SL_150

SL 150
Jalanan yang paling ramai di Seoul, jantungnya Korea. Itu terlihat
seperti ditutupi oleh bayangan gelap.
Di salah satu sudut jalan, terlihat seorang pria hendak
pergi ke rumah sakit besar. Dan untuk suatu alasan, dia terus melihat
sekelilingnya.
Alasannya adalah kaleng bekas yang ia bawa di tangannya.
Matanya yang biasanya murung, saat ini dipenuhi dengan kegembiraan.
“Kamu meremehkanku, ya?”
Dia sudah siap untuk mati. Dan setelah bertahun-tahun
mencari tempat, dia berhasil menemukan tempat yang cocok.
Berhenti di koridor rumah sakit yang sepi, dia mulai dengan
hati-hati melemparkan bensin yang ia bawa.
“Apa kamu pikir, aku akan mati sendirian?”
Seminggu yang lalu.
Berjuang sambil berada di bawah pengaruh alkohol, dia
bertengkar dengan seorang pejalan kaki tanpa alasan yang jelas, dan dia
berakhir dipukuli.
Hasilnya, dia harus pergi rumah sakit.
Dan segera setelah dia sadar, dia memberi tahu dokter yang
merawatnya.
‘Aku tak bisa membayar
biayanya. Jadi, biarkan aku pergi saja.’
Kemudian,
Dia melihat.
Mata dokter yang menatapnya seolah-olah, jika dia orang yang
sangat menyedihkan.
“Dokter?”
Berkat itu, dia tak mengingat wajah dokter dengan baik. Tapi
setelah beberapa hari, dia masih tak bisa melupakan tatapannya.
Jadi, dia bersumpah. Dia akan membalas dendam. Itu sebabnya,
hari ini dia kembali ke rumah sakit tempat dia dirawat sebelumnya.
Dia tak pernah bermaksud untuk hidup lebih lama.
Setelah menuangkan bensin ke seluruh rumah sakit, dia
menuangkan sisa minyak terakhir ke kepalanya.
“Kita semua akan mati bersama-sama.”
Suaranya sangat dalam, dan dipenuhi dengan kedengkian.
Tentu saja, ini adalah rumah sakit besar. Jadi, dia tak akan
bisa membakar seluruh tempat dengan caranya yang terkesan biasa. Tapi, dia
masih bisa merusak beberapa bagian dari rumah sakit itu.
Dia juga berharap akan ada seorang dokter yang menjadi
korban. Kalau tidak, dia akan mati dalam penyesalan.
Lagi pula, dia tak punya niat untuk menghilang dengan
diam-diam, seperti orang lain yang mempertaruhkan uang mereka dalam hal bodoh.
Dia melemparkan kaleng bensin kosong ke lantai, dan
mengeluarkan korek api dari sakunya.
Hanya dengan memutar roda besi dengan ibu jarinya, adalah
pertanda dari akhir kehidupannya yang mengerikan ini.
“….”
Dia lalu menguatkan ibu jarinya dengan wajah kosong.
Tapi kemudian, angin dingin menyapu.
‘Angin?’
Pria itu melihat sekeliling dengan heran.
Bagaimana bisa, angin bertiup di koridor tanpa jendela?
‘Apa itu?’
Pria itu melihat sekeliling dan melihat ke arah tangannya, yang
entah kenapa terasa kosong.
Korek api yang dipegangnya, tiba-tiba hilang.
‘…..!’
‘Apa?’
Pria itu melihat ke lantai untuk memastikan apakah dia
menjatuhkannya tanpa sadar atau tidak, tapi itu tidaklah berguna.
Di mana itu…
Dia lalu mendongak dengan heran, dan melihat sesuatu yang
besar dan hitam sedang berdiri di hadapannya.
Itu adalah serangga yang memiliki tangan dan kaki.
Tepat sebelum pria yang ketakutan itu bisa berteriak. Serangga
itu menyergap dan menutup mulutnya.
“Ugh!”
Kick,
Serangga tiu lalu mengangkat tangan kirinya, dan
menempelkannya ke mulut pria itu.
“Sh…”
“Kamu tak boleh membuat keributan.”
“Ada wanita manusia di kamar rumah sakit terdekat, yang
diminta raja untuk aku lindungi.”
Pria itu berjuang, tapi dia bahkan tak bisa menggerakkan
ujung jarinya sekalipun.
“Eup!”
Ketika pria itu menatapnya dengan mata besar, ‘Ber’ membuka
mulutnya selebar mungkin.
* * *
Mengapa harus level
101?
Dalam perjalanan pulang, Jin Woo memikirkan kembali
Skill-nya, yang tiba-tiba naik level hari ini. Sementara dia berpikir,tangannya
yang memegang kemudi, bergerak dengan lembut mengatur laju kendaraannya.
“Kenapa tak di level
100 saja?”
Jika ada yang akan berubah, Jin Woo pikir itu pasti akan
terjadi, saat dia mencapai level 100.
Tapi pemikirannya ternyata salah besar. Semua Skill Class-specific-nya
baru saja naik, setelah dia mencapai level 101.
Ada banyak spekulasi yang bisa Jin Woo pikirkan, tapi ada
dua kemungkinan yang paling menonjol sekarang.
Yang pertama adalah karena makna angka 1.
1 berarti awal.
‘Jadi, ketika level keseluruhan
naik ke level 101. Batasan level skill pasti akan ditingkatkan, dan apa mereka
bisa naik level?’
‘Jika tidak…’
Wajah Jin Woo mengeras.
Secara pribadi, Jin Woo berharap semuanya tak berjalan
seperti ini. Karena dia baru saja menerima Class, saat ia mencapai level 51 …
Dan besar kemungkinan, jika level skillnya memang baru akan
naik, setelah ia menerobos 50 level keatas.
‘Tapi, jika seperti
ini…’
Level-up berikutnya mungkin akan terjadi di level 151.
“Tidak.”
Mempertimbangkan kecepatan naik level miliknya baru-baru ini.
Jin Woo berharap, jika gagasannya kali ini hanya akan muncul sebagai pendapat
saja.
Segera, gedung Kantor Guild mulai terlihat. Jin Woo lalu
pergi ke tempat parkir bawah tanah.
Jin Woo saat ini sendirian di mobilnya.
Sebelumnya, Yoo Jin Ho berkata,
“Aku akan membereskan barang-barang di sini, dan kembali secepat
mungkin”,
Dan dia akhirnya terus berada di sekitar Gate.
Raid-nya memang sudah selesai. Tapi Jin Ho mungkin harus
melakukan tugasnya, dengan menyerahkan piala yang ia peroleh dari Dungeon,
kepada para penadah.
Jin Ho tampaknya ingin mengambil tanggung jawab untuk
seluruh urusan bisnis. Sesuai dengan yang ia katakan sebelumnya.
“Serahkan padaku, hyung-nim!”
Suara Jin Ho yang penuh percaya diri, masih jelas terngiang
dia telinga Jin Woo.
“Apa kamu benar-benar bisa melakukannya dengan baik?”
Memang hal yang baik, jika seorang wakil Guildmaster itu
memiliki antusias. Tapi bukankah seharusnya dia juga mempekerjakan staf
profesional?
Jin Woo segera meninggalkan tempat parker, sambil berpikir
jika dia akan mempekerjakan lebih banyak pekerja lagi nanti.
Tapi…
‘Hmm?’
Dia melihat wajah yang akrab baginya, sedang mendekati
gedung dari kejauhan. Seseorang dengan wajah yang akrab kemudian melihat Jin
Woo.
“Ah…”
Orang itu lalu berhenti.
Cha Haein perlahan mundur, kaget, lalu berbalik, dan mulai
melarikan diri.
‘Hah?’
Jin Woo yang melihat itu benar-benar terpana dan heran.
“Apa kamu pikir, kamu bisa melarikan diri dariku?”
‘Memangnya dia pikir
aku ini siapa?’
Pikir Jin Woo.
Jin Woo yang baru saja berjalan beberapa langkah dari
mobilnya, melompat maju menggunakan Skill Sprint-nya. Lingkungan sekitarnya
langsung melintas dengan gerakan lambat.
Lalu, jarak antara Jin Woo dengan Cha Haein dengan cepat
berkurang.
‘Dia bisa terluka, jika
aku menangkap atau menyentuhnya dari belakang.’
Setelah memikirkan itu.
Jin Woo lalu melompat ringan dan berbalik di udara dan
mendarat dihadapan Cha Haein.
‘…..!’
Mata Cha Haein yang melihat Jin Woo muncul di hadapannya,
menjadi besar.
Akhirnya, Cha Haein yang rute pelariannya sudah diblokir
dari kedua sisi, dengan mudah ditangkap oleh Jin Woo.
“Hah!”
Dengan cara ini, perburuan antar Hunter S-Rank pun berakhir.
Cha Haein ditangkap oleh Jin Woo, dan dia tak bisa
mengalihkan pandangannya. Jin Woo yang menatapnya dengan mata curiga, lalu
bertanya dengan tenang.
“Kenapa kamu lari setelah melihat seseorang?”
“…..”
“Tidak. Aku tak melakukan itu. Tadi hanya latihanku untuk
melarikan diri saja.”
“Kalau begitu, mengapa kamu datang ke kantorku?”
Jika Jin Woo benar-benar ingin menghindarinya, dia tak akan
berada di dekatnya saat ini. Ketika Jin Woo terus bertanya, Cha Haein menjawab
dengan suara kecil.
“Mobil… di tempat parkir.”
‘Oh!!’
Jawaban Cha Haein membuat Jin Woo teringat sesuatu.
Hari itu.
Ketika dia datang ke Guild. Dia pergi ke tempat parkir, dan
tak memakai mobilnya. Karena Jin Woo membawanya pergi langsung dari kantor
Guild ke Gym milik asosiasi, menggunakan Shadow Exchange.
‘Aku rasa, dia mencoba
menyelinap masuk hari ini, ketika mendengar Guildku sedang melakukan Raid.’
Tapi sepertinya, Cha Haein tak akan menyangka, jika Gate A-Rank
akan berakhir hanya dalam dua jam.
Akibatnya, dia bertemu Jin Woo dan berusaha melarikan diri, tapi
malah tertangkap.
“……”
Ketika Jin Woo menatapnya diam-diam, Cha Haein menundukkan
kepalanya. Jin Woo lalu menghela nafas lega.
“Kamu tak harus lari seperti itu.”
Jin Woo kemudian tertawa dan berkata.
“Segalanya bisa berubah.”
‘Apakah mungkin itu untuk
membuat kesan baru, terhadap orang yang kamu abaikan sebelumnya?’
‘Bahkan walau kamu
harus saling mengabaikan, karena tak nyaman.’
“…..”
Tapi Cha Haein tak menjawab, dan bahkan tak mengangkat
kepalanya.
‘Dia tak ingin bicara?’
‘Apa dia marah?’
“Ya sudah.”
Jin Woo lalu mengucapkan selamat tinggal dan berbalik.
Tapi tepat sebelum Jin Woo berbalik, Cha Haein dengan cepat
meraih ujung lengan bajunya.
“Bisakah...”
“….?”
Ketika Cha Haein muncul dalam ekspresi yang seakan ingin
menyankan empat atau lima pertanyaan. Dia menjadi ragu-ragu dan berusaha keras untuk
menggerakkan bibirnya.
“Bisakah kamu memberiku waktu sebentar?”
‘Pertama kamu ingin
lari, dan sekarang kamu ingin aku memberimu waktu?’
Cha Haein lalu bergegas, mengetahui jika Jin Woo mulai
merasakan rasa malunya.
“Sebenarnya, ada sesuatu yang harus aku beritahukan padamu.
Dan itu pesan dari Hunter Min Byungggu.”
Ekspresi langsung Jin Woo berubah, ketika nama yang tak
terduga olehnya keluar.
“Untukku?”
Dengan anggukan, Cha Haein menggerakkan kepalanya ke atas
dan ke bawah.
“Ada sesuatu yang harus aku sampaikan, tentang kemampuan
Hunter Sung Jin Woo …”
Tidak mungkin.
Jin Woo tak punya hubungan dengan Hunter Min Byunggu. Dan
pertemuan pertama dan terakhir mereka, adalah saat Jin Woo menghidupkannya
kembali dan mengubahnya menjadi Shadow Army.
Hunter Min Byunggu lalu menyelesaikan tugas dengan
mengagumkan, dan menyelamatkan nyawa Cha Haein. Lalu, selesai.
‘Terima kasih untuknya,
karena aku masih bisa berbicara seperti ini bersama Cha Haein.’
‘Lalu…’
‘Kapan keduanya punya
kesempatan untuk berbicara?’
‘Itu tak mungkin.’
Ketika Jin Woo memberikan pandangan yang luar biasa,Cha
Haein perlahan berbicara.
“Kekuatan Hunter Sung
Jin Woo …”
Jin Woo kemudian menghentikan Cha Haein segera.
“Tunggu sebentar.”
Entah itu nyata atau palsu, Jin Woo pikir sepertinya tak layak,
jika mereka berdua berdiri di pinggir jalan seperti ini.
Jin Woo lalu berkata, sambil melihat sekelilingnya,
“Ayo pergi ke tempat yang sepi, dan kita lanjutkan
oboralnnya di sana.”
* * *
Ketua Yoo Myunghan menerima laporan yang Kim kumpulkan.
“Ini?”
“Ini adalah data yang aku dapatkan dari Rumah Sakit Ilshin
di Seoul.”
Itu adalah rumah sakit, di mana ibu Hunter Sung Jin Woo
dirawat, selama ia mengidap Eternal Sleep.
Mata Yoo Myunghan yang membacara laporan secara perlahan,
lalu berubah tajam. Dan dia terus membaca dokumen itu tanpa bicara.
“Perawat datang di pagi hari, dan saat itu ibunya sudah terbangun?
Dan Hunter Sung Jin Woo juga ada di sebelahnya.”
Ada hal aneh lagi dari laporan itu. Meskipun rumah sakit
menyarankan pemeriksaan menyeluruh mengingat kondisi Ibunya yang sudah tertidur
cukup lama. Sung Jin Woo benar-benar menolak dan memaksan agar Ibunya bisa
dipulangkan dengan cepat.
Ketua Yoo Myunghan yang masih memegang laporan,
menggelengkan kepalanya.
Hunter Sung Jin Woo begitu berbakti, hingga nekat
mempertaruhkan nyawanya untuk membayar tagihan rumah sakit ibunya.
Tapi,
‘Apakah dia secara
sepihak menuntut, agar dia pergi tanpa mengetahui kondisi ibunya?’
Sebaliknya.
‘Apa ini berarti
Hunter Sung Jin Woo sudah yakin dengan kondisi ibunya?’
‘Tapi, bagaimana
caranya?’
Kerutan berangsur-angsur tumbuh di dahi Ketua, saat membaca
laporan dari Rumah Sakit itu. Segala sesuatu tentang Sung Jin Woo adalah sebuah
misteri.
Double Dungeon, Kebangkitan Keuda yang tiba-tiba, dan
kesembuhan ibunya.
‘Dan tentu saja,
kemampuannya yang tak diketahui untuk bisa summon mahluk yang tak terhitung
jumlahnya … ‘
Jika peluang berlanjut, itu tak bisa dihindari. Ada sesuatu
yang ia sembunyikan. Itu sudah jelas.
Itulah yang dikatakan akal sehat Yoo Myunghan.
Yoo Myunghan lalu memfokuskan pikirannya.
“Aku harus melihatnya sendiri.”
“Aku akan mengirim seseorang hari ini.”
“Itu tak perlu.”
Kim lalu bertanya dengan heran.
“Maksudmu, Anda akan
pergi sendiri?”
“Kamu pikir aku akan bertemu siapa?”
“…..”
Kim terdiam ketika mendengarnya.
Kemudian,
Beep…
Ponsel Kim bergetar.
Ketua Yoo Myung-Han, lalu berkata.
“Tak masalah.”
Kim yang membungkuk sebentar, segera memeriksa ponselnya. Dan
itu adalah berita terbaru.
“Ketua.”
Ketua Yoo Myunghan mendongak atas panggilan Kim.
“Apakah Anda ingin
melihat berita terbaru dari Jepang?”
Kim bukanlah hal yang bertele-tele, jadi dia akan selalu
mengucapkan inti permasalahannya.
Jika Kim berkata, ‘Apa Anda ingin melihat berita terbaru?,’
Itu sama saja dengan Kim yang mengatakan jika, ‘Anda harus
melihatnya.’
Nod..
Yoo Myunghan mengganggukan kepalanya, dan Kim menyalakan TV
besar di dinding ruangan, seolah-olah dia telah menunggu jawaban ketua.
[Ya, saya koresponden khusus Park Sung Woo. Anda saat ini
sedang melihat …]
Kemudian, gambar area pusat kota Jepang yang paling populer
muncul langsung di layar.
* * *
Jepang, Tokyo, wilayah Shinjuku.
Ini bukanlah hanya sebuah metafora.
Mobil, sepeda, orang-orang yang berada di jalanan. Semuanya
berhenti bergerak untuk menatap sebuah bayangan hitam di langit.
Tuk..
Seorang pria turun dari mobilnya yang berhenti. Jalan tak
bergerak sama sekali, tapi tak ada yang menekan klakson atau meneriaki
seseorang. Dan seolah-olah mereka terhipnotis secara bersamaan.
Mata mereka semua di fokus dalam satu tempat.
“Tuhanku…”
“Tuhanku.”
Sebuah Gate yang cukup besar, saat ini muncul di langit. Dan
orang-orang terkejut melihat Gate dengan ukuran yang tak biasa itu. Gate yang
muncul itu memiliki ukuran yang sama dengan gedung pencakar langit.
“…..”
“…..”
Jalan-jalan penuh sesak, saat ini secara perlahan-lahan
terkikis oleh keheningan yang sangat tak nyaman.
* * *
Suasana tempat tinggal resmi perdana menteri juga tak biasa.
Bang!
Perdana menteri yang tak bisa menahan amarahnya, melempar
remote control dan menendang TV yang mengirimkan berita.
“Perdana Menteri!”
Para ajudan langsung melompat berdiri, tapi duduk kembali
tanpa mengatakan apa pun. Karena ada tatapan tajam Perdana Menteri.
“Mengapa Asosiasi Hunter masih tetap diam?”
Shigeo Matsumoto, Presiden Asosiasi Hunter Jepang yang
sebelumnya tergesa-gesa saat mengunjungi Korea, menundukkan kepalanya tanpa
daya.
Wajah Perdana Menteri lalu mengeras.
“Persetan.”
“Itu telah muncul di pusat Tokyo. Dan asosiasi yang
seharusnya bertanggung jawab, malah diam!”
“Ada Gate S-Rank di tengah pusat kota Tokyo. Dan sepertinya,
tak ada tindakan dari asosiasi, yang bertanggung jawab untuk itu.”
Perdana Menteri meraung dengan marah.
Tapi semua orang di dalam sama kuatnya, seperti saat mereka
membuat kesepakatan sebelumnya.
Perdana menteri yang mengerutkan kening dan berduka,
seolah-olah dia telah membawa semua kesedihan dunia ke dirinya sendiri. Lalu,
dia kembali duduk di kursinya.
“Katakan yang sebenarnya, Presiden Asosiasi!”
Jari-jarinya Perdana Menteri menunjuk ke layar TV yang
retak.
“Apa yang terjadi saat itu menjadi Dungeon Break.”
“Semuanya akan berakhir.”
‘Ya Tuhan.’
Perdana Menteri menutupi kepalanya dan bergumam,
“Yah, apakah hanya Tokyo yang akan dihancurkan?”
“Tidak pak.”
“…..”
Ketika Perdana Menteri mengangkat kepalanya, Presiden
asosiasi Matsumoto berbicara dengan suara tanpa emosi.
“Maksudku, ini sudah berakhir untuk Jepang secara
keseluruhan.”
Post a Comment for "SL_150"
comment guys. haha