"Aha, dewi fortuna tersenyum pada kita! Hahahaha!"
Gran tertawa. Weed tak menganggap tawanya secara serius.
Mereka sampai di bawah tanah lantai kedua. Lantai ini memiliki perangkap yang
lebih berbahaya, yang dipasang dimana-mana. Lycanthrope kadang-kadang muncul tak
menakutkan sama sekali, tetapi tak ada habisnya jumlah perangkapnya.
*Hwareukreuk*
Minyak mengalir dari langit-langit, dan tanpa memberi waktu
untuk bereaksi, minyak itu terbakar. Halman yang HPnya sudah rendah, berubah
menjadi abu-abu dan log out. Mengikuti pelan-pelan di belakang, Weed dan Mapan
selamat.
"Bah...."
"Perangkap ini tak masuk akal."
Sisa anggota dari kuartet itu tak meneteskan air mata untuk
rekan mereka yang gugur. Mereka melihat hasil tersebut dengan pendekatan yang
sedikit berbeda. Semakin sedikit orang yang tersisa berarti semakin besar
bagian untuk mereka yang tersisa.
'Hanya tinggal 2
lagi.'
'Yah, jika satu lagi
mati, aku akan bisa...'
'Aku ingin menjadi
satu-satunya yang hidup.'
Mereka tak punya kesetiaan. Setelah kematian Halman, yang
lain diam-diam mengharapkan kematian orang lain. Dan mereka sudah berencana
untuk membunuh Weed dan Mapan pada waktu yang tepat.
"Tapi..." Gran tiba-tiba berbicara.
"Ini sedikit tak adil jika kami satu-satunya yang
memiliki resiko tinggi."
Margaux dan Levi terkejut dengan kata-kata Gran.
-Whisper/pesan privat
kelompok -
-Gran, apa-apaan yang kau lakukan?
-Kita membutuhkan seseorang untuk dikorbankan, saat kita
sampai di ruangan petir. Apa kau ingin membunuh mereka sekarang?
- Sudah lihat saja. Aku punya ide.
"Apa maksudmu?" Mapan bertanya dengan canggung,
tetapi Gran hanya tersenyum saat menanggapi.
"Itu bukan masalah besar. Niatku adalah untuk berbagi
resiko. Satu dari rekanku baru saja mati, tidakkah kalian merasa sedikit bertanggung
jawab?"
"Lalu?"
"Aku ingin satu dari kalian untuk memimpin. Karena kita
adalah teman perjalanan, kita harus berbagi resiko yang sama."
Mapan jelas-jelas ragu. Dalam pikirannya dia sangat ingin
pergi, tapi suasana saat ini membuatnya sulit untuk berbicara. Dia merasa jika seharusnya
tak pernah datang ke tempat ini!
'Namun, aku
benar-benar berhutang budi pada Weed...'
Pada saat Mapan menguatkan dirinya.
"Aku akan di depan."
Weed mengajukan diri sebelum Mapan bisa berbicara.
"Sebagai seorang Sculptor, seranganku sangat kecil,
tetapi aku punya HP yang lumayan, jadi tolong ijinkan aku."
"Oh, kalau begitu terimakasih."
Sejak itu, Weed memimpin. Kamu tak bisa menyebut mereka
sebuah party, karena Weed dan kuartet itu tak pernah mengusulkannya! Mereka tak
mengundangnya dan Mapan menjadi party mereka, karena mereka tak mau berbagi
EXP. Mereka hanya memberi item murah yang tak mereka inginkan.
PK biasanya tak bisa memasuki kebanyakan kota. Dalam kasus
yang sangat serius, penjaga kota akan menyerang para PK dan mungkin bertemu
seseorang yang dendam terhadap mereka. Jadi, itu lebih baik untuk menahan diri
dari mengunjungi kota. Karena alasan inilah mereka dengan senang hati
memberikan item-item yang tak akan mereka jual.
'Ini adalah sebuah
tempat yang menarik.'
Dungeon-dungeon yang telah Weed jelajahi dipenuhi dengan
banyak monster. Kawanan monster haus darah bergerak dalam kelompok dan tempat
berburu yang dipenuhi dengan Death Knight yang berkeliaran. Bagi Weed, ini
adalah pertama kalinya menjelajahi sebuah dungeon yang dipenuhi dengan
perangkap.
'Akan segera berakhir,
setelah aku ceroboh.'
Di depannya adalah sebuah tempat di mana ubin biru dan merah
disusun seperti papan catur. Ini adalah saat ketika skill pencari jebakan akan
digunakan. Namun, tak ada Thief atau Adventurer di kelompok itu untuk
menggunakannya.
"Hei Weed, kita harus terus bergerak." Gran
menyemangatinya dari belakang.
Weed maju sambil menekan kuat pada lantai, tapi dia berjalan
pelan-pelan, agar bisa merespon dengan cepat pada setiap perangkap. Weed
pertama menginjak pada ubin biru. Tak ada yang terjadi. Itu melegakan. Lalu,
dia melangkah pada ubin merah. Tak ada yang terjadi lagi. Tetapi Weed masih
berjarak 50 meter dari ujung lorong itu. Tanpa petunjuk kapan perangkap akan
muncul.
'Ubin biru. Ubin
merah. Ubin biru. Ubin merah. Aku menginjak ubin secara bergantian dan tak ada
yang terjadi. Jika ini adalah cara untuk membongkar perangkap, maka hal ini
terlalu mudah. Apakah benar seperti ini...?'
Weed punya sebuah pemikiran. Apa yang akan terjadi saat dua
ubin dengan warna yang sana diinjak? Dia menginjak ubin biru dua kali
berturut-turut. Masih tak ada yang terjadi. Hal ini membuatnya semakin waspada.
'Ubin berwarna, dibuat
sebagai tipuan. Tak ada maksud lain. Ini dibuat sebagai pengalih perhatian.
Jika seperti itu....'
Mata Weed menjadi semakin tajam.
'Di sana...'
Dia melihat ke depan dan menemukan benang tipis yang hampir
tak terlihat setinggi pergelangan kaki. Karena benang itu berada pada perbatasan
ubin merah dan biru, adalah sebuah perangkap yang sulit untuk ditemukan kecuali
kamu fokus.
'Orang yang tersandung
pada benang itu akan berada dalam masalah besar.'
Weed tentu saja melewati benang itu. Gran adalah yang
selanjutnya, dan mengikuti tepat dibelakang Weed. Bukannya menempel dekat
padanya, ada jarak agak jauh di antara mereka. Itu cukup jauh dari Weed hingga
tak bisa membantunya jika terkena perangkap. Kemudian, di belakangnya adalah
Levi dan Margaux yang mengikuti Gran. Mapan berada di ujung barisan. Meraka
membutuhkan satu orang untuk korban petir, jadi Mapan berada di tempat paling
aman.
Gran juga telah melihat benang itu. Meskipun benang tersebut
sangat samar dan tipis, karena dia mengamati pergerakan Weed yang hati-hati,
memungkinkannya menemukannya. Alasan kenapa dia begitu serius mengamati adalah
dia mungkin akan terkena jebakan yang dihindari Weed secara beruntung.
'Hmm, jebakan ini...
apakah cuma kebetulan, dia menghindarinya? Atau...'
Gran melintasi benang itu. Namun dia tak berhenti untuk
mengatakan sesuatu pada orang dibelakangnya. Dia bergerak sedikit lebih cepat
karena dia tak tau apa yang akan terjadi.
*tuduk*
Levi bergerak ceroboh pada benang itu, memotong benang itu.
Pada saat itu, dinding kanan dan kiri terbuka dan hujan panah muncul seketika.
"Kuahak!"
Levi, yang berbadan besar tak bisa berbuat apa-apa, saat
panah-panah itu terbang kearahnya. Yang bisa ia lakukan hanyalah berteriak tak
berdaya.
"To-Tolong aku!"
Saat Levi memohon, Gran dan Margaux berdiri diam di tempat.
Pada akhirnya Levi mati karena luka panah yang banyak, dan sebuah pelindung
dada jatuh ditempat ia berdiri.
"Bodoh."
"Sungguh menyedihkan mati di tempat seperti ini."
Margaux mengambil armor tersebut untuk dirinya sendiri. Gran
dan Margaux hanya menyeringai. Mereka saling tak percaya pada satu sama lain,
melihat tak ada dari mereka yang menggerakkan jari untuk menolong Levi.