Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V04E02P01 Jack of All Trades

gambar


2. Jack of All Trades (1)


"Royal Road? Saat pergi, kami menyangka dirimu belajar, dan sekarang kamuhanya  bermain mainan itu!"

"Sekarang tulis pernyataan untuk pelepasan cuti."

"Dan jika itu tak membantu, kamu bisa duduk di rumah seharian dan mempersiapkan ujianmu sendiri!"

Ketika orang tua Surka, Pale, Irene, dan Romuna mengetahui jika anak-anak mereka bermain Royal Road secara diam-diam selama ketidakhadiran mereka, mereka diomeli tiada akhir.

Namun, anak-anak mereka tak hanya diam saja. Mereka memikirkan rencana licik, dan pada akhirnya orang tua mereka dipancing ke dalam Royal Road.

"Oh! Pale, aku ingin mengganti senjata tapi aku kekurangan 4 gold, bisakah kamu pinjami aku uang? Jangan khawatir aku akan membayarnya dengan bunga!"

Dalam berburu dan melawan monster, orang tua mereka tak memiliki pengalaman. Namun, mereka masih bisa melakukannya dengan baik. Mereka pemilik dari toko kecil di dalam game, dan membuka toko itu satu per satu. Toko mereka menjual barang-barang, mulai dari senjata, pakaian sampai buku skill.

Mereka bahkan membuka restoran. Karena orang tua mereka didukung anak- anaknya dengan buku-buku skill, panah bagus, atau bahkan pengetahuan dari Priest, dan berburu item untuk mereka.

Dan sebagai hasilnya, mereka semakin dan semakin dekat dengan level 200 yang didambakan.

Dan kemudian para NPC Kerajaan Rosenheim mulai berbicara:

"Apa kamu tahu tentang petualang Weed? Dia menghadapi klan vampir yang mengerikan dan membebaskan penduduk Morata."

"Oh, Weed, sang penyelamat dari Order of Freya! Mengetahui jika ada pahlawan yang membuat kehidupan lebih mudah, bukankah begitu? Aku dengar dia berasal dari Kerajaan Rosenheim, dan mereka mengatakan, sang Raja mencarinya."

Bahkan di dunia nyata, toko senjata api, rumah sakit, dan bahkan gadis penjual bunga dari toko. Semua orang membicarakan tentang Weed.

Ketika berita itu sampai ke Pale dan partynya, mereka menyadari jika Weed menyelesaikan quest yang sulit dan berbahaya, dan segera memberi selamat:

"Selamat, Weed."

"Kerja bagus!"

"Lain kali, ceritakan pada kami secara rinci."

***



"Haaaa!"

"Swooooop!"

"Urraaaa! Monster!"

Para Geomchi menyerbu maju, dan prajurit pemberani tanpa kepala dengan cepat mulai terdesak. Tak peduli seberapa beraninya dia dalam game, pemandangan dari begitu banyak lawan, bahkan monster akan gugup dan gemetar. Lawan tak menunjukkan ketakutan, dengan berani menyerang musuh juga!

Para player itu berpakaian santai dan kasar, dengan mata keserakahan berkilauan yang menginginkan satu hal: exp.

"Ha-ha-ha! Geomchi2?"

"Baik. Aku siap."

"Serang!"

"Hip-hip!"

Serbuan dari para Geomchi menyerang prajurit tanpa kepala itu. Mereka melompat ke monster itu seolah-olah seseorang akan mencurinya.

Tak satupun dari para Geomchi mengetahui bagaimana caranya bermain. Oleh karena itu, mereka pergi ke monster berlevel tinggi terlebih dulu, tetapi mereka tak dianggap sebagai lawan yang layak.

"Bunuh mereka semua!"

Mereka mencari tempat baru untuk berburu dan mereka akhirnya sampai di Lavias.

Sepanjang waktu ini, mereka hanya mencari pertempuran dan melawan monster kuat. Jadi, level mereka naik dengan tingkat kecepatan yang mencengangkan.

Kerumunan 505 orang, berkeliaran di Royal Road yang selalu bersama-sama. Kelompok besar yang kompak. Murid dan istruktur tinggal bersama di sekolah, jadi mereka bisa berkumpul dengan cepat untuk bermain Royal Road. Melawan monster juga dipandang sebagai bagian dari latihan mereka, jadi mereka menghabiskan banyak waktu did alam game, dan berburu monster yang paling kuat, yang bisa mereka temukan.

Mereka memulai seperti yang dilakukan Weed dengan orang-orangan sawah, dan kemudian secara terus-menerus mengalahkan banyak dungeon. Ketika ada musuh, para murid mengeluarkan semua energi ke dalam pertarungan dan pada akhirnya menang.

Satu-satunya hal yang membuat mereka tertarik selain pedang adalah pertempuran. Mereka tak mengerjakan quest apapun, karena mereka terlalu malas untuk repot-repot mencari. Selain itu, penampilan mereka sangat berantakan. Mereka adalah para player yang sangat miskin dan sering kelaparan.

Sang guru meletakkan tangannya di belakang punggungnya dan sambil tertawa, berkata:

"3 copper? Oh-ho-ho! Begitu banyak energi yang dihabiskan pada monster ini. dan kita tak mendapatkan apa-apa. Sepertinya, kita lemah, kawan-kawan!"

"Ya, Master!"

"Akankah kita ambil recehan ini? Atau akankah kita menjadi lebih kuat dan membunuh monster yang menjatuhkan gold?"

"Pak, untuk Anda, kami akan pergi kemanapun!"

Setelah kata-kata itu, para murid dan instruktur tak memiliki pilihan, menahan air mata, mengikuti kata-kata ‘Yang pertama adalah pedang!’. Memahami ketakutan mereka tentang mati kelaparan, jauh lebih besar dari pada ketakutan mereka pada monster.

Mereka bahkan berbagi roti terakhir, dan hal ini memperkuat persahabatan di antara mereka.

Para Geomchi tak takut pada monster.

"Cepat atau lambat, kita akan berhenti sekarat ,karena kelaparan!"

Para Geomchi menjadi fokus dengan mata mereka penuh dengan intensitas.

Kamu mati bertarung atau mati kelaparan.

Jadi mereka berkelana melintasi luasnya Royal Road dan meningkatkan level mereka hingga 130.

Di Lavias mereka mendengar jika mereka bisa mengganti profesi. Orang-orang di jalanan berkata jika para prajurit memberi banyak pekerjaan, dan jika kamu membunuh monster terkenal, kamu akan mendapatkan kejayaan dan uang. Juga dengan sebuah profesi baru, kamu akan mendapatkan peningkatan Strength dan Agility yang besar, dan sedikit defence. Sebuah profesi untuk ahli yang sebenarnya dari pertempuran!

Tetapi dalam hal apapun, kita seharusnya tak berpikir jika profesi mereka berubah berdasarkan pada peningkatan statistik. Tidak, para Geomchi merasa jika mereka adalah pewaris seni bela diri Korea, dan dengan kebangaan mereka, mereka hidup dan mati.

Seni bela diri adalah sifat mereka, hidup mereka, dan itu sebabnya 505 orang itu pada saat yang sama mengganti profesi mereka. Yah, profesi awal mereka adalah seorang Warrior, kemudian berganti menjadi  Martial Art, tampak seperti langkah logis selanjutnya.

"Apa kamu pernah mendengar tentang petualang Weed?"

"Kali ini Weed telah melakukan sesuatu yang luar biasa!"

Tentu saja, berita ini melintasi begitu banyak telinga. Saat para Geomchi mendengar berita tersebut, mereka semua senang.

"Ohhhh!"

"Jika Weed bisa melakukannya, maka kita juga bisa!"

Perasaan itu ada di setiap orang.

Ambisi! Keinginan akan kemuliaan!

Gairah yang berkobar!

"Geomchi2!"

"Ya, Master."

"Temukan di mana monster yang paling kuat berada."

"Dipahami."

Geomchi2 pertama-tama memanggil Pale. Dia telah lama mamahami siksaan dari mencari informasi, dan menyadari akan lebih baik untuk menghubungi Pale.

"Pale-nim."

"Ya, Geomchi2...."

Pada saat ini Pale, Irene, Surka, dan Romuna sedang berburu.

Dia sedikit takut jika mereka akan meminta sesuatu yang liar.

Tetapi kali ini, tak ada yang terjadi. Biasanya, para Geomchi hidup dengan martabat dan harga diri, mereka tak lupa tentang bantuan makanan, dan di masa depan selalu berterimakasih pada penolong mereka.

Disisi lain, Pale dan partynya telah lama terbiasa dengan permintaan aneh mereka.

"Siapa yang terkuat?"

"Apa? Tunggu... tidak mungkin...."

"Katakan saja padaku siapa dan di mana. Kami akan mengurus sisanya."

Pale sedikit terguncang, karena dia tahu apa yang akan mereka lakukan.

Green Dragon Biakis menyukai kedamaian dan ketenangan. Dia suka menganggap dirinya sebagai penjaga hutan. Dengan pemikiran itu, dia hidup dalam damai selama berabad-abad.

Biakis tengah tertidur di sebuah lubang, di puncak salah satu gunung. Tetapi, ketika dia mendengar keributan dari orang-orang, matanya terbuka lebar.

"Kriminal?"

Kadang-kadang sekelompok petualang melewati wilayahnya. Bahkan kadang-kadang player terkuat di Benua Versailles meninggalkan kelompok dan pergi memburu naga tersebut.

Setiap kali, Biakis dengan kejam menyerang mereka.

"Kali ini, kalian juga akan mati."  pikir naga itu dengan marah.

Mata Biakis yang berwarna hijau, dipenuhi kemarahan. Kemanapun dia melihat, orang-orang tak kenal takut mendekat. Bahkan jika beberapa orang bertarung sekaligus, mereka terlalu banyak. Meskipun pada umumnya naga tak peduli.

"Urra!"

"Kita telah sampai! Naga liar, tunjukan dirimu!"

Dia tak pernah dihina sebelumnya. Biakis marah. Dia membuka mulutnya lebar-lebar,seolah-olah menguap, dan kemudian mengeluarkan hembusan nafas....

"Fuuuuuu!"

****



< Prev  I  Index  I  Next >