Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V15E01P03

gambar


1. Hadiah dari Dwarf (3)



Mata Fabio menjadi lebih tajam. Itu bukanlah mata yang bermaksud untuk menyelidiki Weed.
Sebagai seseorang yang sudah berumur, pandangan yang terbentuk dan watak mereka diperkuat. Mengikuti kesan mereka bahkan dari pertemuan pertama mereka, memungkinkan bagi mereka untuk memperkirakan orang tipe apa mereka, sifat seperti apa yang mereka miliki.
Perwatakan Fabio seperti baja yang tebal dan keras. Sangat kuat dan tak mudah hancur. Para player biasa akan terintimidasi hanya dari menemui Fabio. Teti Weed tak tampak gentar sedikitpun.
Weed terbiasa menangani dan menggunakan baja, dia menapaki jalan pedang. Dia akan memperlakukan pedang sebagai perpanjangan dari tubuhnya dan tanpa akhir mencurahkan dirinya pada hal itu.
Bahkan, aura yang seperti baja dari Fabio mereda dihadapan Weed, seperti sebuah obor dihadapan sebuah topan.
Fabio merasakan hal itu.
'Dia memiliki kepribadian yang lebih kuat daripada milikku. Dan meskipun aku tak tahu pekerjaan apa yang ia lakukan, dia adalah seorang pria yang memiliki rasa takut yang lebih sedikit daripada diriku.'
Fabio membuang penilaian jika dia sedang berhadapan dengan seorang Sculptor, dan mengakui Weed sebagai salah satu dari sedikit orang yang secara terang-terangan mengejutkannya, setelah dia bertemu mereka secara langsung, saat dia bermain Royal Road.
"Katakanlah apa yang kamu inginkan sebagai hadiah."
Dia juga memutuskan untuk memberinya pilihan untuk memilih hadiahnya. Mayoritas dari armor yang dia buat, diukir oleh tangan Weed. Karena Fabio sudah mengetahui hal itu, dia mengatakan pada Weed untuk memilih apa yang dia perlukan!
'Melalui ini, aku akan bisa melihat distribusi statistik macam apa yang dia miliki!'
Meskipun Fabio membuat armor, dia percaya jika orang yang menggunakannya lah adalah yang paling penting pada akhirnya. Mata Weed menyala.
"Tolong beri aku Pauldron of the Iron Wheel."
"Pauldron of the Iron Wheel? Bahkan di antara semua armor, itu adalah sebuah item keterlaluan dengan sebuah rancangan ofensif... tidak, selain itu, bukankah mustahil bagimu untuk menggunakannya karena persyaratan level dan profesi?"
Di pertengahan dari menanyakan pertanyaan tersebut, Fabio tampak seperti dia sendiri telah menemukan jawabannya.
"Tidak. Tampaknya kamu bisa menggunakannya."
"Begitulah."
"Baiklah. Aku akan memberikannya padamu."
Fabio mengubah penilaian yang dia buat tentang Weed. Dia menyadari jika skill Blacksmith milik Weed cukup tinggi dan jika dia adalah seorang player berlevel sangat tinggi.
'Karena dia berani meminta itu, dia adalah seorang pria dengan keberanian besar. Tak tau malu juga. Aku seharusnya tak memintanya untuk memilih apapun.'
Saat dia menggerutu secara mental, dia sedikit bersumpah juga. Itu karena bahkan dari semua armor yang telah dia buat, Pauldron of the Iron Wheel berada pada puncak dari karya-karyanya.
* * *

Saat Weed mengumpulkan hadiah, dia sampai di tempat Herman juga. Tubuhnya terhuyung-huyung dan dia tak bisa menegakkan dirinya sendiri.
"Kamu mabuk sekali."
"Tidak."
"Akankan kamu menerima bir-ku juga."
"Kapanpun."
Weed meneguk bir tersebut. Kemudian, Herman mengeluarkan sepasang anting-anting.
"Maryong's Earring. Ini adalah sebuah item yang memiliki efek memperkuat Mana."
Sebagai sebuah aksesoris tingkat atas, efek-efek dari serangan yang menggunakan Mana diperkuat, jadi ini adalah item yang sangat berharga bukan hanya untuk para Mage, tetapi untuk semua orang.
Setidaknya, itu adalah sebuah item yang bernilai 30.000 gold.
"Terima kasih."
"Tidak. Yang lebih penting, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan...."
Kepala Weed jatuh, kemudian, seolah-olah dia tersadar, dia dengan cepat mengangkat kepalanya.
"A-Apa itu?"
Ini adalah penampilan malas dari Weed yang biasanya tak akan terlihat. Upaya Weed untuk tetap terkendali dengan kekuatan belaka sangat jelas terlihat. Senyum terbentuk di bibir Herman.
"Aku tidak mencoba untuk mengatakan sesuatu yang sepenting itu, tapi bagaimana menurutmu tentang misi dari Sculptor?"
"Misi?"
"Aku punya misi tertentu sebagai seorang Blacksmith, karena itulah, aku berusaha untuk membuat satu pedang yang spesifik, tapi itu tidak mudah. Kamu mungkin memiliki suatu macam misi sebagai seorang Sculptor.... woy!"
Di tengah-tengah berbicara, Herman mendecak. Itu karena kepala Weed jatuh inci demi inci dan kemudian sepenuhnya tertekuk ke depan.
"Lihat ke sini!"
"Mmm-ya."
Weed pasti telah jatuh ke dalam mimpi yang nyenyak, karena dia tak sadarkan diri.
Herman melihat area tersebut dan menemukan para Dwarf mabuk yang meminum bir, sama seperti biasanya. Dia melihat banyak Dwarf yang sudah sangat mabuk, hingga mereka merentangkan kedua tangan dan kaki mereka yang pendek dan tertidur.
'Yah, sudah jelas dia akan jatuh setelah meminum masing-masing satu gelas dari semua Dwarf itu.'
Herman menggelengkan kepalanya berulang-ulang.
"Pin, maukah kamu membantuku sedikit? Pegang sisi sana."
"Baik."
"Sekarang, ayo pindahkan dia."
Kemudian bersama dengan Pin, mereka membaringkan Weed dipojokan. Pesta minum-minum itu tampak seperti akan berlangsung sepanjang malam, dan ada banyak Dwarf yang memegang segelas alkohol yang datang mencarinya, jadi Herman tenggelam dalam-dalam pada percakapan.
Dan kemudian pada poin yang sama, ketika dia berbalik, dia merasakan sesuatu menghilang.
Weed yang runtuh dan tertidur karena mabuk, telah menghilang seperti sihir!
"Oh, ke mana orang ini pergi?"
Herman bergegas mencari.
"Apa ada yang melihat Art Hand?"
Seorang Dwarf menunjuk ke arah pintu keluar menuju permukaan tanah dengan jarinya.
"Dia pergi lewat sana tadi."
"Itu-!"
Rasa mabuk Herman sepenuhnya menghilang. Kemudian dia buru-buru mengirim whisper pada Weed.
-Lihat ke sini!
-.....
-Lihat ke sini!
Setelah memanggil dia beberapa kali, jawaban Weed datang.
-Ya, kakek Herman.
-Humhum! Apa kamu sudah sadar?
-Tidak, masih belum. Aku pikir, aku akan mati karena mual.
-Itu pasti sulit setelah minum sebanyak itu. Baiklah, kapan kamu berencana kembali.
-Aku akan pergi ke atas tanah untuk mendapatkan udara segar.
Bahkan setelah Weed membalas, dia berjalan ke arah tambang batu bara dan dengan cepat melarikan diri. Dia telah menyadarinya, dia telah menyadari jika para Dwarf tak punya niat untuk membayar, saat mereka meminum bir tersebut.
'Lalu itu diatur untuk membuat aku membayar tagihannya.'
Dia tak menurunkan kewaspadaannya, bahkan saat dia mabuk. Dan pelariannya memanfaatkan waktu yang sangat tepat!
-Lihat ke sini, bagaimana bisa kamu pergi begitu saja seperti ini?
-Kenapa tidak. Aku pikir, pesta perpisahannya sudah hampir berakhir.
-Itu... Kamu harus membayar biaya minumannya.
-Apa kamu bilang? Aku yang harus membayarnya?
Weed mengirim whisper dengan nada yang mengatakan jika itu konyol. Itu adalah saat yang membingungkan bagi Herman. Weed berbicara lagi.
-Seharusnya kamu memberitahu aku lebih cepat, kek. Jika kamu melakukannya, aku akan membayarnya sebelum aku pergi.
-Ahem. Bagaimana kalau kembali sekarang dan membayar. Biaya minumannya... coba aku lihat, itu seharusnya sedikit di atas 3.500 gold.
Untuk minum bir, mereka sampai lebih dari 3.000 gold, itu adalah sesuatu yang mustahil. Jika, bukan karena kemampuan minum yang sangat kuat dari para Dwarf.
-Aku sudah dalam perjalanan, jadi bagaimana bisa aku kembali.
-Meski begitu...
-Bagaimana kalau kita melakukannya seperti ini. Tolong bayarlah untuk sekarang ini, Kakek Herman. Lain kali aku akan membayarnya padamu.
-Ha-Haruskah kita melakukan hal itu.
-Ya.
-Sepertinya kita memang harus melakukannya. Baiklah. Nanti kamu akan membayar padaku kan?
-Jangan khawatir. Siapa aku? Hahaha!
-Hahaha.
***



< Prev  I  Index  I  Next >