LMS_V05E07P04

7. Orc Karichwi, yang Berpikiran Sederhana (4)
Choi Jihoon beberapa kali melihat orang itu tertawa dengan
riang, saat memancing. Dia melakukan hal itu, bahkan dalam kejadian yang aneh
dan sepele, contohnya saat dia menemukan koin copper di dalam perut ikan.
Weed sangat senang dengan hal sepele semacam itu.
Bersaing memancing dengannya sangat menyenangkan. Dan pada
beberapa poin, Choi Jihoon benar-benar terserap oleh hal itu. Hingga sejauh di mana
setiap kali dia menangkap seekor ikan, tangannya gemetar karena senang.
Dia tak bisa mengingat, kapan terakhir kali ia merasakan
sesuatu seperti ini.
Choi Jihoon menyukai Weed.
Sejak saat itu, dia mencoba tetap berada di sampingnya.
Di Benteng Odein, dia berpartisipasi dalam pertempuran
bersama Weed, di dungeon Basra dia berburu dalam satu party dengan Weed. Saat
dia mendengar jika Weed akan berburu bersama dengan Hwaryeong, dia dengan cepat
menemukan Hwaryeong dan menyuap ketua party yang diikuti Hwaryeong, untuk
membiarkannya bergabung.
"Aku harus pergi. Jangan mencariku untuk sementara
waktu, aku akan sangat sibuk."
Choi Jihoon berdiri dan meninggalkan klub malam. Di jalan,
dia bertemu dengan udara malam yang segar.
Dia mengetahui sebuah tempat yang lebih menyenangkan
daripada apapun, bahkan dari klub yang paling mahal.
Royal Road.
Tempat yang dipenuhi dengan kehidupan sedang menunggu Zephyr.
****
Bahasa dari dunia ini.
Sebuah pengulangan
dari keributan yang tak berarti.
Katakan apa yang ingin
kmau katakan.
Tak masalah aku akan
mendengarkan.
Suara dari penyanyi terdengar seperti menangis.
Kadang-kadang menyakitkan, kadang-kadang manis. Di dampingi oleh suara tenang
dari piano, gadis itu menyanyi dengan ekspresi penuh penghayatan.
Isyarat tertentu
dilarang.
Dialog hampir tidak
ada.
Mata terhubung
sederhana.
Kemudian mereka
memberitahuku
Keputusasaan.
Kecemasan.
Kesedihan.
Kemarahan.
Kekecewaan.
Kasih sayang.
Cinta.
Perasaan-perasaan yang
diekspresikan melalui matamu.
Kami memilih apa yang
kami makan. Makanan lezat.
Kalau begitu, katakan
padaku dengan matamu.
Tempat selanjutnya
yang ingin kau tuju.
Menghadaplah padaku
dan tataplah mataku.
Biarkan aku membaca
pikiranmu.
Sebuah dunia tanpa
kesalahpahaman dan distorsi.
Dengan matamu, aku
bisa memahamimu lebih baik, bahkan tanpa usahamu.
Kita tak akan pernah
bisa benar-benar memahami pemikiran masing-masing.
Kamu tak akan bisa
memahami dasar dari tindakanku, aku menerimanya.
Karena aku sendiri
mungkin tak mengetahuinya.
Apa yang kita lihat
dengan mata kita, sangat tak akurat dan tak jelas.
Aku tak terkesan
dengan kata-kata.
Tolong terangi
kebahagiaan.
Sama seperti aku menatap
matamu.
Bahkan hanya sebentar,
jangan alihkan matamu dari wajahku.
Satu tatapan, satu
hati.
Jadi terangi hatimu.
Kecuali kamu memiliki
kata-kata yang mendebarkan.
Dan tatapan, maka
harus aku katakan.
Mata dan suara
terdengar melalui telinga
Masuk dan menggali
lebih dalam kedalam hatimu.
Hanya dengan kata-kata
saja, kamu tak akn bisa menyampaikan perasaanmu.
Bicaralah padaku
dengan matamu.
Aku suka menatap
matamu.
Jeon Hyo Lynn sedang menyanyikan lagu debutnya
"Dialogue of eyes" di Times Square.
Para penonton yang sedang mendengarkan, menahan nafas
mereka.
Tampak seperti matanya yang lembut dan penuh kasih sayang,
sedang bernyanyi bersamanyaa. Mendengarkan lagunya yang misterius dan sangat
indah, orang-orang merasa seperti mereka berada di surga. Dan di depan mereka
adalah bidadari yang cantik dan bening, sedang tampil diatas panggung.
Tapi, bukan hanya lagunya yang membuat para penonton
terpesona.
Ketika Jeong Hyo Lynn mulai bernyanyi, dia menjadi terkenal
sebagai seorang penyanyi dengan suara cemerlang, tapi perlahan-lahan, dia mulai
mendemonstrasikan bakatnya yang lain.
Lagu tersebut tak akan sempurna tanpa tariannya. Setiap
gerakannya, setiap ekspresinya, membawa para penonton pada suatu kesenangan,
hingga mereka menyoraki sepenuh hati untuknya.
Jeong Hyo Lynn bergerak mengelilingi panggung dengan luwes,
seolah-olah mengatakan pada semua orang, jika dia adalah seorang peri yang
dilahirkan untuk musik.
Dan seperti itulah, dia dipanggil oleh semua media.
Setelah menyelesaikan pertunjukkan tur internasionalnya,
sang 'Peri panggung' log in ke Royal Road.
҅Mulai sekarang aku
akan menaikkan levelku. Dan aku pasti akan mencoba tarian baru .҆
Di Royal Road, dia memilih profesi seorang Dancer. Meskipun
dia bisa menjadi seorang Bard hebat dengan suara indah seperti itu, tapi dia
lebih ingin menari.
҅Aku mau petualangan,
bukan hanya diam dan bernyanyi . Aku ingin mencoba bagaimana rasanya
mengalahkan monster .҆
Bagi orang lain, dia tampak seperti seorang peri anggun dan
tak berdosa. Tapi sebenarnya, dia tumbuh sebagai kakak tertua dari 5 bersaudara
di dalam keluarganya. Dia sering berkelakuan menentang, seperti anak tomboy.
Tentu saja Bard bisa berburu juga. Tetapi profesi Dancer
masih memberinya lebih banyak kesempatan untuk ikut serta dalam pertempuran
yang sebenarnya. Selain itu, dia bisa menari dalam gaya yang berbeda. Jadi, tak
seorangpun akan mengenali gerakannya, tapi dalam hal bernyanyi, hal itu akan
mustahil.
Oleh karena itu, dia menjadi seorang Dancer dan memulai
petualangannya di Royal Road.
Beruntungnya, tak seorangpun mengenalinya. Dia berusaha
untuk tak membeberkan dirinya, dan bahkan membuat penampilan karakternya
sedikit lebih jelek dari pada aslinya.
****
"Ayo kita pergi berpetualang juga?!"
"Itu benar. Kita hanya berburu di sini, itu mulai membosankan."
"Belum lagi pembangunan piramid itu."
Zephyr, Hwaryeong, Mapan, Pale, Surka, Romuna, Irene, dan
Maylon telah berkumpul bersama.
Mereka memiliki segala macam profesi, beberapa dari mereka tak
terlalu populer di dalam game. Di antara mereka tak ada Warrior atau Paladin
yang terspesialisasi dalam melawan monster. Tetapi profesi mereka yang langka,
memungkinkan untuk menemukan cara yang berbeda agar keluar dari situasi sulit.
Zephyr dengan HPnya yang tinggi, dan Surka si Monk
bertanggung jawab untuk pertarungan jarak dekat. Di kasus-kasus berbahaya saat
monster menyerang dalam jumlah yang besar, Hwaryeong membuat mereka tertidur
dengan sebuah tarian. Juga, dia meningkatkan statistik party dengan tariannya.
Pale dan Maylon menembakkan panah mereka dari kejauhan. Selain
mereka, ada Romuna yang melemparkan mantra penghancur. Irene si Priestess
menyediakan dukungan dan penyembuhan pada semua anggota party.
Bahkan Mapan si Merchant memiliki tugasnya sendiri. Karena
profesi lanjutan, dia mendapatkan skill 'Touch of Luck/sentuhan keberuntungan ',
meningkatkan item-item yang ditinggalkan oleh para monster.
"Jadi, kemana kita akan pergi?" Pale menanyai
semua orang.
Secara mengejutkan, jawabannya datang dari Irene yang
dianggap paling pendiam di dalam party tersebut.
"Ayo pergi ke Lake of Souls! "
"Bukankah itu sedikit terlalu sulit untuk kita?"
Mereka mengetahui tentang tempat itu, secara tak sengaja.
Ayah Pale menemukannya secara pribadi, selama perjalanannya
berkeliling dunia Royal Road.
"Oh, sungguh pemandangan yang hebat! Ayo periksa
airnya!"
Ayah Pale memutuskan untuk menunda perjalanannya dan
berenang. Di sebuah lembah yang spektakuler dengan sebuah sungai seperti itu,
orang Korea sejati tak akan pernah melewatkan kesempatan untuk melepaskan
sepatu dan mencelupkan kakinya ke dalam air.
Dan kemudian, sambil berenang, dia melihat sebuah jalan
mengarah ke sebuah danau. Dan tentu saja dia memberitahu Pale tentang hal itu
setelah kembali.
Meskipun pada saat itu rata-rata level dari party Pale
adalah 130, dan mengingat area itu, di mana ayahnya berenang dihuni oleh
monster-monster berbahaya, mereka harus buru-buru mundur setelah pertarungan
pertama. Meninggalkan beberapa orang yang malang di belakang.
Oleh karena itu, mereka masih tak tahu quest, harta, dan
bahaya macam apa yang menunggu mereka di danau itu.
"Kita akan baik-baik saja. Kita jauh lebih kuat
sekarang."
"Yah, itu mungkin benar..."
"Ayo kita coba!"
Mengharapkan pengalaman baru, mereka memutuskan untuk pergi
ke danau tersebut. Setelah mempelajari dari Weed, selalu menyiapkan dengan baik
untuk segala kemungkinan kesulitan, mereka membeli persediaan makanan, tanaman
obat, memeriksa equipment, dan berangkat.
****
Lee Hayan tak bisa mempercayainya.
Sebuah pemberitahuan dari Universitas Korea telah tiba,
menyatakan jika Lee Hyun telah lulus tahap pertama. Tentu saja, itu hanya tahap
pertama, ada sebuah wawancara menunggunya, tapi setengah jalan telah dilewati.
"Oh, ini sungguh hebat!"
Dia menatap pemberitahuan itu dengan senang.
Dia bisa mendapatkan biaya kuliahnya sendiri dengan
pekerjaan paruh waktu dan beasiswa. Tetapi bagaimana dengan kakaknya...
Lee Hayan takut untuk membicarakannya dengan kakaknya. Dia
hendak melakukannya berkali-kali, tapi tak bisa mengumpulkan keberanian.
Bagaimana kalau kakaknya akan mengatakan jika itu akan membuang-buang uang, dan
tak mau pergi ke wawancara itu? Dalam kasus kakaknya, hal itu sangatlah
mungkin...