Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V15E02P01 Dungeon Yang Belum Ditemukan

gambar


2. Dungeon Yang Belum Ditemukan (1)



Ahn Hyundo membersihkan pedangnya dengan kain bersih. Pedang terkenal yang diselesaikan oleh pengrajin dengan jiwanya, dan dengan meleburkan bagian besi yang paling murni. Karena pendekar pedang terkenal menggunakannya dari generasi ke generasi, nilai dari pedang itu meningkat.
"Melalui pedang, apa yang membuat manusia bisa naik ke langit... adalah pedang."
Ahn Hyundo memiliki banyak pedang ternama, tapi dia tak pernah secara sembarangan mengeluarkan Radiant Sword. Hanya saat keputusan besar ada di depan, dia bermeditasi di atas tekad masa mudanya, sambil membersihkan Radiant Sword.
"Tahun-tahun saat tak ada yang ditakutkan di dunia ini. Tahun-tahun saat aku begitu bertekad hanya pada pertarungan, hingga aku tak punya waktu melihat sekeliling. Aku menerima Radiant Sword milikkmu, yang tak layak pada saat itu. Ini adalah pedang yang membuatku menyadari, jika hari-hari menggunakan pedang tak akan memiliki arti. Pada akhirnya orang terkasihlah yang lebih penting."
Ahn Hyundo menatap Radiant Sword yang ia bersihkan, sampai berkilau seperti cermin. Langit biru dan awan-awan menghilangkan sinar itu melalui jendela ruang kerja, juga tercermin pada bilah pedang itu. Cahaya matahari membuatnya menyipitkan matanya.
"Ilmu pedang adalah cara mempelajari untuk menggunakan pedang. Jika motifnya hanyalah ilmu pedang yang kuat, apa gunanya memperlajarinya?"
Pedang yang dipelihara seseorang.
Seperti membiakkan rumput dari hutan belantara yang kasar, pada akhirnya, manusia juga harus melewati pelatihan. Ada kebutuhan untuk tak hanya belajar di dojo kecil, tapi di dunia yang luas.
"Ketakutan sejati, mengemudikan kehidupan... dan juga seseorang bisa belajar melalui pedang."
Ahn Hyundo memasukkan pedang tersebut pada sarungnya dan meninggalkan kantor.
"Yul Min."
Orang yang mengurus tugas-tugas sekretariat dalam Dojo tersebut bernama Yul Min.
"Ya, paman."
"Tampaknya sudah waktunya untuk mengajari jalan pedang pada murid termuda."
"Jadi sudah waktunya untuk ini. Kalau begitu, aku akan memesan 2 tiket. Tentang harinya, tanggal berapa aku harus memesan keberangkatannya?"
"Karena dia harus kuliah sekarang ini... sekitar musim panas seharusnya tak apa-apa."
"Meskipun sepertinya dia masih belum siap... Mungkin kamu terlalu terburu-buru?"
"Jika dia tak memadai, dia harusnya bisa mempelajari sesuatu yang lebih besar dari kekurangannya."
Siapapun bisa mempelajari ilmu pedang.
Agar pedang lebih cepat dari siapapun juga, upaya dan pembelajaran berulang-ulang diperlukan. Namun, hanya memiliki pedang yang cepat semacam itu tak sama dengan memenangkan pertandingan. Pedang yang lebih berat atau pengembangan kekuatan otot, tak berarti memenangkan pertandingan juga.
Alasan untuk mempelajari pedang adalah untuk melihat diri sendiri dengan jelas. Dalam pendapat Ahn Hyundo, anak-anak muda jaman sekarang sangat lemah.
"Ketika mereka pergi ke sekolah dan belajar, mempersiapkan untuk pekerjaan.... Jika mereka menghabiskan 10 tahun atau lebih seperti itu, mereka akan berakhir berjalan di dunia tanpa mengetahui apa yang mereka sukai, atau apa yang ingin mereka lakukan."
Setelah mereka pergi ke tempat kerja, tak akan ada kesempatan untuk mengubah diri. Di tempat kerja mereka, setelah bekerja di toko dan mendapatkan uang, mereka akan menyadari jika saat- saat yang berharga telah benar-benar berlalu dan telah hilang.
Waktu tak akan pernah kembali. Itu akan bagus jika kamu bisa mencurangi waktu, tapi hal itu adalah sebuah kemustahilan, yang hanya terjadi di film-film.
Kamu akan menemukan dirimu sendiri melalui pedang. Di sini, juga ada alasan dari kemenangan dengan pedang. Observasi dari dirimu sendiri dan lawanmu!
Saat kamu saling membandingkan kekuatan satu sama lain, kamu akan mendambakan ketinggian yang lebih tinggi. Melihat mereka dengan jelas, pendekar pedang bertarung dengan keinginan akan kemajuan.
"Sebuah pedang yang benar-benar kuat. Kenapa kamu harus mempelajari pedang, apa itu pendekar pedang sejati... Aku harus bisa menunjukkan padanya apa semua itu melalui perjalanan."
* * *

Karena festival Universitas Korea semakin dekat, kurang dari satu minggu yang tersisa, kehidupan sekolah Lee Hyun menjadi benar-benar sibuk.
"Kalian yang mempersiapkan kedai, karena kita harus memenangkan kontes makanan ringan, kalian tak boleh melakukannya secara sembarangan!"
Untuk membuat makanan ringan untuk kedai, mereka secara tiba-tiba masuk pada pengolahan kuliner!
Meskipun Lee Hyun tak memerlukan untuk belajar, karena dia sudah cukup mahir dalam memasak. Tak ada waktu untuk beristirahat baginya, karena dia harus mengajari para mahasiswa lain.
"Lee Hyun-oppa, bagaimana kamu memecahkan telur?"
"Tak apa-apa kan, membersihkan apel dengan spon?"
"Ketika kamu mencuci piring tak boleh kah menggunakan sabun wajah bukannya Dawn™(brand sabun pencuci piring)?"
Setiap kali sebuah pertanyaan di tanyakan, Lee Hyun mendesah dalam-dalam.
Zaman sekarang, makanan siap saji tersedia di mana-mana. Ada banyak kasus di mana anak-anak berada dalam kondisi hanya belajar dan tak pernah sekalipun membuat makanan mereka sendiri, sampai mereka mendaftar di universitas.
"Tapi siapa yang akan memasak nasi?"
"Cuckoo bisa memasak nasi."
"......"
Semacam inilah percakapannya!
Lee Hyun mengendalikan rasa frustasinya dan menahannya, saat dia mengajari para mahasiswa dasar-dasar dari memasak.
"Ketika kamu menggoreng telur, kamu harus menyebarkan minyak sayur di penggorengannya terlebih dahulu. Itu mungkin lebih baik, jika kamu menggunakan minyak zaitun daripada minyak sayur."
"Kupas kulit apelnya lebih dulu, sehingga itu lebih mudah untuk memotong. Jangan mengiris nanas dengan pisau buah!"
"Kamu jangan memotong pisang, jika kamu mengupasnya..."
Sejujurnya, para mahasiswa menikmati menonton Lee Hyun yang menjadi kesal dan menjelaskan. Jadi, mereka secara sengaja menanyakan tentang hal-hal yang bahkan sudah mereka ketahui.
"Tapi tak bisakah kamu memasak nasi dengan tepung?"
"Aku dengar jika aslinya stew direbus sebagai sup ramen dengan memasukkan ini dan itu...."
Kesabaran Lee Hyun mencapai batas.
Meski demikian, Seoyoon berada pada sisi mempelajari memasak dengan cepat. Meskipun dia menggosongkan buchimgae (pancake sayuran) sehitam batu bara. Setelah Lee Hyun mengajari dirinya triknya, selanjutnya  dia menggorengnya dengan indah.
Dengan sumpitnya, Seoyoon mengulurkan sedikit kimchi pancake yang ia goreng pada Lee Hyun.
"Kamu ingin aku mencobanya?"
Ketika Lee Hyun bertanya dengan cemas, Seoyoon mengangguk dengan wajah yang sama cemasnya. Saat Lee Hyun menatap kimchi pancake tersebut, matanya menjadi setajam pisau.
'Bahan-bahan; tepung, kimchi, cairan kimchi, telur, daun bawang, gurita, beberapa bahan yang lain. Tak ada masalah berdasarkan bahan-bahannya.'
Itu adalah kimchi pancake goreng menggunakan bahan-bahan normal.
'Melihat itu telah dipanggang dengan baik sampai berwarna kemerahan, seharusnya tak ada masalah apapun dengan proses memasaknya...'
Setelah menghilangkan keraguannya, dia menerima dan memakan kimchi pancake yang Seoyoon berikan pada dirinya. Kimchi pancake tersebut masuk ke dalam mulutnya, dan aroma yang kaya dari kimchi menyebar!
'Aromanya. Ini adalah rasa dari kimchi lokal bagaimanapun juga. Kubisnya tumbuh di kebun, di sebelahnya ikan acar dan serbuk cabai merah bercampur dengan baik... Dan itu adalah kelahiran kembali yang pas sebagai sebuah pancake, enak!
Ini adalah kimchi pancake yang dibuat dengan baik.'
Meskipun evaluasinya dari kimchi pancake tersebut berakhir dengan cepat, mulut Lee Hyun sepanas api. Mana mungkin itu tak panas, karena Seoyoon memberikan itu padanyaa, tepat setelah diangkat dari wajan.
'Aku harus lebih waspada bagaimanapun juga.'



< Prev  I  Index  I  Next >