LMS_V06E02P04

2. Lavias, Kota di Langit (4)
Sebuah kejadian yang biasa dari Universitas Korea Selatan!
Gamer professional, biasanya memiliki harapan kecil untuk diterima
dalam pendaftaran mereka. Tapi jika pendaftarannya benar-benar diterima,
masalah mereka hanya menjadi lebih besar.
"Kakak, sejujurnya aku punya sesuatu untuk dikatakan
padamu...."
Lee Hayan berada dalam konflik, saat memegang surat penerimaan.
Hari ini adalah hari interview di Universitas Korea. Namun, Lee Hyun harus
menghadiri interview di kampus.
"Aku tak bisa menahannya lebih lama lagi, aku harus
melakukannya..."
Setelah menderita cukup lama, Lee Hayan akhirnya mengatakan
semuanya.
Benar-benar menantang!
Lee Hayan menatap Lee Hyun saat dia membuka pintu dengan
keras.
"Kakak, ada sesuatu yang harus aku katakan. Kamu harus
pergi ke Universitas Korea untuk interview."
Ketika Lee Hayan berbicara, Lee Hyun sedang melihat halaman
Hall of Fame.
"Interview? Interview apa?"
"Maksudku interview untuk penerimaan di
Universitas."
"Apa? Benarkah?"
Lee Hyun melompat terkejut.
Secara tiba-tiba, sebuah interview di Universitas Nasional
Korea Selatan!
Lee Hayan menundukkan kepalanya dan berkata dengan merajuk.
"Sebenarnya... Aku sebenarnya menyerahkan formulir
pendaftaran. Itu, mengharuskan kakak datang ke kampus pada waktu yang
ditentukan... Ada banyak orang yang berusaha untuk masuk, sekarang ini."
Lee Hyun telah mendengar, terlalu sering tentang pendaftaran
universitas ini. Sering kali ada lebih banyak pendaftar daripada tempat yang
tersedia.
Lee Hyun dengan gugup bertanya.
"Jadi apa yang kamu lakukan?"
"Aku mengirim sebuah formulir pendaftarannya. Kakak
begitu sibuk hingga aku melakukannya tanpa izinmu. Aku minta maaf, kakak."
Saat Lee Hayan meminta maaf, Lee Hyun sangat marah, tapi dia
masih bisa mentoleransinya. Dia tak bisa memarahi Lee Hayan karena bertindak
sendirian. Meski begitu, dia merebut surat itu dari tangan Lee Hayan.
"Dokumen ini dan interview, itu artinya lulus,
kan?"
"Iya. Dokumen ini pada dasarnya berarti jika telah
lulus, tapi tak berarti itu adalah penerimaan tanpa syarat. Tetapi, setidaknya
begitulah artinya..."
"Bagus!"
Lee Hyun tersenyum riang.
Semua kerja kerja kerasnya sejauh ini, dia merasa beban
telah terangkat darinya. Dia sangat senang.
Dia salah perngertian pada kata-kata Lee Hayan.
Dari semua universitas di Korea Selatan, dia tak bisa
membayangkan tentang pergi ke sebuah interview penerimaan. Setelah putus dari
SMA, dia baru saja mengambil GED. Dia bahkan tak pernah berpikir jika dia akan
kuliah sejak awal.
Tentu saja kebenarannya adalah, Universitas Korea Selatan
telah menerima Lee Hayan dengan beasiswa.
"Itu bagus. Jadi kapan interviewnya?"
Untuk beberapa alasan, Lee Hayan menjadi sedikit gelisah.
Itu berbeda dari tanggapan yang telah ia duga.
"Ya, tetapi kakak mungkin akan marah..."
Lee Hayan ragu-ragu saat dia berbicara.
"Hari ini."
"Huh?"
"Kakak harus pergi untuk interview. Hanya 3 jam yang
tersisa."
"Apa kamu serius?"
Semangat Lee Hyun berkobar-kobar.
Sebuah interview di universitas adiknya, tepat pada saat itu
dia mematikan komputernya dan berdiri.
"Kalau begitu mari bersiap. Aku akan
melakukannya."
****
Departemen virtual reality dari Universitas Korea Selatan.
Lee Hyun sampai di Universitas Korea Selatan dengan naik
taksi. Hal itu tak mungkin terjadi di hari biasa.
҅Ah, kakak, dia pasti sangat tertarik pada virtual reality
.҆
Rincian dari ketertarikannya pada lanjutan pembelajarannya
adalah sesuatu yang Lee Hyun tak pernah katakan pada Lee Hayan.
҅Mungkin virtual
Reality bisa berguna, karena itu sangat familiar bagi kakak .҆
Lee Hyun benar-benar merasa gembira saat dia menunggu
giliran interview.
"Tak apa-apa. Semuanya akan berjalan dengan baik."
Kata adiknya, saat dia memegang erat-erat tangannya. Pada
saat ini, Lee Hyun menyadari ada perubahan yang aneh pada adiknya.
҅Ini adalah
kesalahpahaman҆
Tak ada waktu untuk penjelasan yang sebenarnya.
҅Kakak, masalah ini
harus ditunda dulu.҆
Lee Hayan tiba-tiba terdiam. Roda telah berputar. Waktunya
telah tiba, dan pada poin ini, tak ada kesempatan untuk pulang. Tiba-tiba,
keringat dingin muncul di dahi Lee Hayan. Terus berharap jika dia bisa
menjelaskan hal ini di kemudian hari.
"Apa kamu baik-baik saja?"
"Ya kak, aku baik-baik saja."
"Kamu banyak berkeringat."
"Kurasa karena gugup."
"Katakan padaku, jika kamu sakit."
Mendengar kebohongan tentang berkeringat karena tegang, Lee
Hyun benar-benar khawatir. Mata Lee Hayan yang cerdik bersinar.
҅Ah! Ini dia.҆
Hanya 3 menit yang tersisa sampai waktunya interview, Lee
Hayan memegang perutnya dengan kedua tangannya.
"Kakak."
"Apa, ada apa?"
"Aku sakit perut. Aku harus pergi ke kamar kecil.
Mungkin karena yang aku makan pagi ini."
"Itu..."
Ini bukanlah waktunya.
Pada saat yang penting seperti ini untuk adiknya, Lee Hyun
ingin menghentikannya.
"Tidak bisakah kamu menahannya?"
"Aw, akan lebih baik untuk tidak menunjukkan sesuatu
yang tak sopan selama interview."
"Yah, jika demikian... maka kembalilah dengan
cepat."
"Ya, kak."
"Jangan terlambat untuk interviewnya."
"Aku akan segera kembali."
Lee Hayan diam-diam menyelinap dengan berpura-pura pergi ke
toilet. Sudah jelas, Lee Hyun menunggu adiknya dengan cemas. Dia bangkit dari
kursi dan mulai mondar-mandir di koridor sambil melihat jam.
1 menit, 2 menit...
Terus memikirkan waktu, dia benar-benar ingin
menghentikannya, meskipun hal seperti itu mustahil.
҅Ini bisa merusak masa
depan Hayan... Dari semua hal, sakit perut, aku yang bertanggung jawab. Sesuatu
pasti salah dengan nasi yang aku sajikan tadi pagi .҆
Jarinya gemetaran karena tegang. Lee Hayan tak muncul dari
kamar kecil dalam 3 menit, mendekati interview dengan para profesor. Asisten
perempuan mendekat dan berkata:
"Orang yang datang untuk interview? Profesor telah
menunggu."
"Aku minta maaf, adikku belum kembali, apa bisa
menunggu beberapa menit lagi?"
Ditolak karena datang terlambat pada interview pastinya
adalah yang terburuk.
Saat Lee Hyun berbicara padanya, bertatap muka, kesan yang
dia buat membuat jantung si asisten dosen gemetar.
Mata yang kuat!
Jika si asisten tak menunggu, dia merasa jika pria itu bisa
mengobrak-abrik seluruh tempat ini.
"Oh, aku mengerti. Aku akan menyampaikannya pada
profesor."
Setelah menjawab, si asisten dosen merasa bingung.
҅Adik apa yang kau tunggu?
Selain orang yang akan diinterview , orang lain tak diizinkan masuk....҆
Setelah 10 menit berlalu, Lee Hayan masih belum muncul. Pada
saat itu Lee Hayan menemui si asisten dosen secara sembunyi-sembunyi.
"Aku punya permintaan padamu. Katakan pada kakakku jika
kamu bertemu aku di kamar kecil dan karena sakit perut aku tak bisa kembali
tepat waktu. Bisakah kamu memberitahunya untuk menggantikanku di
interview?"
"Ya?"
"Kumohon, katakan itu padanya. Buat kakakku mau
diinterview."
Asisten dosen itu berpikir jika kedua bersaudara ini
benar-benar aneh.
Menunggu adiknya sebelum dia di interview, si asisten tak
memahami Lee Hyun, kemudian adiknya, meminta dirinya, untuk memberitahu
kakaknya untuk menggantikannya, ini benar-benar aneh.
Ngomong-ngomong, para profesor tengah menunggu di ruangan
interview.
"Maukah kamu memberitahunya?"
"Ya, aku mengerti."
Si asisten mendatangi Lee Hyun dan berbicara.
"Untuk sekarang ini, masuklah ke ruangan interview
terlebih dulu."
"Adikku belum kembali...."
"Aku bertemu dengan adikmu di toilet, dan dia bilang jika
dia kemungkinan besar tak bisa tepat waktu dan dia ingin kamu bertemu dengan
para profesor. Mereka tak bisa menunda lagi, atau itu akan dibatalkan."
"Hal ini tak boleh terjadi. Aku akan masuk."
Si asisten dosen bahasa Inggris sama sekali tidak paham,
tetapi interviewnya masih diizinkan.
"Ikuti aku."
Pada akhirnya Lee Hyun pergi sendiran ke pertemuan, tanpa
adiknya.
****