Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

ARK_V01E00P01 Awal Mula

gambar


0. Awal Mula (1)


'Apa ini ruangan wawancaranya?'

Kim Hyun Woo menaikkan kacamata tua miliknya. Hanya butuh waktu 5 menit dengan berjalan kaki dari Stasiun Seoul Selatan, agar dia bisa mencapai gedung ini.

Di bagian depan bangunan itu, sinar matahari memantulkan tulisan "Global Exos Korea" pada marmer berwarna hitam.

Sadar jika ini adalah kesempatan yang hanya terjadi sekali dalam seumur hidupnya, membuat Hyun Woo tertekan. Dia tak punya keberanian untuk masuk ke dalam. Tapi, dia juga tak punya keberanian untuk berputar dan pergi meninggalkan bangunan itu.

Dia mengambil nafas dalam-dalam dan berjalan kedalam bangunan itu.

"Saya ke sini untuk interview."

"Silahkan naik ke lantai 3."

Resepsionis yang penampilannya seperti model, mengarahkan Hyun Woo ke arah elevator.

"Ah, baik, terima kasih."

Sambil mengangguk, Hyun Woo mundur selangkah, membungkukkan badan, dan berjalan ke arah elevator. Ketika dia mendengar suara seperti orang yang menahan tawa dari belakang tubuhnya, pipinya mulai memerah karena malu.

Dia cukup mengerti, kenapa mereka tertawa.Setelah menerima informasi tentang interview secara mendadak, dia terpaksa datang dengan menggunakan pakaian pinjaman dari orang lain, yang terlalu besar bagi tubuhnya. Hyun Woo semakin malu, setelah menyadari sejelek dan sebodoh apa penampilannya, ketika mengenakan pakaian yang terlalu besar ini.

Dia kini telah sampai di lantai tiga, dan ternyata ruang tunggu di situ benar-benar penuh dengan orang.

Banyak orang yang mengenakan pakaian mewah berlalu lalang di depannya. Yang lebih mengejutkan adalah ada beberapa orang yang mengenakan kaos dan celana jin berwarna biru. Dengan wajah penuh rasa percaya diri, mereka menunjukkan pengalaman mereka dalam bekerja.

Penglihatan Hyun Woo menjadi buram, ketika dia berpikir jika dirinya akan diinterview bersama dengan orang-orang seperti itu. Tidak, dia bahkan tak yakin kalau dirinya benar-benar bisa diinterview dalam kondisinya saat ini.

'Haruskah aku tak datang ke sini? Tapi, kapan lagi ada kesempatan yang lebih bagus dari ini...'

Hyun Woo menghela nafas dalam-dalam, dengan raut muka penuh cemas.

***



Hyun Woo adalah anak muda yang biasa-biasa saja, paling tidak sampai 5 tahun yang lalu. Dia adalah pelajar SMA biasa yang suka dengan barang-barang merek terkenal, membeli HP terbaru walaupun orang tuanya terus mengomel, dan bermain game seharian di akhir pekan.

Di kesempatan lain, dia akan menonton sinetron tentang seorang anak laki-laki di TV. Dia berempati pada anak laki-laki itu di satu sisi, sambil berpikir jika dia tak akan pernah bisa hidup seperti anak laki-laki tersebut. Sampai hal itu benar-benar terjadi.

Hyun Woo menerima panggilan darurat, ketika sekolah. Dia menerima kabar jika orang tuanya kecelakaan mobil. Hanya dengan satu panggilan singkat itu, hidup Hyun Woo berubah.

Ayahnya meninggal, sedangkan ibunya mampu bertahan hidup setelah menjalani banyak operasi. Tapi, penyakitnya masih ada. Penyebab kecelakaan itu adalah, karena ayahnya mengemudi sambil mengantuk.

 Para korban juga masih harus diberi kompensasi. Namun begitu, asuransi milik kedua orang tuanya sudah kadaluarsa. Jadi, pihak ansuransi menyatakan jika ini bukanlah tanggung jawab mereka.

Polisi dan pengacara korban sering datang mengunjungi rumahnya.

Ketika Hyun Woo berusaha untuk mengerti situasi dan percakapan ruwet yang sedang terjadi, rumah mereka dijual. Ada juga beberapa rencana untuk menabung dan asuransi, yang harus dibatalkan.

Untuk menyelesaikan masalah itu, mereka menyewa sebuah apartemen kecil. Namun, ibunya masih harus dirawat dengan segera.

Asuransi medis mereka dibuat sejak sekitar 10 tahun yang lalu.

Meski begitu, setiap kali ibunya pergi ke rumah sakit karena demam, sakit perut, atau yang lain, beliau pasti membutuhkan lebih banyak perawatan daripada orang biasa. Ditambah dengan perawatan intensif yang dibutuhkan ibunya, sikap perusahaan asuransi mulai berubah.

Mereka memberi Hyun Woo pamplet yang ditulis dalam bahasa inggris dan mandarin, sambil berceloteh tentang perubahan batas kompensasi. Karena hal tersebut, Hyun Woo harus membayar biaya 3 sampai 4 juta tiap bulannya.

“Memang sulit, namun bertahanlah untuk ibumu. Gunakan ini untuk membayar biaya perawatan rumah sakit.”

5 paman dari keluarga ayah dan ibu menyelipkan amplop ke dalam kantong Hyun Woo yang sedang linglung. Namun, mereka tak pernah lagi menampakkan diri lagi. Dia merasa jijik, karena uang di dalam amplop miliknya hanya berisi 3 juta won. Uang sebanyak itu, tak cukup walau hanya untuk membayar 1 bulan biaya perawatan ibunya.

Untuk menutupi biaya hidup dan perawatan rumah sakit, hutangnya perlahan terus naik.

Hyun Woo menyadari itu untuk pertama kalinya. Anak laki-laki kecil yang mencari uang di sinetron yang tayang di TV, bukanlah memilih untuk bersikap dewasa. Dia menghadapi situasi, di mana dia tak punya pilihan lain dan dipaksa untuk tumbuh dan menjadi dewasa sebelum waktunya. Situasi itulah yang membuat orang-orang simpatik.

Hyun Woo tahu dengan pasti arti dari kata-kata itu. Hidupnya telah berubah. Bangun di pagi hari untuk mengirim koran dan susu ke para pelanggan, dan kemudian bekerja paruh waktu dari sore sampai pagi lagi agar bisa mendapat uang. Di masa lalu, tak bisa dibayangkan bagaimana dia harus membersihkan tubuhnya, ketika bekerja di proyek pembangunan.

Seluruh tubuhnya terasa sakit, namun dia lebih memilih untuk terus bekerja daripada istirahat. Bukan karena dia sangat rajin, dia hanya tak punya pilihan lain selain melakukannya. Namun, pendapatannya hampir tak cukup untuk membiayai hidup dan biaya perawatan ibunya.

'Tiap ada saudara yang datang berkunjung, aku tak akan bisa istirahat. Itu karena mereka terlalu berisik!'

Tiap kali mereka datang, apa yang bisa ia lakukan hanyalah mengepalkan kedua tangannya. Dia mendengar jika ayahnya memiliki kepribadian yang baik. Tak ada satu pun pertemuan keluarga maupun teman yang ia lewatkan. Bahkan, ayahnya akan mengeluarkan uang dari tabungannya tanpa ragu, ketika ada kerabat yang mendapat masalah besar. Namun, balasan yang ia terima dari Tuhan seperti cerita-cerita di dalam novel.

Setelah ayahnya meninggal, dan ketika ibunya harus dirawat di rumah sakit, tak ada yang mau membantu mereka. Parahnya lagi, mereka bahkan tak mau meminjamkan uang padanya. hal itu karena mereka berpikir jika keluarga Hyun Woo tak mungkin bisa mengembalikan uang yang dipinjamkan. Hubungan antar keluarga mereka lemah, karena dibangun ketika situasi keluarga Hyun Woo masih bagus.

Hyun Woo juga sangat menyadari tentang kenyataan dingin tanpa akhir yang ia alami sebelum lulus dari SMA.Tak peduli sespesial apapun seseorang, pada akhirnya mereka juga sama seperti orang lain.

'Aku hidup hanya untuk merawat ibu dan diriku sendiri!'

Dia berniat untuk keluar dari sekolahnya. Namun, ibunya yang sakit-sakitan, tak sedikit pun menyetujui ide tersebut. Dia tak punya pilihan lain, selain meneruskan sekolahnya hingga setahun kemudian.

Tapi, setelah lulus SMA, keadaan yang mereka alami masih tak kunjung membaik. Setelah dia lulus, Hyun Woo berniat untuk mencari pekerjaan. Sekalipun pekerjaannya hanya ­part-time, dia masih bisa mengerjakan pekerjaan lain sama seperti biasanya.

Seperti biasa, dia bekerja seharian penuh, dan hari-harinya dipenuhi oleh rasa cemas, karena memikirkan apa dirinya mampu membayar biaya perawatan rumah sakit dan hutang yang terus menerus tumbuh di tiap akhir bulan.

Hyun Woo perlahan-lahan mulai iri pada kawan-kawannya yang memiliki HP terbaru atau menggunakan pakaian yang paling trendy. Dia juga iri dengan orang-orang yang punya uang untuk ditabung.

Itu adalah satu hal yang tak bisa dihilangkan dalam 'daftar sesuatu yang membuat Hyun Woo iri'.

Hyun Woo sejak masih kecil bermimpi untuk bekerja di suatu perusahaan pembuat video game. Sebelum kecelakaan itu terjadi, dia sering begadang hanya untuk bermain game. Kalau tak tercapai, paling tidak, dia ingin punya pekerjaan yang berhubungan dengan komputer.

***



< Prev  I  Index  I  Next >