SL_009
“Apa kamu membenturkan kepalamu terlalu keras?”
Adik perempuannya bertanya dari pintu. Dan Jin Woo
menggelengkan kepalanya.
“Tidak.”
Tak terhibur oleh kata-katanya, mata saudari perempuannya dipenuhi dengan kekhawatiran.
“Kamu benar-benar baik-baik saja, kan?”
“Sudah Aku bilang, ya.”
Adik perempuannya terengah-engah, saat dia mulai mendekatinya dengan tatapan tajam.
Terbiasa dengan reaksinya di dalam situasi seperti ini. Jin Woo mengangkat penjagaannya, ketika adik perempuannya akan memukulnya.
“Aku sudah bilang untuk berhenti terluka! Apa kamu tahu betapa khawatirnya diriku?”
“Maaf.”
“Semua orang tampaknya baik-baik saja. Mengapa hanya kamu yang selalu terluka sepanjang waktu!”
“Maaf.”
Tangan yang memukulnya perlahan kehilangan kekuatannya. Dan akhirnya, Jin Ah berdiri dengan kepala menunduk, air mata mengalir di pipinya.
Jin Woo menepuk punggung adiknya, melakukan hal yang terbaik untuk menghiburnya. Dia menahan air mata yang terbentuk di matanya sendiri.
“Tak aku sangka, saat itu aku sudah bersiap untuk mati… dan meninggalkannya …”
Syukurlah dia telah kembali hidup-hidup.
Melihat pada saat-saat ini. Dia menyadari, betapa dekatnya dia dengan kematian.
Rasanya seperti berada dalam mimpi buruk saja.
Jin Woo mengalihkan pandangannya ke arah layar yang menggantung di udara.
[Anda memiliki pesan yang belum dibaca]
“Dan rasanya aku masih belum terbangun …”
Dia tak bisa mengerti arti di balik kata-kata itu. Tapi, apa yang bisa ia lakukan?
Yang paling penting sekarang, adalah kenyataan jika dia dapat kembali ke keluarganya hidup-hidup.
“Sniff.”
Untungnya, saudara perempuannya sudah berhenti menangis. Sayangnya, kata-kata kasarnya pada kondisinya berlanjut selama satu jam kemudian …
“Jadi, apa kamu suda mengerti? Jika kamu terluka lagi, aku akan berhenti belajar dan langsung bekerja. Jadi, kamu tak usah bisa bekerja sebagai Hunter lagi! ”
Tatapan tajam dan insten yang tak cocok dengan wajahnya yang cantik, dia benar-benar saudara perempuannya.
“Aku mengerti,aku mengerti.”
Jin Woo mengangguk pasrah.
Setelah menerima konfirmasi beberapa kali, Jin Ah bangkit dan merasa puas.
“Kamu dari mana?”
“Sekolah. Aku baru saja mendapatkan izin untuk pergi sebentar, untuk datang dan melihatmu. Tapi aku harus segera kembali. ”
“Benar,benar. Ujian masuk perguruan tinggi itu, tahun depan.”
Meskipun dia tak mampu menyediakan les private atau mengirimnya ke sekolah swasta. Jin Ah masih berhasil menjadi salah satu siswa terbaik di sekolah.
Cita-citanya, untuk menjadi dokter.
Gadis kecil yang tak bisa menjauhkan diri dari video game, tiba-tiba menjadi murid yang hebat. Ketika ibu mereka jatuh sakit beberapa tahun yang lalu.
Jin Woo ingin memastikan mimpinya menjadi kenyataan.
“Tunggu … video game?”
Matanya tiba-tiba terbuka.
“Aku akan pergi.”
Jin Woo dengan cepat menarik tangan adiknya yang hendak pergi,
“Jin Ah.”
“Apa?”
“Saat kamu bermain game…”
Jin Ah tersenyum,
“Aku sudah tak memainkannya. Hanya ada sedikit waktu, sampai aku berada di tahun terakhirku di SMA.”
“Aku tahu, aku tahu. Tapi aku masih ingin bertanya.”
“Tentang apa? Oppa, apakah kamu bermain game belakangan ini? ”
Meskipun dia telah mengabaikannya, dia sangat terobsesi dengan itu di masa lalunya. Karena itu, pertanyaan kakaknya membuatnya tertarik.
Jin Woo terus menatap layar yang mengambang dan bertanya,
“Jika aku memiliki pesan yang belum dibaca dalam game, bagaimana caraku untuk membuka atau mengaksesnya?”
“Pertama,kamu harus membuka kotak pesan.”
“Buka kotak pesan?”
*Ding!*
Saat dia mengucapkan kata-kata ‘buka’, sebuah suara bip elektronik mengikuti pembukaan kotak pesan.
[Anda memiliki 2 pesan yang belum dibaca]
[Selamat datang untuk menjadi ‘Player’. (Belum Dibaca)]
[Quest Harian: ‘Persiapan Menjadi Kuat’ tersedia. (Belum Dibaca)]
Jin Woo merasa dirinya dipenuhi dengan suka cita.
“Ini berhasil!”
Terkejut dengan kemunculan kebahagiaan yang tiba-tiba di wajah kakanya, Jin Ah dengan cemas bertanya,
“Apa? Game apa? Apa kamu membutuhkan bantuanku?”
Jin Woo dengan kuat menggelengkan kepalanya,
“Tidak, aku ingin mencobanya sendiri.”
Bagaimana reaksi saudarinya, jika dia menceritakan semua yang terjadi padanya?
“Aku tak ingin adikku sendiri memanggilku gila.”
Jadi, Jin Woo menelan kata-kata yang ingin ia ucapkan, dan mengucapkan selamat tinggal adiknya.
***
Setelah mengkonfirmasi jika adiknya sudah keluar dari rumah sakit, Jin Woo kembali ke kamarnya.
“Tak boleh mengulangi kesalahan yang sama.”
*Klik*
*Lock*
Untuk menghindari perhatian yang tak diinginkan, dia mengunci pintu ruangannya.
Menyelesaikan persiapannya, Jin Woo duduk di sisi tempat tidurnya dan mulai membaca pesan yang mengambang di depan matanya.
[Selamat datang untuk menjadi ‘Player’. (Belum Dibaca)]
[Quest Harian: ‘Persiapan Menjadi Kuat’ tersedia. (Belum Dibaca)]
Pesan pertama tampak akrab baginya.
“Di mana itu, aku pasti pernah mendengar ini sebelumnya.”
Dia mulai dengan pesan pertama.
‘Buka.’
*Ding!*
[Sistem ini akan membantu dalam pertumbuhan ‘Player’]
[Ketidak-patuhan terhadap instruksi Sistem, dapat mengakibatkan penalti]
[Anda telah menerima Hadiah]
“Ah…”
Dia ingat sekarang.
Itu adalah kata-kata yang ia dengar, sebelum kehilangan kesadarannya.
“Suara itu juga mengatakan sesuatu tentang Player, saat itu …”
Tapi sama seperti waktu itu, dia tak tahu apa artinya itu.
Sistem.
Pertumbuhan.
Penalti.
Hadiah.
Itu adalah kumpulan kata yang tak jelas.
“Hanya apa yang membantu dalam pertumbuhan, dan apa manfaatnya?”
Dia merasa sulit untuk menerapkan kata-kata yang sering ia lihat di video game sebelumnya.
Mengabaikan makna kata-kata untuk saat ini, dia pergi ke pesan berikutnya.
[Quest Harian: ‘Persiapan Menjadi Kuat’ tersedia. (Belum Dibaca)]
*Gulp.*
Jin Woo menelan ludah, setelah membaca judul pesan yang mencurigakan itu.
Detak jantungnya meningkat.
‘Buka.’
*Ding!*
[Quest Harian: ‘Persiapan Menjadi Kuat’
(Belum Tercapai) 100 kali Push-up (0/100)
(Belum Tercapai) 100 kali Sit-up (0/100)
(Belum Tercapai) 100 kali Squat (0/100)
(Belum Tercapai) Berlari 10 kilometer (0/10km)
Peringatan : Gagal menyelesaikan Quest Harian akan menghasilkan Penalti]
Jin Woo mengerang, setelah mengkonfirmasi pesan itu.
“Huh… apa ini …”
Quest Harian.
Selain itu, ‘persiapan untuk menjadi kuat’.
Dia mengharapkan lebih dari sekedar latihan sederhana, dengan judul seperti itu.
Setidaknya, sudah pasti jika dia menyelesaikan latihan dalam Quest ini, tubuhnya mungkin akan sedikit membaik.
Apakah ini pertumbuhan dan hadiah yang dibicarakan oleh Sistem sebelumnya?
“Sekarang, jika aku memikirkannya …”
Dia ingat pernah membaca “mereka yang memiliki masalah batin, harus mendengarkan suara batin mereka” dalam beberapa buku sebelumnya.
“Aku rasa baru saja berhalusinasi dengan apa yang dikatakan tubuhku.”
Keinginannya untuk menjadi lebih kuat pasti terlalu kuat, hingga dia sekarang melihat layar yang tak masuk akal ini di udara.
Lebih dari betapa menggelikannya itu, ia kecewa.
“Jika kamu bisa menjadi kuat dengan ini, siapa yang tak akan melakukannya.”
Dia menggelengkan kepalanya dengan tak percaya. Dia merasa sedih dengan harapan, jika dia akan menemukan semua jawaban dalam pesan-pesan ini.
“Eh, aku tak peduli.”
Jin Woo pergi untuk berbaring di tempat tidur. Dia lalu menatap langit-langit.
“…..”
Meskipun dia tak melakukan sesuatu yang khusus, waktu berlalu dengan cepat.
Ketika dia mulai merasakan kesunyian di seluruh rumah sakit, dia tiba-tiba duduk.
‘Tetap saja…’
‘Bagaimana jika ini memang membawa perubahan?’
Separuh dalam antisipasi, setengah dalam kecurigaan,pikiran tentang ‘haruskah aku mencobanya’ muncul di kepalanya.
“Lagipula, itu tak akan menyakitkan.”
Bagaimana jika dia dengan ringan mencoba salah satu gerakan?
Setelah beberapa pemikiran, dia membuat keputusan untuk mencobanya.
Peregangan ringan untuk tubuh, setelah turun dari ranjang. Dia berusaha melakukan push-up setengah hati.
Dia berdiri di sudut dan push-up di samping ranjang.
“1, 2, 3 …”
Mulai dari angka 1, dia dengan cepat menghitung.
“… 97, 98, 99, 100.”
Menyelesaikan apa yang ia mulai, dia mencapai push-up ke-100.
Bertentangan dengan harapannya, sepertinya tak ada yang berubah. Kecuali lengannya yang agak sakit.
“Jadi, sekarang apa …”
Dia berdiri dengan senyum di wajahnya.
[Selamat datang untuk menjadi ‘Player’. (Dibaca)]
[Quest Harian: ‘Persiapan Menjadi Kuat’ tersedia. (Dibaca)]
Pesan yang sebelumnya ‘belum dibaca’ telah menjadi ‘dibaca’.
Kata-kata yang memberitahunya, jika dia memiliki pesan yang belum dibaca telah menghilang. Tapi dia tak lagi memiliki niat untuk terus mengikuti khayalannya ini.
Dia merasa sudah melakukan cukup banyak. Tanpa penyesalan, dia menutup jendela pesan. Dengan menguap, dia kembali ke tempat tidurnya.
Menanggapi bergerak setelah sekian lama, dia mulai merasa mengantuk.
Jendela di kamar, bersinar oranye dari matahari terbenam.
“Apakah sudah selarut ini?”
Pria dari Departemen Pengawasan Hunter menjelaskan sebelumnya, jika tagihan rumah sakitnya akan ditanggung oleh Asosiasi.
Dengan pemikiran itu, Jin Woo tak terburu-buru untuk pergi.
“Mungkin aku akan meminta rumah sakit melakukan beberapa tes. Untuk memastikan, jika aku benar-benar sehat.”
Dia berpikir seperti itu, ketika dia berbaring di tempat tidur.
“Aku yakin halusinasi itu akan hilang, setelah beberapa waktu.”
Kelopak matanya perlahan tertutup.
Segera, dia jatuh tertidur lelap.
Tick tick tick
Saat dia tidur, jam di dinding hadapannya terus berdetak.
Seiring waktu berlalu, jam akhirnya menunjuk ke 11:59:57.
tick
58.
tick
59.
tick
60.
Jam menunjuk tepat ke 12:00:00.
*Ding!*
[Anda gagal menyelesaikan Quest Harian. Anda akan dipindahkan ke ‘Zona Penalti’ selama durasi yang ditentukan]
***
Shake!
Jin Woo membuka matanya, karena getaran yang mengguncang seluruh tubuhnya.
“Gempa bumi?!”
Dia melompat dan memegang pinggiran kaki ranjangnya. Getaran itu begitu kuat, sehingga dia merasa sulit untuk bertahan.
Shake!
Tapi dengan berlalunya setiap detik, getarannya menjadi lebih buruk. Tiba-tiba,
*Psssh *
Tempat tidur yang dipegangnya dengan seluruh hidupnya patah. Tidak, itu menghilang dari tangannya.
Dia memeriksa tangannya,tak ada tanda-tanda dari ranjangnya.
Sebaliknya, ada pasir di telapak tangannya.
‘Pasir?’
*Psssh *
Sisa-sisa ranjang sudah berubah menjadi pasir, dan getarannya menjadi semakin kuat.
Shake!
“Uwaaak!”
Tak dapat bertahan, dia akhirnya terlempar dari tempat tidur. Jin Woo menjerit, saat dia melompat-lompat di kamarnya.
Satu per satu, semua perabot dan barang di kamarnya berubah menjadi pasir.
“Uwaaaaaaah!”
Jatuh!
Jin Woo tiba-tiba menemukan dirinya tertanam di dalam sesuatu. Ujung jarinya merasakan kelembutan pasir di sekitarnya. Dan Gempa bumi telah berhenti.
*Bah…*
Saat dia meludahkan pasir yang masuk ke mulutnya, dia mengangkat kepalanya.
“…?”
Dia menemukan dirinya di tengah padang pasir yang luas. Menepuk pasir dari tubuhnya, dia berdiri dan melihat sekeliling.
Di setiap arah, dia hanya bisa melihat bidang pasir yang tak berujung, membentang ke cakrawala.
“Padang pasir?”
Tak ada penjelasan logis untuk ini. Beberapa saat yang lalu, dia sedang beristirahat di ranjang rumah sakit di tengah Seoul.
Dia meraih segenggam pasir dan membiarkannya jatuh. Pasir jatuh dalam garis lurus ke tanah.
“Tak ada angin.”
Bukan hanya angin, saat dia melihat ke atas tak ada matahari,bulan, atau bintang.
Langit kosong, seperti tinta warna hitam yang tumpah di atas kanvas.
Bahkan lebih aneh lagi, meskipun tak ada sumber cahaya yang terlihat, ia tak kesulitan melihat sekelilingnya.
“Aku ada di mana?”
“Tidak.”
Tak terhibur oleh kata-katanya, mata saudari perempuannya dipenuhi dengan kekhawatiran.
“Kamu benar-benar baik-baik saja, kan?”
“Sudah Aku bilang, ya.”
Adik perempuannya terengah-engah, saat dia mulai mendekatinya dengan tatapan tajam.
Terbiasa dengan reaksinya di dalam situasi seperti ini. Jin Woo mengangkat penjagaannya, ketika adik perempuannya akan memukulnya.
“Aku sudah bilang untuk berhenti terluka! Apa kamu tahu betapa khawatirnya diriku?”
“Maaf.”
“Semua orang tampaknya baik-baik saja. Mengapa hanya kamu yang selalu terluka sepanjang waktu!”
“Maaf.”
Tangan yang memukulnya perlahan kehilangan kekuatannya. Dan akhirnya, Jin Ah berdiri dengan kepala menunduk, air mata mengalir di pipinya.
Jin Woo menepuk punggung adiknya, melakukan hal yang terbaik untuk menghiburnya. Dia menahan air mata yang terbentuk di matanya sendiri.
“Tak aku sangka, saat itu aku sudah bersiap untuk mati… dan meninggalkannya …”
Syukurlah dia telah kembali hidup-hidup.
Melihat pada saat-saat ini. Dia menyadari, betapa dekatnya dia dengan kematian.
Rasanya seperti berada dalam mimpi buruk saja.
Jin Woo mengalihkan pandangannya ke arah layar yang menggantung di udara.
[Anda memiliki pesan yang belum dibaca]
“Dan rasanya aku masih belum terbangun …”
Dia tak bisa mengerti arti di balik kata-kata itu. Tapi, apa yang bisa ia lakukan?
Yang paling penting sekarang, adalah kenyataan jika dia dapat kembali ke keluarganya hidup-hidup.
“Sniff.”
Untungnya, saudara perempuannya sudah berhenti menangis. Sayangnya, kata-kata kasarnya pada kondisinya berlanjut selama satu jam kemudian …
“Jadi, apa kamu suda mengerti? Jika kamu terluka lagi, aku akan berhenti belajar dan langsung bekerja. Jadi, kamu tak usah bisa bekerja sebagai Hunter lagi! ”
Tatapan tajam dan insten yang tak cocok dengan wajahnya yang cantik, dia benar-benar saudara perempuannya.
“Aku mengerti,aku mengerti.”
Jin Woo mengangguk pasrah.
Setelah menerima konfirmasi beberapa kali, Jin Ah bangkit dan merasa puas.
“Kamu dari mana?”
“Sekolah. Aku baru saja mendapatkan izin untuk pergi sebentar, untuk datang dan melihatmu. Tapi aku harus segera kembali. ”
“Benar,benar. Ujian masuk perguruan tinggi itu, tahun depan.”
Meskipun dia tak mampu menyediakan les private atau mengirimnya ke sekolah swasta. Jin Ah masih berhasil menjadi salah satu siswa terbaik di sekolah.
Cita-citanya, untuk menjadi dokter.
Gadis kecil yang tak bisa menjauhkan diri dari video game, tiba-tiba menjadi murid yang hebat. Ketika ibu mereka jatuh sakit beberapa tahun yang lalu.
Jin Woo ingin memastikan mimpinya menjadi kenyataan.
“Tunggu … video game?”
Matanya tiba-tiba terbuka.
“Aku akan pergi.”
Jin Woo dengan cepat menarik tangan adiknya yang hendak pergi,
“Jin Ah.”
“Apa?”
“Saat kamu bermain game…”
Jin Ah tersenyum,
“Aku sudah tak memainkannya. Hanya ada sedikit waktu, sampai aku berada di tahun terakhirku di SMA.”
“Aku tahu, aku tahu. Tapi aku masih ingin bertanya.”
“Tentang apa? Oppa, apakah kamu bermain game belakangan ini? ”
Meskipun dia telah mengabaikannya, dia sangat terobsesi dengan itu di masa lalunya. Karena itu, pertanyaan kakaknya membuatnya tertarik.
Jin Woo terus menatap layar yang mengambang dan bertanya,
“Jika aku memiliki pesan yang belum dibaca dalam game, bagaimana caraku untuk membuka atau mengaksesnya?”
“Pertama,kamu harus membuka kotak pesan.”
“Buka kotak pesan?”
*Ding!*
Saat dia mengucapkan kata-kata ‘buka’, sebuah suara bip elektronik mengikuti pembukaan kotak pesan.
[Anda memiliki 2 pesan yang belum dibaca]
[Selamat datang untuk menjadi ‘Player’. (Belum Dibaca)]
[Quest Harian: ‘Persiapan Menjadi Kuat’ tersedia. (Belum Dibaca)]
Jin Woo merasa dirinya dipenuhi dengan suka cita.
“Ini berhasil!”
Terkejut dengan kemunculan kebahagiaan yang tiba-tiba di wajah kakanya, Jin Ah dengan cemas bertanya,
“Apa? Game apa? Apa kamu membutuhkan bantuanku?”
Jin Woo dengan kuat menggelengkan kepalanya,
“Tidak, aku ingin mencobanya sendiri.”
Bagaimana reaksi saudarinya, jika dia menceritakan semua yang terjadi padanya?
“Aku tak ingin adikku sendiri memanggilku gila.”
Jadi, Jin Woo menelan kata-kata yang ingin ia ucapkan, dan mengucapkan selamat tinggal adiknya.
***
Setelah mengkonfirmasi jika adiknya sudah keluar dari rumah sakit, Jin Woo kembali ke kamarnya.
“Tak boleh mengulangi kesalahan yang sama.”
*Klik*
*Lock*
Untuk menghindari perhatian yang tak diinginkan, dia mengunci pintu ruangannya.
Menyelesaikan persiapannya, Jin Woo duduk di sisi tempat tidurnya dan mulai membaca pesan yang mengambang di depan matanya.
[Selamat datang untuk menjadi ‘Player’. (Belum Dibaca)]
[Quest Harian: ‘Persiapan Menjadi Kuat’ tersedia. (Belum Dibaca)]
Pesan pertama tampak akrab baginya.
“Di mana itu, aku pasti pernah mendengar ini sebelumnya.”
Dia mulai dengan pesan pertama.
‘Buka.’
*Ding!*
[Sistem ini akan membantu dalam pertumbuhan ‘Player’]
[Ketidak-patuhan terhadap instruksi Sistem, dapat mengakibatkan penalti]
[Anda telah menerima Hadiah]
“Ah…”
Dia ingat sekarang.
Itu adalah kata-kata yang ia dengar, sebelum kehilangan kesadarannya.
“Suara itu juga mengatakan sesuatu tentang Player, saat itu …”
Tapi sama seperti waktu itu, dia tak tahu apa artinya itu.
Sistem.
Pertumbuhan.
Penalti.
Hadiah.
Itu adalah kumpulan kata yang tak jelas.
“Hanya apa yang membantu dalam pertumbuhan, dan apa manfaatnya?”
Dia merasa sulit untuk menerapkan kata-kata yang sering ia lihat di video game sebelumnya.
Mengabaikan makna kata-kata untuk saat ini, dia pergi ke pesan berikutnya.
[Quest Harian: ‘Persiapan Menjadi Kuat’ tersedia. (Belum Dibaca)]
*Gulp.*
Jin Woo menelan ludah, setelah membaca judul pesan yang mencurigakan itu.
Detak jantungnya meningkat.
‘Buka.’
*Ding!*
[Quest Harian: ‘Persiapan Menjadi Kuat’
(Belum Tercapai) 100 kali Push-up (0/100)
(Belum Tercapai) 100 kali Sit-up (0/100)
(Belum Tercapai) 100 kali Squat (0/100)
(Belum Tercapai) Berlari 10 kilometer (0/10km)
Peringatan : Gagal menyelesaikan Quest Harian akan menghasilkan Penalti]
Jin Woo mengerang, setelah mengkonfirmasi pesan itu.
“Huh… apa ini …”
Quest Harian.
Selain itu, ‘persiapan untuk menjadi kuat’.
Dia mengharapkan lebih dari sekedar latihan sederhana, dengan judul seperti itu.
Setidaknya, sudah pasti jika dia menyelesaikan latihan dalam Quest ini, tubuhnya mungkin akan sedikit membaik.
Apakah ini pertumbuhan dan hadiah yang dibicarakan oleh Sistem sebelumnya?
“Sekarang, jika aku memikirkannya …”
Dia ingat pernah membaca “mereka yang memiliki masalah batin, harus mendengarkan suara batin mereka” dalam beberapa buku sebelumnya.
“Aku rasa baru saja berhalusinasi dengan apa yang dikatakan tubuhku.”
Keinginannya untuk menjadi lebih kuat pasti terlalu kuat, hingga dia sekarang melihat layar yang tak masuk akal ini di udara.
Lebih dari betapa menggelikannya itu, ia kecewa.
“Jika kamu bisa menjadi kuat dengan ini, siapa yang tak akan melakukannya.”
Dia menggelengkan kepalanya dengan tak percaya. Dia merasa sedih dengan harapan, jika dia akan menemukan semua jawaban dalam pesan-pesan ini.
“Eh, aku tak peduli.”
Jin Woo pergi untuk berbaring di tempat tidur. Dia lalu menatap langit-langit.
“…..”
Meskipun dia tak melakukan sesuatu yang khusus, waktu berlalu dengan cepat.
Ketika dia mulai merasakan kesunyian di seluruh rumah sakit, dia tiba-tiba duduk.
‘Tetap saja…’
‘Bagaimana jika ini memang membawa perubahan?’
Separuh dalam antisipasi, setengah dalam kecurigaan,pikiran tentang ‘haruskah aku mencobanya’ muncul di kepalanya.
“Lagipula, itu tak akan menyakitkan.”
Bagaimana jika dia dengan ringan mencoba salah satu gerakan?
Setelah beberapa pemikiran, dia membuat keputusan untuk mencobanya.
Peregangan ringan untuk tubuh, setelah turun dari ranjang. Dia berusaha melakukan push-up setengah hati.
Dia berdiri di sudut dan push-up di samping ranjang.
“1, 2, 3 …”
Mulai dari angka 1, dia dengan cepat menghitung.
“… 97, 98, 99, 100.”
Menyelesaikan apa yang ia mulai, dia mencapai push-up ke-100.
Bertentangan dengan harapannya, sepertinya tak ada yang berubah. Kecuali lengannya yang agak sakit.
“Jadi, sekarang apa …”
Dia berdiri dengan senyum di wajahnya.
[Selamat datang untuk menjadi ‘Player’. (Dibaca)]
[Quest Harian: ‘Persiapan Menjadi Kuat’ tersedia. (Dibaca)]
Pesan yang sebelumnya ‘belum dibaca’ telah menjadi ‘dibaca’.
Kata-kata yang memberitahunya, jika dia memiliki pesan yang belum dibaca telah menghilang. Tapi dia tak lagi memiliki niat untuk terus mengikuti khayalannya ini.
Dia merasa sudah melakukan cukup banyak. Tanpa penyesalan, dia menutup jendela pesan. Dengan menguap, dia kembali ke tempat tidurnya.
Menanggapi bergerak setelah sekian lama, dia mulai merasa mengantuk.
Jendela di kamar, bersinar oranye dari matahari terbenam.
“Apakah sudah selarut ini?”
Pria dari Departemen Pengawasan Hunter menjelaskan sebelumnya, jika tagihan rumah sakitnya akan ditanggung oleh Asosiasi.
Dengan pemikiran itu, Jin Woo tak terburu-buru untuk pergi.
“Mungkin aku akan meminta rumah sakit melakukan beberapa tes. Untuk memastikan, jika aku benar-benar sehat.”
Dia berpikir seperti itu, ketika dia berbaring di tempat tidur.
“Aku yakin halusinasi itu akan hilang, setelah beberapa waktu.”
Kelopak matanya perlahan tertutup.
Segera, dia jatuh tertidur lelap.
Tick tick tick
Saat dia tidur, jam di dinding hadapannya terus berdetak.
Seiring waktu berlalu, jam akhirnya menunjuk ke 11:59:57.
tick
58.
tick
59.
tick
60.
Jam menunjuk tepat ke 12:00:00.
*Ding!*
[Anda gagal menyelesaikan Quest Harian. Anda akan dipindahkan ke ‘Zona Penalti’ selama durasi yang ditentukan]
***
Shake!
Jin Woo membuka matanya, karena getaran yang mengguncang seluruh tubuhnya.
“Gempa bumi?!”
Dia melompat dan memegang pinggiran kaki ranjangnya. Getaran itu begitu kuat, sehingga dia merasa sulit untuk bertahan.
Shake!
Tapi dengan berlalunya setiap detik, getarannya menjadi lebih buruk. Tiba-tiba,
*Psssh *
Tempat tidur yang dipegangnya dengan seluruh hidupnya patah. Tidak, itu menghilang dari tangannya.
Dia memeriksa tangannya,tak ada tanda-tanda dari ranjangnya.
Sebaliknya, ada pasir di telapak tangannya.
‘Pasir?’
*Psssh *
Sisa-sisa ranjang sudah berubah menjadi pasir, dan getarannya menjadi semakin kuat.
Shake!
“Uwaaak!”
Tak dapat bertahan, dia akhirnya terlempar dari tempat tidur. Jin Woo menjerit, saat dia melompat-lompat di kamarnya.
Satu per satu, semua perabot dan barang di kamarnya berubah menjadi pasir.
“Uwaaaaaaah!”
Jatuh!
Jin Woo tiba-tiba menemukan dirinya tertanam di dalam sesuatu. Ujung jarinya merasakan kelembutan pasir di sekitarnya. Dan Gempa bumi telah berhenti.
*Bah…*
Saat dia meludahkan pasir yang masuk ke mulutnya, dia mengangkat kepalanya.
“…?”
Dia menemukan dirinya di tengah padang pasir yang luas. Menepuk pasir dari tubuhnya, dia berdiri dan melihat sekeliling.
Di setiap arah, dia hanya bisa melihat bidang pasir yang tak berujung, membentang ke cakrawala.
“Padang pasir?”
Tak ada penjelasan logis untuk ini. Beberapa saat yang lalu, dia sedang beristirahat di ranjang rumah sakit di tengah Seoul.
Dia meraih segenggam pasir dan membiarkannya jatuh. Pasir jatuh dalam garis lurus ke tanah.
“Tak ada angin.”
Bukan hanya angin, saat dia melihat ke atas tak ada matahari,bulan, atau bintang.
Langit kosong, seperti tinta warna hitam yang tumpah di atas kanvas.
Bahkan lebih aneh lagi, meskipun tak ada sumber cahaya yang terlihat, ia tak kesulitan melihat sekelilingnya.
“Aku ada di mana?”
Post a Comment for "SL_009"
comment guys. haha