LMS_V26E11P03

11. Sejarah Orc (3)
Lee Hyun hanya menunggu sambil menatap layar komputernya.
Sebelum menjual equipment, pertama-tama dia harus mengonfirmasi harga pasar.
Saat ini, harga transaksi pedang cukup stabil, sementara
harga staff sudah turun. Sejak awal, harga untuk equipment Mage memang mahal. Tapi
jika beberapa kali harganya turun, itu masihlah normal.
Belakangan ini di Hall of Fame, video petualang independen
menjadi lebih populer, dibandingkan player yang menunjukkan perang guild selama
seminggu terakhir.
Sementara itu, pada sebagian besar forum internet,
orang-orang berbicara tentang tiga Trending Topics. Mereka bercuap-cuap tentang
Guild Hermes, Order of Embinyu, dan guild lainnya. Tapi sekarang, topic yang
mendominasi adalah cerita tentang petualangan dan quest milik Weed.
Weed bangga, karena forum-forum Orc penuh pujian yang
ditujukan padanya. Para player Orc perempuan mengatakan jika pria ideal adalah
Karichwi, dan dia dapat diandalkan. Sementara yang lain mengatakan, jika hari
demi hari Weed menjadi semakin brutal.
'Tampaknya, banyak
player memilih ras Orc sekarang.'
Entah kenapa, sepertinya ini terjadi karena ketidak-nyamanan
di Pegunungan Yuroki, dan kotanya tak berkembang dengan baik. Para player tak
biasanya memilih ras itu. Tapi sebenarnya, daya tarik ras itu cukup
menjanjikan. Kamu bisa melakukan berbagai hal, seperti membesarkan Orc muda
milikmu. Sehingga, orang lain semakin menghargai ras Orc.
Dengan memiliki suku Orc muda, mereka akan terus menerus
tumbuh dan berkembangbiak hingga jumlahnya menjadi ribuan. Karena sifat spesies
mereka, mereka mampu dengan cepat berkembang di suatu daerah. Beberapa player
populer mengikutsertakan Orc pada pasukannya untuk semakin memperbanyak jumlah.
Kkokkiyo! Kkokkiyo!
(Suara kokok ayam jantan)
Lee Hyun berselancar di internet, sembari mendidihkan saus,
dan menunggunya dingin. Sudah jam 6:00 pagi, dan waktu untuk hiking sudah
semakin dekat. Lee Hyun membuat Pajeon dan hanya menyiapkan Kimbap dan
Makgeolli.
'Kalau begitu, aku
akan makan.'
Saat dia sedang memasak makan siang yang murah, dia menengok
keluar jendela dan menemukan mobil Jeong Hyo Lynn yang sudah terparkir di depan
rumahnya. Gadis itu punya acara sampai fajar, kemudian datang langsung ke rumah
Lee Hyun. Dia mengenakan topi dan kacamata hitam, dan benar-benar tertidur di
kursi pengemudi. Lee Hyun dengan lembut mengetuk jendela, dan Jeong Hyo Lynn
terbangun, kemudian menyambutnya dengan suara segar.
"Selamat pagi."
"Apakah yang menetes di dekat mulutmu itu adalah air
liur?"
"Ah!"
Dan sebelum matahari terbit, mereka pergi langsung ke
pegunungan.
* * *
Mobilnya diparkir di tempat parkir dekat gerbang masuk
gunung, dan Lee Hyun membawa makan siang di tangannya.
"Ayo?"
"Ya. Aku pikir ini akan menyenangkan, karena sudah lama
sejak aku terakhir kali pergi hiking."
Kota ini tak jauh dari pegunungan. Tapi karena mereka datang
lebih awal, tempat parkirnya masih lengang. Jeong Hyo Lynn mengenakan sepatu
hiking dan ransel, bersama dengan peralatan mendaki, dia pun sudah siap
sepenuhnya.
"Bagaimana dengan sekolahmu?"
"Aku masuk kuliah agar tak di-Drop Out."
"Aku hanya bertanya, jadi jangan salah paham, apakah kamu
berencana memiliki beberapa anak?"
"Zaman sekarang, ketika kamu membesarkan anak, kamu
perlu menghasilkan uang. Itu adalah suatu keharusan."
"Tidakkah kamu berpikir jika memiliki keluarga besar
yang harmonis adalah hal yang bagus?"
"Aku lebih suka menghargai keluargaku, daripada
menghargai seseorang yang memiliki banyak uang. Beras sudah cukup untuk memberi
makan seseorang, maka hal yang kamu butuhkan dalam hidup adalah seseorang yang
benar-benar tulus mencintaimu, benar kan?"
"Tapi, kamu masihlah perlu uang."
Mereka menaiki rel sembari bercakap-cakap selama 20 menit,
tentang hal seperti itu. Jeong Hyo Lynn membuat janji untuk hiking bersama Lee
Hyun, dengan harapan jika dia bisa bersamanya selama 4 atau 5 jam.
"Ini lebih mirip ujian."
Meskipun dia sudah berlatih secara fisik seperti tarian
panggung, dia masih saja mengalami kesulitan saat harus mendaki pegunungan di
pagi hari.
"Semua Make-Up ku sudah terhapus ."
Jeong Hyo Lynn berhenti dan menarik napas. Saat mereka naik,
jantungnya berdetak secepat kenaikan suhu pada tubuhnya!
Itu jelas-jelas suatu tanda jika tak mungkin melanjutkan
pendakian. Itu sebabnya setelah beberapa saat mendaki, mereka pun beristirahat.
Meskipun gadis itu ingin pergi, sepertinya dia akan tumbang, jika terus memaksa
naik.
"Tunggu sebentar, mari kita beristirahat"
Setelah mendaki selama 30 menit, Jeong Hyo Lynn pun
mengalami kesulitan. Dia beristirahat di atas batu, di dekat Lee Hyun, sambil
mengonsumsi supplemen-nya, lantas Lee Hyun berkata.
"Apakah ini sulit? Apakah kamu ingin turun
sekarang?"
"Tentu saja tidak! Aku bilang, kita harus naik sampai
puncak. Aku sangat ingin merasakan kabut di atas. Tapi, kabutnya semakin tipis
ketika hari semakin siang. Jadi, kita harus bergegas."
Lee Hyun menunggu Jeong Hyo Lynn, yang duduk di sebelahnya,
untuk bangun dan berangkat. Tapi, kepala Jeong Hyo Lynn dengan lembut bersandar
ke bahunya.
Gadis itu tak memiliki banyak waktu untuk tidur, karena dia
menyiapkan konser. Dan hanya bisa tidur sebentar, ketika fajar menyingsing.
Lee Hyun duduk di sana, merasakan hembusan angin, dan
mendengarkan suara kicauan burung. Jeong Hyo Lynn terus bersandar pada bahunya,
sembari perlahan-lahan tertidur. Lee Hyun mencoba untuk membangunkannya.
"Hmm, di sini terlalu dingin untuk tidur. Kamu harus
minum obat, atau kamu akan terserang pilek."
Lee Hyun melepas sweaternya, dan secara hati-hati
membungkuskannya pada punggung Jeong Hyo Lynn. Gadis itu semakin terlelap,
bahkan dia tak akan membuka mata, walaupun Lee Hyun membangunkannya sekarang.
"Kalau memang begini keadaannya, aku akan
menggendongmu."
Lee Hyun menarik lengan Jeong Hyo Lynn.
"Sekarang, kemana kita harus pergi?"
Secara bersama-sama, dia mulai mendaki gunung lagi.
"Aku ingat, ketika aku mengirimkan karung padi di
pegunungan tinggi seperti ini."
Saat itu, dia telah melakukan perjalanan 20 kilometer sambil
membawa 3 karung beras. Oleh karena itu, tubuh Jeong Hyo Lynn terasa ringan
baginya. Menggendong seorang gadis sembari mendaki gunung tidaklah mudah. Tapi
karena Lee Hyun sudah banyak mengalami latihan fisik, dia bisa menangani ini
dengan mudah.
Dia sanggup naik ke atas, dan menggendong gadis itu tanpa
beristirahat.
Tetes keringat mengalir dari dahinya, sehingga T-shirt-nya
basah karena keringat dan juga embun. Sangat sulit untuk bergerak sambil
menjaga agar gadis itu tetap berada dalam posisi yang nyaman.
"Hari ini, sebenarnya aku tak punya kebutuhan untuk
pergi keluar. Seharusnya, aku bisa seharian berada di Royal Road."
Lee Hyun terus menggendong Jeong Hyo Lynn, dia sangat
percaya pada kemampuan tubuhnya. Karena di masa lalu, dia terbiasa mengangkut
karung beras yang berat.
Jeong Hyo Lynn bermimpi.
Setiap kali dia mengalami masa-masa sulit, akan ada seorang
laki-laki yang selalu mendukungnya. Meskipun payah dalam hal akademis, pria itu
adalah seorang yang peduli dan hangat bagai keluarga!
Meskipun dia memiliki kepribadian yang eksentrik, dia
masihlah lucu dan dapat dipercaya. Seperti itulah, pernikahan idaman yang
selalu diimpikan oleh Hyo Lynn.
"Seorang pria yang mencuci pakaian, mencuci piring,
membersihkan rumah, dan menghasilkan uang. Kemudian memiliki beberapa anak, dan
berbagi kesulitan saat mereka tumbuh dewasa."
Keluarga impian Jeong Hyo Lynn sangatlah sempurna. Di
televisi ada iklan apartemen, iklan kulkas, dan iklan mesin cuci. Semuanya
bersatu dan menciptakan suasana kekeluargaan yang manis.
Jeong Hyo Lynn kemudian bangun dari mimpi, dan perlahan
membuka matanya. Dia terkejut saat melihat realita yang tersaji tepat di depan
matanya, dia berada di punggung Lee Hyun sambil terus mendaki gunung.
'Oh... rupanya, dia
menggendongku.'
Jeong Hyo Lynn mencoba untuk bertanya mengapa ini terjadi. Tapi
kemudian, dia berpikir jika itu hanya akan semakin menyusahkan Lee Hyun. Pria
itu mungkin saja akan terkejut saat dia bertanya tiba-tiba.
Diam-diam dalam hati, dia merasa kehangatan tubuh Lee Hyun.
Dia tak merasa jika aroma seorang pria yang bermandikan keringat adalah
menjijikkan atau kotor.
"Aku ingin terus ke puncak, bisakah kamu menuruti
keinginanku ini?"
Jeong Hyo Lynn terus merasakan hawa hangat tubuh pria itu,
sampai-sampai dia tak bisa membayangkan sesuatu pun. Itu adalah kehangatan yang
tak terlukiskan.
Napasnya semakin berat dan seluruh tubuhnya mulai
berkeringat, sembari mendaki gunung!
"Aku tak begitu paham, apa yang ingin kamu lihat di
atas sana. Tapi segera setelah kita sampai di sana, kita akan makan Kimbap, dan
setelah itu kembali turun."
Lee Hyun tak akan pernah membayangkan apa yang Hyo Lynn
pikirkan. Jeong Hyo Lynn membenamkan wajahnya pada punggung Lee Hyun.
"Aku senang kita datang ke pegunungan, hari ini
tampaknya akan berisi banyak kenangan indah."
Dan Lee Hyun…
"Berat, berat."
* * *