Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SL_010

SL_010

Bab 10

Karena panik, Jin Woo mencoba memahami situasi,

Tiba-tiba, dia mendengar suara pasir bergeser.

*Pssssh*

Pasir di tanah di sebelahnya tenggelam ke tanah.

“Uh,uh oh!”

Menggunakan semua kekuatannya, Jin Woo berjuang untuk tak tersedot ke pusaran pasir.

Saat area cekung menjadi lebih luas, Jin Woo nyaris lolos dari lubang itu dengan menggunakan kedua tangannya.

 “Pant,pant.”

Ketika dia duduk terengah-engah, dia melihat ke lubang yang baru dibuat di tanah. Pasir di titik terendah lubang itu bergerak dengan aneh.

Jin Woo merinding, ketika dia menyadari satu kesalahan langkah akan mengakibatkan dia jatuh ke dalam lubang itu.

 “Tunggu…”

Matanya menyipit.

 “Itu tak begerak.”

Melihat lebih dekat, dia menyadari sesuatu yang besar menggeliat di bawah pasir. Jin Woo berdiri secara naluriah.

Sesuatu terasa tak benar.

Mengonfirmasi kecurigaannya, pilar pasir melonjak dari lubang, saat dia berjalan mundur.

*Syaaaah!*

Terdengar seperti air terjun, pasir jatuh di sekelilingnya, mengungkapkan apa yang muncul dari lubangnya.

Mata Jin Woo melebar.

“S-serangga?”

Seekor kelabang raksasa telah muncul dari dalam pasir.

-Screeeech!

Bentuk monster yang terungkap sepenuhnya berdiri lebih tinggi dari bangunan 5 lantai.

Jin Woo menelan ludah.

 ‘Ini tak mungkin…’

Dan seperti itu, itu adalah hewan yang luar biasa besar. Dia belum pernah mendengar, jika ada kelabang sebesar ini sebelumnya. Tapi, bukan hanya kelabang yang mengejutkan Jin Woo.

 “Kenapa… kenapa ada nama yang mengambang di atas kepala mosnter itu?”

Apakah dia bermimpi?

Dia menutup matanya dan membukanya lagi.

Tak ada yang berubah.

Nama kelabang melayang di atas kepalanya, dalam warna merah.

Seperti monster dalam video game.

 ‘Poison-fanged Giant Sand Centipede.’

Di samping sosoknya yang aneh dan berbahaya, ada nama yang membuat seseorang berlari.

Terutama bagian “’Centipede/taring racun”.

Dua taring seukuran anak kecil, menarik perhatian Jin Woo. Sangat jelas dari namanya apa yang akan terjadi, jika dia ditusuk oleh mereka.

Jin Woo melihat mulut kelabang yang membuka dan menutup berulang kali, tanpa istirahat.

 “Sepertinya dia lapar.”

Pada saat itu, sebuah suara terdengar di kepalanya.

*Ding!*

 [Quest Penalty: Bertahan hidup

Target: Bertahan hingga waktu yang diperlukan

Waktu yang dibutuhkan: 4 Jam

Waktu yang tersisa: 4 Jam 0 Min 0 Dtk]

‘Kamu bercanda kan…?’

Tapi penghitung waktu itu, berkurang menjadi 3 Jam 59 Min 59 Dtk.

Kelabang mulai bergerak melintasi pasir seolah menunggu.

*Sliiiide*

 “Tunggu apa?!”

Jin Woo dengan cepat berbalik dan mulai berlari.

Tersandung, dia jatuh dan berguling-guling di tanah, dan dengan cepat mengibaskan pasir dari kepalanya.

Matanya melebar melihat pemandangan di depannya. Ada lebih banyak pilar pasir muncul di depannya.

Shaaaah

Shaaaah

Sebelum dia menyadarinya, tujuh kepala kelabang telah muncul dari tanah dan menatapnya.

Screch!

Screech!

Wajah Jin Woo memucat, saat dia mendengar jeritan mengerikan mereka.

“Sial…”

***



Tepat 4 jam kemudian, dia muncul kembali di kamar rumah sakit.

*Bug*

Berbaring di lantai kamarnya, dia terbatuk kesakitan.

“*Cough* *Cough* *Cough*”

Bagian dalam mulutnya kering. Matanya terkena pasir. Jin Woo tergeletak di tanah dan mengerang.

Dia bahkan tak memiliki kekuatan untuk menggerakkan satu jari pun.

“Hah… hah… apa… itu… tadi…?”

Sebuah jendela pesan baru muncul di depan Jin Woo yang terengah-engah.

*Ding!*

[Anda telah menyelesaikan ‘Penalti’]

Alisnya berkerut.

‘Penalti?’

Apakah dia melakukan sesuatu yang pantas dihukum?

Mencari dalam ingatannya, dia ingat ‘Quest Harian’ yang ia setengah hati menyerah pada itu.

 ‘Tak mungkin …’

Dia mengingat bagian dari Quest yang berbicara tentang menerima penalty, jika dia tak menyelesaikannya.

 “Hah… hah… maksudmu… itu… bukan… halusinasi…?”

Memang.

Itu bukan halusinasi, atau mimpi.

Tak perlu memeriksa dengan mencubit pipinya.

Rasa sakit berlari sampai nafasnya habis. Rasa sakit karena tergores oleh kaki kelabang. Dia merasakan semuanya, bahkan sampai sekarang.

Semua itu nyata.

Dia hampir menemui kematiannya di sana.

“Ini… terlalu… banyak… hah… hah…”

Berpikir jika sesuatu seperti hukuman akan melemparkannya ke dalam jurang kematian.

Pada saat yang sama, rasa takut menyapu dirinya.

Jika apa yang baru saja terjadi sekarang adalah karena Quest harian. Itu berarti jika semua ini belum berakhir.

Seolah diberi tanda, ada suara mekanis berdering.

*Ding!*

Awalnya ia kaget, pati dia bisa santai, saat menyadari itu bukan Quest lain.

[Hadiah untuk menyelesaikan Penalti telah tiba

Apakah Anda ingin membukanya? (Y / T)]

 ‘Hadiah?’

Kata ‘hadiah’ sebentar menarik perhatiannya. Sayangnya, Jin Woo tak memiliki kekuatan untuk peduli tentang apa pun saat ini. Itu adalah bukti betapa sulitnya Penalty ini.

 “Hadiah atau apa pun… Aku hanya ingin beristirahat untuk saat ini…”

Dan dengan itu, ia jatuh tertidur lelap.

***



“Oh tidak! Kenapa dia ada di lantai?! ”

Pagi berikutnya, perawat yang ditugaskan disambut dengan pemandangan mengejutkan, ketika dia memasuki ruangan.

Pasien berbaring di lantai, dan ada pasir yang tersebar di sana. Bahkan, pakaian pasien pun dipenuhi pasir.

Perawat melempar berkas perawatan ke tempat tidur, dan menekan tombol darurat.

 “Seseorang tolong datanglah membantuku!”

Segera, Dr. Joo Chiui tiba.

 “Apa ma… kenapa Tuan Sung ada di lantai?!”

“Aku tak yakin! Dia baik-baik saja sampai semalam! Aku baru menemukan dia seperti ini tadi… ”

“Mari kita membawanya ke tempat tidur. Satu. Dua!”

Keduanya meletakkan Jin Woo di tempat tidur.

Dalam gerakan kasar, grafik medis yang dilemparkan ke tempat tidur membuat beberapa lembar kertas kecil di punggung tangan Jin Woo. Tapi tak ada yang memperhatikan.

 “Sekarang,mari kita periksa dia.”

Dr. Joo Chiui memeriksa kondisi Jin Woo. Tapi tak menemukan kelainan.

 “Apa ini? Dia baru saja tidur. ”

Dia menghela nafas lega.

Asosiasi Hunter telah meminta perawatan khusus untuk pasien ini. Dia gelisah ketakutan, jika sesuatu telah terjadi padanya.

“Biarkan saja dia beristirahat. Dia sepertinya tertidur lelap.”

Setelah dia berbicara, Joo Chiui mulai pergi, ketika dia melihat pasir di kamar.

 “Er… Sepertinya kita harus membersihkan kamar ini sedikit. Noa Yura,aku akan menyerahkannya kepadamu.”

“Dimengerti, dok.”

Ketika dokter meninggalkan ruangan, perawat Choi Yura juga merasa lega. Untunglah tak ada hal buruk yang terjadi.

Bagaimanapun juga, tak ada dokter atau perawat yang ingin terjadi sesuatu kepada pasien mereka. Rumah sakit tempat ia bekerja, secara khusus didedikasikan untuk perawatan para Hunter.

Setelah melihat akhir yang buruk dari banyak Hunter sebelumnya, dia tak ingin melihat Hunter lain terluka di bawah pengawasannya.

 “Fiuh…”

Tenang, dia mulai mencari cara untuk membersihkan ruangan, ketika dia melihat sesuatu di tanah.

Itu setetes darah.

 “Ya ampun.”

Setetes darah telah jatuh dari tangan pasien yang membentang dari tempat tidur.

Terkejut, dia mencari luka di tangan Jin Woo dan mencarinya untuk diperiksa.

Berbalik ke belakang tangannya,

 “Ini adalah…?”

Dia melihat bekas darah segar, tapi tak ada bekas luka. Menyeka darahnya, dan ternyata tangan itu benar-benar bersih.

 “Apakah… apakah lukanya sembuh dalam sekejap?”

Dengan khawatir, Yura memandang wajah Jin Woo.

Dia tampak tidur tanpa peduli dengan dunia.



< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "SL_010"