Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

LMS_V15E04P05

gambar


4. Kemampuan Yang Dia Tunjukkan (5)



Choi Ji Hoon sedang berkencan dengan adik Lee Hyun, Lee Hayan.
Ji Hoon memperbaiki perangkat-perangkat listrik milik Lee Hayan, dan berteman dengannya saat Ji Hoon mengajarinya hal-hal yang tak dia ketahui di Royal Road. Meskipun mereka belum pada tingkat pasangan, hubungan mereka sangat dekat.
Sambil meminum susu strawberi, Lee Hayan bertanya,
"Oppa, haruskah aku menunjukkan bakat personalku padamu?"
"Bakat personal?"
"Ya. Aku akan menunjukkan padamu peniruanku, seperti apa yang sering dilakukan komedian."
Choi Ji Hoon tak bisa mengendalikan harapannya yang besar.
"Kamu akan melakukan itu?"
"Ya. Pertama, aku akan mengekspresikan suara dari orang berjalan di kejauhan melalui peniruan. "
Lee Hayan berbicara setelah sedikit menjilat bibirnya yang berwarna plum.
"Clop. Clop."
"......"
"Selanjutnya suara mobil dinyalakan. Vroooom!"
"......"
"Yang ini suara pesawat lepas landas. Swooooosh!"
Suara klik dari pengambilan foto, dering dari panggilan telepon, suara boom boom dari gendang dimainkan, suara gonggongan seekor anjing, suara kucing!
Choi Ji Hoon tertawa.
Peniruannya tidaklah sangat mirip, ttapi melihat seorang cewek dengan penampilan polos dan ceria, sungguh-sungguh melakukan lelucon sangatlah lucu.
'Cewek ini, dia punya pesona.'
Meskipun dia telah bertemu banyak cewek, perasaan terhisap seperti saat dia bersama Lee Hayan adalah yang pertama kalinya. Tampaknya dia tak punya penyesalan, bahkan jika mereka menjalani seluruh kehidupan mereka bersama-sama.
'Aku akan bahagia setiap pagi, ketika aku membuka mataku, mendengar suara kicauan burung-burung, dan bisa melihat bunga-bunga yang bermekaran.'
Figur dari seorang pria yang sepenuhnya tenggelam dalam fantasinya!
Hal itu sampai pada poin jika dia khawatir kalau dirinya mungkin hanya menjadi seorang oppa/kakak saja bagi Lee Hayan.
Choi Ji Hoon bertanya dengan santai, seolah-olah itu bukanlah masalah besar, "Seperti apa laki-laki idealmu?"
Jika Lee Hayan tak bisa menjawab dengan benar, Ji Hoon sudah bersiap untuk menanyai dirinya sendiri di dalam pikirkannya. Lee Hayan menjawab tanpa ragu-ragu.
"Tingginya sekitar 187 cm dan berat badannya 78 kg, itu akan bagus jika pakaiannya sangat sesuai dengannya. Pergelangan kakinya harus ramping, otot dan tubuh sedikit ramping. Untuk hobi, memasak dan bersih-bersih. Pendapatan pertahunnya sekitar 200.000.000 won, pebisnis. Berusia sekitar 28?"
"......"
"Aku bercanda. Aku suka pria bertanggung jawab. Segala sesuatu yang lain tak masalah, asalkan dia sesuai dengan kesukaanku. Jika diperlukan, aku bisa bekerja dan menafkahi keluarga."
"Seorang pria bertanggung jawab?"
"Ya. Seorang pria yang hanya akan melihat dan mencintaiku."
Choi Ji Hoon terdiam tak bisa berkata apa-apa. Dalam hal kelayakan, Ji Hoon memiliki lebih daripada siapapun. Dia percaya diri pada penampilannya juga, dan memiliki karisma untuk memikat wanita manapun. Namun, syarat-syarat semacam itu tak ada artinya bagi Lee Hayan.
'Selain dari hal-hal yang aku miliki sejak lahir... Aku benar-benar seseorang yang tak layak.'
Ini menjadi sebuah peluang bagi Choi Ji Hoon untuk mengubah dirinya.
Kemudian, dia melihat wajah yang familiar di sebrang bahu Lee Hayan. Dari waktu yang dia ketahui, habiskan, dan bertemu dengan Lee Hayan, ini adalah orang paling dia takuti untuk ditemui, bahkan dalam mimpinya!
Itu adalah yang pertama di antara para Geomchi, Chung Il Hoon.
Chung Il Hoon, yang datang ke kota untuk membeli hadiah untuk diberikan kepada Cha Eunhee, telah menangkap basah dirinya.
"Oppa, apa yang kamu pikirkan?"
"Huh? Mmyeah."
"Wajahmu benar-benar biru, apa kamu baik-baik saja?"
"I-Itu pasti karena lampu."
"Tak ada lampu biru di sini... ngomong-ngomong, aku akan pulang sekarang."
"Kamu sudah mau pulang?"
"Ya. Karena oppa-ku akan khawatir, jika aku terlambat."
"Haruskah aku mengantarmu pulang?"
Choi Ji Hoon berbicara seolah-olah dia mempertimbangkan pemikiran baru yang dia pikirkan.
'Bagaimanapun caranya, aku harus meninggalkan tempat ini.'
Perjuangan untuk bertahan hidup secara naluri!
Lee Hayan mengambil tasnya dan berdiri.
"Tidak usah. Dari sini, hanya 5 kali perhentian bis. Aku bahkan tak perlu berpindah bis."
"Aku akan mengantarkan kamu naik taksi."
"Simpanlah uangmu. Kenapa kamu harus menyia-nyiakan uang pada sesuatu yang tak kamu perlukan? Kamu akan kembali naik taksi setelah menurunkanku, kan?"
Choi Ji Hoon tak bisa berbohong dan mengatakan itu tidak benar. Meskipun dia mencoba naik bis, dia tak pernah melakukannya dalam hidupnya, jadi dia bahkan tak tahu berapa tarifnya.
Di tahun-tahun TK, SD, dan SMP-nya, seorang supir mengantarnya menggunakan limusin. Saat SMA, dia mengendarai motornya. Meskipun itu berbahaya dengan kesempatan kecelakaan yang tinggi, bodyguardnya dan kawalan mobil polisi berada di belakangnya.
Transportasi paling hemat yang dia gunakan adalah taksi. Mobil impor miliknya ada di rumah, berada di garasi.
Bagaimanapun juga, dia akan menjadi putra pewaris dari seorang CEO bisnis waralaba. Dia tak bisa memberitahu Lee Hayan kebenarannya, karena dia takut jika Lee Hayan mungkin berprasangka buruk atau memusuhi dirinya.
Meskipun dia tak membenci waktu yang ia habiskan secara nyaman pada kencan-kencan sederhana seperti ini, dia tak pernah merasakan penyesalan yang menyakitkan seperti ini sebelumnya.
"Aku akan pulang duluan. Hati-hati."
"Ha-Hayan."
Tepat saat Choi Ji Hoon berdiri secara canggung untuk mengantar dia pulang, dia melihat Chung Il Hoon menggerakan jarinya dan menghentikannya. Dia bahkan mengatakan sesuatu.
Kata-kata terang-terangan yang diungkapkan bibirnya sangat jelas.
'Jika kau kabur, kamu akan mati.'
* * *
-----------
Setelah dia melihat Lee Hayan pergi, Choi Ji Hoon mendekati Chung Il Hoon, pundaknya mengkerut dan matanya bergetar. Tak diragukan lagi, dia adalah gambaran dari seorang tahanan.
"Panas sekali. Ayo jalan-jalan sebentar."
"Ya, hyung."
Mereka menuju ke taman terdekat. Bagi Choi Ji Hoon, itu sangat melegakan jika mereka tak pergi ke belakang pegunungan.
'Setidaknya, itu lebih baik jika aku tertangkap oleh Chung Il Hoon dan bukan yang lain.'
Dia adalah instruktur pertama dan memiliki rasa tanggung jawab yang kuat. Karena dia sendiri pacaran dengan seseorang, dia secara tak biasa penuh perhatian. Ikan berenang dengan damai di kolam yang jernih.
'Aku cemburu pada kalian.'
Pada saat ini, bahkan Choi Ji Hoon cemburu pada ikan-ikan itu. Chung Il Hoon mengerang keras dengan wajah peduli, "Apa kau... menyukai Hayan?"
"Ya, itu benar."
Choi Ji Hoon tak membuat alasan apapun. Mereka mungkin tak dalam hubungan berpacaran, tapi dia yakin jika perasaan cinta telah bermekaran dalam hatinya.
"Jadi begitu."
Chung Il Hoon tak berbicara untuk waktu yang lama. Tubuh Choi Ji Hoon yang telah gemetar seperti daun, perlahan-lahan merileks.
'Aku selamat.'
Dia belum dipukuli tanpa ampun. Jadi, dengan harapan yang optimis jika dia akan berhasil selamat, dia berusaha dengan hati-hati bergerak maju. Setelah keheningan, Choi Ji Hoon dengan gagah meluruskan dadanya.
"Asalkan Hayan menyukaiku, aku ingin berusaha berada dalam hubungan yang jujur dan serius dengannya."
"Pada akhirnya, kamu..."
"Aku minta maaf. Hyung-nim."
"Tak masalah. Apa ada alasan untuk minta maaf padaku. Cinta adalah persoalan bagi mereka yang terlibat. Dan apakah itu belum sampai pada pacaran?"
"Aku jatuh cinta padanya."
Choi Ji Hoon menjelaskan bagaimana beberapa ekspresi dari Lee Hayan begitu indah baginya. Itu adalah sebuah penjelasan yang sepanjang 10 menit. Dia bahkan berbicara secara jujur tentang perasaan kosong yang ia rasakan saat bertemu cewek-cewek lain.
"Aku masih muda, tapi aku berpikir dia adalah seorang gadis yang akan sulit untuk ditemukan lagi sepanjang hidupku. Lebih dari apapun... Bahkan sekarang, itu seperti aku masih bisa mendengar suaranya. Aku juga memikirkannya saat tidur."
Choi Ji Hoon menyadari sesuatu saat dia berbicara.
Lee Hayan berbeda dari cewek-cewek lain. Dia menyadari jika dia kehilangan wanita ini, Lee Hayan adalah seseorang yang berharga yang tak akan pernah bisa ia temui lagi. Dan juga seberapa terpesonanya ia, terhadap Hayan.
Chung Il Hoon menepuk pundaknya dengan tangan yang kekar.
"Baiklah. Tak masalah jika kmau sudah sebulat itu. Seorang pria tak perlu berbicara secara menyedihkan tentang ini-itu."
"Apa kamu memberiku izin?"
"Apa maksudmu, izin. Sudah aku bilang cinta itu tak masalah, jika mereka yang terlibat saling menyukai."
"Terimakasih banyak. Hyung-nim."
"Ah, tapi kamu tahu...." Chung Il Hoon berbicara dengan ramah, "Mulai besok datanglah ke dojo."
"Apa?"
"Jika kamu adalah seorang pria, kamu harus sedikit memperhatikan kebugaran ototmu juga. Apa yang bisa dilakukan tubuh yang lembek."
"Itu bukan lembek..."
Itu adalah tubuh yang dilatih dengan basket, sepakbola, berenang dan segala macam olahraga. Chung Il Hoon berteriak tajam,
"Tubuh itu lemah! Dengan kebugaran setingkat itu, bisakah kamu menang melawan sekitar 3.000 preman, jika mereka menyerangmu saat di tengah-tengah kencan?"
"3....3.000 preman?"
"Tak peduli apa situasinya, kamu harus bisa melindungi pacarmu. Bahkan, jika perang terjadi, kekeringan melanda, terjadi banjir, gempa bumi, bahkan jika tsunami datang. Kamu harus menyelamatkan pacarmu. Apa kamu sudah berpersiapan sejauh itu?"
"B-Belum."
"Aku harus menumbuhkan kekuatan dan keberanian semacam itu padamu. Sayang sekali jika yang bisa aku lakukan untukmu hanyalah bantuan sekecil ini."
"Terima kasih banyak."
"Jika mereka mengetahui kebenaran kalau kamu menyukai Hayan, maka para murid akan datang dengan rajin untuk membantumu. Seperti itu adalah kepentingan mereka sendiri. Kamu tak akan kekurangan lawan bertanding, jadi datanglah subuh-subuh. Dengan begitu, kamu bisa menerima pengajaran, setidaknya satu orang lebih banyak."
Bertanding dengan para instruktur dan 500 murid mereka!
Wajah Choi Ji Hoon telah kehilangan warnanya. Dia berpikir, mungkin dia memahami makna dari untuk apa itu datang ke dojo.
"Tentunya perasaanmu tentang menyukai Hayan tidaklah palsu, kan?"
"Itu asli."
"Tak masalah jika kamu mau melarikan diri. Kamu bisa melarikan diri. Itu artinya kamu tak harus datang ke dojo."
"Benarkah?"
"Ya. Karena kami bisa saja pergi menangkapmu."
"......"



< Prev  I  Index  I  Next >