LMS_V29E05P02

5. Reruntuhan Raja Belsos (2)
Pasukan ekspedisi berangkat ke Argoldia, di bawah permintaan
Order of Lugh. Fakta jika ekspedisi tersebut menuju ke salah satu dari 10
wilayah terlarang yang terkenal di benua, tidaklah mengganggu mereka.
"Ah, aku capek."
"Tampaknya tak ada akhirrnya."
"Sudah dua hari dan kita tak menemukan apa-apa."
Tentu saja mereka tak bisa mendapatkan makanan atau air.
Tanahnya tandus dan monster pemakan manusia yang kelaparan berkeliaran di sana.
Mereka tak bisa menemukan Tanah Suci di Argoldia.
"Kita harus mengatasinya. Kita bisa melakukannya."
Para Paladin dan Priest dari Order of Lugh menyemangati
orang-orang yang kelelahan. Sudah sangat wajar, kalau dalam pasukan ekspedisi
tersebut ada banyak player berprofesi dan berkaitan dengan Clergy. Karena itu
adalah sebuah quest yang diberikan oleh sebuah order religius.
"Weed-nim dengan aktif bermain di salah satu dari 10
wilayah terlarang. Dan bukankah dia berhasil?"
"Jika kita menyerah di sini dan kembali, maka kita
hanya akan tetap tertindas. Ayo kita semua bekerja sama."
Meski begitu, padang gurun yang tak ada ujungnya tersebut
menggoda mereka untuk menyerah.
Rasa lapar dan haus. Monster yang akan memakan daging
mereka. Bahkan, oasis yang akhirnya mereka temukan telah kering sampai kedasar.
"Kuooooh... Ini juga bukan tempatnya."
"Ayo berpencar dan mencari sedikit lagi."
"Akan bagus kalau besok hujan."
"Terakhir kali hujan adalah sebulan yang lalu. Itu
benar-benar mengerikan."
Argoldia berada dekat dengan wilayah dari Dark Wood Magician.
Sehingga, sihir teleport tak bisa digunakan. Hanya sihir berskala kecil yang tak
menyebabkan riak, bisa digunakan dalam pertempuran.
Jika para Dark Wood Magician menemukan mereka, maka akan ada
penyerbuan mendadak. Serangan dari para Mage senior berlevel di atas 460, sudah
cukup untuk membuat pasukan ekspedisi tersebut khawatir.
Waktu terus berlalu, sejak mereka sampai di Argoldia, dan
mereka hanya berkeliaran. Meskipun para player elit dari Morata berpartisipasi,
korban dalam jumlah besar masih saja terjadi. Fakta jika banyak orang yang
berpartisipasi dalam ekspedisi penting tak selalu merupakan hal yang bagus.
Para player yang berprofesi Priest mendengar jika Garden of
the Gods di Morata telah selesai dan ingin kembali.
"Tujuan dari mengekplorasi Argoldia, wilayah terlarang,
masih belum terselesaikan. Tapi, kamu mau kembali ke Morata, hanya untuk
melihat Garden of the Gods?"
"Aku rasa akan ada banyak petualangan yang lebih
menarik di Kerajaan Arpen."
"Itu akan lebih lebih baik."
Sejumlah besar player dengan profesi yang berhubungan dengan
clergy dan profesi-profesi lain, pergi layaknya sebuah gelombang. Personil yang
tersisa hanya sekitar 20 orang.
"Kita harus menyelesaikan misi kita."
Spenson si Adventurer yang namanya sudah dikenal di benua,
memutuskan untuk memimpin mereka sampai akhir dan mendapatkan kembali kekuatan
dari Sword of Lugh.
* * *
Weed menatap patung-patung yang dia buat di Garden of the
Gods di dini hari. Dia memutuskan untuk menyelesaikan patung terakhir di pagi
ini. Dan sekarang bukanlah saatnya.
Langit malam begitu cerah, sehingga itu terasa seperti bulan
dan bintang sangat dekat. Tapi hati Weed tidaklah merasa nyaman.
Di masa lalu, dia menyesali membeli garam yang seharga 200
won lebih mahal. Tapi, baru-baru ini dia telah membuat lebih banyak kesalahan.
"Aku membuat terlalu banyak kesalahan, dalam
pertempuran di Melbourne Mine."
Pertempuran melawan Bardray terus-menerus terbayang di kepalanya,
saat dia membuat patung. Weed menyesali kekalahan dan kematiannya, tapi dia tak
marah. Alasannya sederhana. Dia lemah. Oleh karena itu, dia mati.
"Ini adalah tanggung jawabku, untuk menjadi lebih
kuat."
Bardray dikenal sebagai yang terkuat. Dia menerima dukungan
dari guild, sehingga situasinya sangat tak menguntungkan sejak awal. Tapi, itu
hanyalah suatu alasan saja.
Penyesalannya adalah karena tak menunjukkan semua kemampuan
tempurnya dalam pertempuran.
"Aku seharusnya berpikir lebih hati-hati. Aku tak
mengambil keuntungan dari segalanya secara penuh."
Itu adalah suatu situasi yang buruk, tapi dia terbiasa dengan
hal itu. Kalau HP Seoyoon dibagikan melalui wedding rings, maka dia akan bisa
bertahan lebih lama. Dia juga bisa bertarung dengan lebih efektif, kalau dia
bisa memanfaatkan skill milik Berserker.
Tapi, pemikiran tentang bala bantuan yang lebih banyak dari
Guild Hermes membebaninya. Sehingga, dia bertarung secara terburu-buru dan
tewas. Dia menerima serangan kuat sekaligus, membuat HP miliknya menurun dengan
sangat cepat. Sehingga, wedding rings tak sempat mengeluarkan efeknya.
"Aku melakukan sesuatu yang bodoh. Sama seperti saat
aku membeli garam yang seharga 200 won lebih mahal."
Weed memarahi dirinya sendiri karena tewas. Dia tak mampu
menerima begitu banyak damage dari para player Guild Hermes. Meskipun
situasinya sangat rumit, jumlah damage yang ia terima dari para player elit
Guild Hermes sangatlah besar. Skill, level, dan kerjasama mereka cukup bagus,
hingga pasangan Belkain hanya bisa sedikit mengganggu mereka.
"Dan aku sangat ceroboh. Persiapanku sangat tak memadai,
dibandingkan dengan musuh."
Dia secara sengaja tak menggunakan Summon Sculpture. Dia tak
mau menderita damage yang lebih besar, kalau para patung hidup dihancurkan.
Bahkan, Nature Disaster Sculpting tak bisa digunakan, karena tak ada patung
alam.
Hal-hal seperti letusan vulkanik membutuhkan waktu yang
sangat lama untuk aktif, menyebabkan Weed berada dalam bahaya. Oleh karena itu,
itu tak berguna di saat-saat yang genting. Akan lebih baik kalau dia memiliki
Nature Disaster Sculpting yang sesuai dengan dungeon, dan kemudian bisa
bertarung.
Moonlight Sculpting Blade berguna dalam melawan musuh. Dia
sering menggunakannya dalam perburuan, sehingga penguasaan skillnya juga
tinggi. Tapi skill itu mengkonsumsi Mana 3 kali lebih banyak daripada Sculpting
Blade. Sehingga, skill itu tak bisa digunakan dengan sering dalam pertempuran,
tanpa adanya sesuatu seperti Goddess's Knight Armor.
"Aku melepaskan keteganganku dalam banyak cara."
Hasil dari pencerminannya adalah jika Weed lalai dalam
pertempuran terakhirnya. Kalau dia dikalahkan, maka dia harus menjadi kuat dan
membantai mereka!
"Aku bahkan kehilangan Armor Tallock yang
berharga."
Sebuah item kelas unik. Dia mendapatkannya dulu sekali,
sehingga armor itu sudah cukup tua, tapi itu masih bagus untuk dipakai. Weed
cenderung fokus pada damage daripada defense, sehingga dia seringkali mengganti
pedangnya. Dia memiliki sisi yang lembut terhadap armor tersebut. Sehingga, itu
menyakitkan saat armor tersebut direnggut darinya. Dia merasa dikhianati,
karena Armor Tallock yang sering ia pakai, telah jatuh ke tangan orang lain.
"Aku tak bisa melakukan itu lagi."
Sebelum menyelesaikan patung dewa terakhir, dia memutuskan
untuk menciptakan beberapa patung yang bisa dia gunakan untuk skill Nature
Disaster Sculpting.
Tiba-tiba, ia dihantui sampai mati oleh kawanan serangga.
Mereka bisa menerobos melalui bebatuan atau manusia dan monster. Faktanya, Weed
sudah membuat berbagai macam Patung Bencana. Sehingga, dia berjuang untuk
memikirkan sesuatu yang melampaui imajinasi.
"Apapun itu akan mengerikan. Bahkan, menyiramkan air
panas pada tubuh akan baik-baik saja. Aku tak selalu punya es. Sehingga, aku
harus menyiapkan beberapa patung terlebih dahulu."
Dia memiliki pengalaman dengan bencana. Dia mempersiapkan
patung-patung lebih dulu, untuk berjaga-jaga kalau ada masalah di suatu tempat.
Seperti yang terjadi di tambang itu.
Itu benar-benar tidaklah seperti tak berguna, untuk sering
kali melihat hal-hal buruk.
"Seorang perampok yang menyerang bank beberapa kali,
mungkin akan berakhir kerampokan juga."
Weed membuat Patung-Patung Bencana sampai pagi.
* * *