LMS_V04E06P04

6. Penyerbuan Kastil Odein (4)
Gran tak bisa mengatakan apa-apa. Dia telah membuat
kesalahan yang serius. Tentu saja, dia tak berhenti, dan berusaha mengayunkan
pedangnya, tapi saat itulah sang master dengan mudah menepisnya dan mulai
menyerang.
Bam-bam!
"Hmm... Belum mati juga?"
"Kiiya!"
Karena HP yang tinggi dan armornya bagus, Gran masih hidup.
Teman-temannya tak diam saja, mereka bergerak untuk mengeluarkan serangan
kejutan pada para Geomchi yang lain.
"Orang-orang ini adalah monster juga?"
"Para murid, sekarang mereka datang kepada kita. Kita tak
harus mencarinya lagi!"
"Lihat yang sebelah kiri, ya ampun!"
Mungkin player-player lain, saat menyadari mereka menghadapi Dwichigi Quartet, akan melarikan
diri karena mereka tak mau mendapatkan status PK, tapi para Geomchi bahkan tak
mengetahui konsep ini. Dalam arti tertentu, mereka bahkan lebih brutal daripada
Dwichigi Quartet.
Setelah menerima luka yang banyak, para PK itu dengan cepat
tewas.
Beberapa jam kemudian keempat orang itu bertemu lagi.
"Apa yang terjadi?"
"Ahh... Aku bahkan tak mau memikirkan apa yang terjadi
kemarin."
"Jadi... Kau tak akan balas dendam?"
Dwichigi Quartet jatuh ke dalam keadaan yang serius. Dan
seperti biasanya, Gran mendapatkan sebuah ide.
"Tidak, kita tak bisa menyerah pada balas dendam."
"Aku setuju."
"Tapi kita tak cukup kuat."
Levi menunjukkan kelemahan. Setelah kejadian kemarin, dia
bahkan tak mau menghadapi mereka lagi.
"Kita anggota sebuah guild sekarang. Mari buat mereka
membantu kita."
Bagi Dwichigi Quartet, Rosenheim seperti surga. Tak ada
guild besar yang dibentuk untuk menegakkan hukum di sini, jadi kejahatan
berkembang di mana-mana.
Dwichigi Quartet telah bergabung dengan Guild Jamaica.
Karena guild tersebut sangat membutuhkan player kuat, mereka menerima mereka
berempat.
Para PK itu segera menghubungi teman-teman mereka di dalam
guild. Dengan kebohongan, Dwichigi Quartet berhasil mengumpulkan 300 orang.
"Bunuh mereka!"
"Wow!"
Dwichigi Quartet dengan bantuan 300 player menyerang para
Geomchi. Mereka memperingatkan sebelumnya tentang kekuatan lawan mereka, jadi
mereka menyuruh para Assassin menembak dengan panah beracun.
"Ahh!"
"Musuh!"
Banyak Geomchi terbunuh di menit-menit awal dari serangan
kejutan. Para Assassin menyerang dari belakang dan menggorok leher Geomchi.
Yang selamat, berdiri saling memunggungi, mulai memblokir serangan demi
serangan.
"Sialan, orang-orang ini lebih kuat daripada yang kita
duga."
"Semuanya mundur, gunakan serangan jarak jauh."
"Ice Storm!"
"Lightnimg Bolt!"
Banyak mantra mematikan terbang kearah para prajurit pemberani
itu. Sejauh ini mereka tak pernah menghadapi magic, jadi mereka kehilangan
pertahanan. Serangan besar-besaran itu menjatuhkan HP mereka dengan drastis.
"Sialan!"
Para Geomchi, tak menahan kemarahan mereka, mengutuk. Jika
musuh mendekati mereka, mereka tak akan ragu-ragu untuk maju dan menyerang.
Tetapi musuh menjaga jarak, menyerang dari kejauhan dengan mantra dan panah
secara bertubi-tubi. Dan karena para Geomchi tak menggunakan perisai, HP mereka
menurun dengan cepat.
"Bahkan jika kita akan dikalahkan seperti anjing, kami
setidaknya akan membawa salah satu dari kalian!"
Beberapa murid keluar dari kelompok dan melaju kearah musuh,
tapi mantra-mantra itu menjadi terkonsentrasi dan mereka mati dengan cepat.
"Ya ampun...."
"Siapa mereka? kenapa mereka menyerang kita?"
Untuk pertama kalinya sejak mereka mulai, wajah mereka
dipenuhi kemarahan dan keputusasaan. Kadang-kadang mereka mati karena
kelaparan, tetapi sekarang mereka dibunuh oleh para player yang tidak
diketahui.
Geomchi2 berteriak: "Master mundur!"
"Aku mengerti. Mundur...."
"Ke mana?"
"Ke hutan! Semuanya kembali ke hutan. Kita akan lebih
terlindungi di sana."
"Baik pak."
"Ikuti aku."
Geomchi dan Geomchi2 mencoba membuat celah. Dalam tipe
formasi mengapit, mereka bisa menangkis panah, tapi tak bisa melawan sihir.
Setelah menderita kekalahan besar, mereka berhasil melarikan
diri ke hutan.
"Kita selamat!"
"Berapa banyak yang tersisa?"
"Kurang dari 260, Master...."
"...Hampir setengah dari kita mati."
Para Geomchi mendesah, mereka semua sekarang bisa
berustirahat dan membalut luka mereka. Namun, mereka sangat miskin dan tak
punya banyak perban.
"Lihat! Mereka datang!"
Sementara mereka beristirahat, para pengejar semakin
mendekat.
"Bagaimana bisa mereka menemukan kita?"
"Sepertinya mereka punya beberapa Thief dan Hunter.
Mereka bisa melacak kita."
Para Geomchi diselimuti rasa frustasi. Sebagai ahli beladiri
mereka tak bisa menghilangkan jejak mereka. Mereka harus lari lebih jauh ke
dalam hutam. Tetapi mereka sekarang tengah kelelahan, dan terus-menerus
menerima serangan jarak jauh.
"Geomchi2, Geomchi3, dan semuanya!"
"Ya, Master."
"Kami mendengarkan."
"Haruskah kita berpencar sehingga setengah dari kita
bisa selamat. Atau kita akan bertarung!"
"Pak, kita adalah pria!"
"Mari kita tunjukan pada para bajingan itu dengan siapa
mereka berurusan!"
Sekarang para Geomchi mengubah strategi mereka secara
besar-besaran. Mereka tak lari, menggunakan hutan, mereka bersembunyi dan
menggunakan serangan kejutan. Namun, luka-luka mereka sangat serius. Musuh
mereka menggunakan sihir dan bahkan para Priest mereka terus menyembuhkan.
Perlahan-lahan, dimulai dengan yang terlemah, para murid mulai mati, sampai
hanya para instruktur yang tersisa.
"Uhh, Master!"
"Kami minta maaf, teruslah hidup!"
Ketika HP mereka mencapai 0, pada detik-detik akhir dari
kehidupan mereka, mereka menatap pada sang master.
Pada akhirnya, hanya master mereka yang bertahan hidup.
"....."
Di dalam dojo, ada keheningan yang berat. Para murid dan
istruktur tengah terfokus pada satu kapsul. Kapsul itu adalah di mana master mereka
berbaring. Dan sekarang setelah beberapa saat, Ahn Hyundo, master mereka
keluar.
"Master!"
Chung Il Hoon, Choi Jeong Beom, Ma Sang Bohm, Lee Ying Up,
dan semua mata begitu tegang hingga nafas mereka bergetar. Biasanya itu adalah
sifat Ahn Hyundo untuk tetap diam, tetapi kemudian dia dengan pelan berkata,
"Dia membunuhku...."
"...."
"Dia menyebut dirinya Gran, dan kemudian menggorok
leherku."
Semua orang akhirnya menghembuskan nafas. Para murid dan
instruktur merasa marah! Bagi mereka, Ahn Hyundo adalah panutan mereka. Ya, dia
memang sedikit eksentrik, tapi dalam ilmu pedang dia tak memiliki saingan!
Dulu, sebelum datang ke sekolah ini, mereka meragukan
kemampuannya saat mereka mendengar tantang hal itu. Tetapi saat mereka menonton
dia bertarung, keraguan mereka lenyap. Idola mereka, mati dan dipermalukan
menyebabkan mereka murka.
Tetapi Ahn Hyundo hanya tertawa menatap wajah marah mereka.
"Sudah 30 tahun."
"...?"
"Sudah 30 tahun sejak aku kalah dalam sebuah
pertarungan."
"Tetapi di sana ada musuh yang sangat banyak."
"Tidak, Il Hoon, jumlah musuh dan level mereka tak bisa
digunakan sebagai alasan. Tapi sekarang, tidakkah kamu berpikir Royal Road
telah menjadi lebih menarik?"
"Ya Master!"
Para murid dan instruktur, menjawab secara reflek.
Ahn Hyun Do mengepalkan tangannya.
"Sangat sempurna. Kita seperti prajurit sejati dan kita
harus menghadapi segalanya dengan sepenuh hati kita!"
Para instruktur dan para murid menjadi bersemangat.
"Ohh! Itu benar!"
"Aku suka pertarungan yang ganas!"
"Mari kita membalas mereka seratus kali lipat."
Namun mereka membeku saat master mereka pergi untuk
melakukan sesuatu. Dia berjalan ke arah papan tulis dan mulai menulis nama
dengan kapur.
Gran, Halman, Margaux, Levi dan Guild Jamaica
Di depan masing-masing nama tersebut dia menulis ‘musuh’!
Dia berkata sambil tersenyum, "Jangan dihapus."
****
Gran dan para anggota Dwichigi Quartet merayakan kemenangan
mereka. Dengan kebohongan, mereka membuat Guild Jamaica membantu dan
menghancurkan para Geomchi. Sekarang mereka mendekati mayat-mayat itu untuk
membagi item-item yang dijatuhkan.
Mereka menyukai membunuh, tapi dengan kesenangan yang sama
mereka menikmati membagi item-item rampasan. Bagaimanapun juga, hanya dengan
beberapa hari kamu akan bisa mendapatkan senjata dan armor yang berharga, yang
membutuhkan berbulan-bulan untuk didapatkan.
"Mari kita lihat apa yang mereka jatuhkan."
Dengan penampilan serakah, Halman dan Margaux adalah yang
pertama kali mencari. Tetapi dengan segera wajah mereka berkedut terkejut.
"Tak ada apa-apa..."
"Tidak! Itu tak mungkin!"
"Tak ada barang berharga!"
"Ini konyol, cari lagi!"
Gran dan Levi dengan hati-hati mencari item. Namun, mereka
hanya menemukan beberapa pedang yang membutuhkan perbaikan dan roti gandum,
banyak sekali roti gandum.