Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SL_170

gambar


SL 170

“Hunter Sung Jin Woo.”
Para Hunter dunia mendengar suara Presiden Go Gunhee dengan jelas. Seseorang melalui berita, seseorang melalui kontak mereka, dan seseorang mendengarnya melalui situs berbagi video.
Respons mereka konsisten.
- Jepang saat ini?
- Apa yang dia pikirkan?
Para Hunter heran dan terpana. Sulit membayangkan, berapa banyak pemerintah Jepang akan membayar, jika dia bisa menyelesaikan masalah mendesak yang melekat pada Jepang sekarang.
Tapi, suatu negara biasanya akan menolak untuk mengeluarkan seorang Hunter top mereka saat kejadian seperti ini terjadi.
Semua karena mereka mendapatkan pelajaran dari insiden ‘Karmish’ yang muncul dari Gate S-Rank di Amerika, yang mana juga mengubah sistem Hunter dunia.
Situasinya sama seperti, di mana seseorang ingin pergi, tapi tidak bisa pergi. Tapi siapa yang bisa keluar dari situ?
 “Ini gila.”
Hunter S-Rank kewarganegaraan Amerika yang mulai berkumpul di hotel-hotel terbaik di Maryland, juga mendengar tentang Korea.
Banyak dari mereka adalah mereka yang telah dibantu oleh kekuatan Madam Selner, sang ‘Upgrading’. Dan itu adalah kelompok kekuatan terbaik di dunia.
Saat ini mereka menertawakan Hunter yang ceroboh dari sebuah negara kecil di Asia.
“Sepertinya seseorang baru saja merasa sombong dengan kekuatannya.”
“Apakah dia melihat serangga dan raksasa itu sebagai hal yang sama?”
“Hunter ini terlalu percaya diri dengan kekuatannya, dia pasti 100 persen mati. Ironis.”
Mereka juga melihat penampilan brilian Jin Woo di Pulau Jeju. Kekuatan ‘Sung Jin Woo’ jelas kuat. Tapi raksasa itu berbeda.
Kemampuannya untuk memanggil banyak summon tak akan bekerja pada Raksasa. Bahkan jika dia kuat, apakah dia mampu sendirian membersihkan Gate S-Rank?
Dan gerakan aneh dari bos kelas raksasa yang menghancurkan lingkaran sihir pertahanan Yuri Orlov. Itu jelas gerakan monster yang kuat dan seperti binatang buas.
Ukuran, kecepatan, dan kelincahan itu.
Bagaimana bisa seorang Hunter mengalahkan monster itu?
Hunter yang berkumpul, lalu membuat taruhan sebagai lelucon.
“Aku akan bertaruh dengan yacht-ku, jika dia akan mati.”
“Aku akan bertaruh rumahku dalam dua hari.”
“Lalu aku…”
Kemudian,
 “Aku juga akan bertaruh.”
Thomas Andre yang makan dengan tenang di sudut ruangan, meletakkan piring di mesin cuci piring, dan berkata,
“Dia adalah salah satu Hunter yang sangat kuat.”
Memang, banyak orang kuat telah muncul sejak penaklukan ‘Karmish’, tapi mereka belum melampaui para Hunter yang selamat dari bencana terburuk dalam sejarah manusia itu.
Andre tertawa dan semua orang berhenti bicara.
“Aku akan bertaruh Gedung Scavenger, jika dia bisa selamat.”
Dia melirik para Hunter dari kacamata hitamnya, dan lalu meninggalkan restoran.
“..….”
“……”
Setelah dia pergi, keheningan yang tak nyaman muncul di antara para Hunter. Salah satu Hunter yang memecah kesunyian, mengerutkan keningnya.
“Dia benar-benar seseorang yang merusak suasana.”
“Aku tak tahu apa yang dilakukan orang aneh itu. Lagipula, aku juga tak peduli.”
“Ya, tak peduli seberapa kuat Hunter Korea itu, sangat tak mungkin untuk menghentikan raksasa S-Rank sendirian.”
Hunter yang mendengarkan dengan tenang, lalu berkata:

“Bukankah dia bilang dia akan pergi dengan seseorang, tak sendirian.”
‘Betul. Tak peduli seberapa gilanya kamu,kamu tak akan pergi ke neraka itu sendirian.’
Para Hunter lalu mengangguk.
“S-Rank bodoh mana yang akan mengikutinya?”
“Bukan S-Rank.”
Medengar itu, para Hunter saling memandang.
Kamu tak bisa membawa Hunter di bawah S-Rank, untuk melawan monster S-Rank!
‘Apa yang dia lakukan?’
 “Apa dia membawa Healer A-Rank?”
“Tidak, aku dengar dia pergi dengan Tanker D-Rank bernama Yoo Jin Ho.”
Ketiga Hunter kehilangan kata-kata, dan mereka menjadi sangat diam.
‘Hunter bernama Sung Jin Woo ini, dia lebih gila dari orang yang gila.’
‘Apa yang bisa dilakukan peringkat bawah itu, apa dia memiliki kemampuan rahasia?’
Lalu, Ucapan Thomas Andre yang mungkin bukan kebetulan mendukung Sung Jin Woo melewati kepala ketiga Hunter yang berkumpul itu.
***

 Bandara Internasional Incheon.
“Oh, tunggu sebentar. Aku bisa melewatinya.”
Yoo Jin Ho berjalan keluar dari kerumunan yang terlihat seperti awan dan berjalan keluar, setelah mengerahkan banyak kekuatan.
Dia memiliki kacamata hitam besar menutupi wajahnya, dan dua kantong peralatan di kedua tangannya.
Ekspresinya sudah cukup untuk mengalahkan bintang film.
“Aku akan mengikutimu..”
Jin Woo diam-diam mengikuti jalan yang dibuat oleh Jin Ho.
Klik! Klik! Klik! Klik!
Para wartawan sangat menantikan Jin Woo, sehingga setelah mereka melihat kemunculannya. Para wartawan menghujani Jin Woo dengan hujan kilatan cahaya.
Tak seperti Jin Ho yang bersemangat, Jin Woo lebih tenang sepanjang hari.
Ketika mendengar jika Jin Woo akan datang ke Jepang, Jepang mengirimkan pesawat pribadi untuknya.
Tentu saja, semua prosedur imigrasi dihilangkan dengan rapi. Tepat sebelum penerbangan. Jin Woo menemukan wajah yang akrab baginya.
Dan itu adalah Presiden asosiasi dan Woo Jincheol.
Tiga orang itu, bertukar pandang dengan ringan, dan berdiri saling berdekatan. Bandara itu berisik, tapi mereka bertiga sudah seperti keluarga.
Go Gunhee berkata dengan wajah sedih.
“Aku merasa, seperti akan menangis saat ini.”
Jin Woo adalah kekuatan terkuat dari Hunter Korea. Dan dia tak ingin membiarkan kekuatan itu pergi.
Singkatnya, dia tak tahu apa yang akan terjadi pada Korea, sementara Jin Woo pergi. Tapi tekad Jin Woo sudah bulat.
“Maaf, aku ingin pergi,”
Jin Woo ingin membunuh raksasa, menaikkan level, dan meningkatkan jumlah Shadow Army-nya. Jadi, Jin Woo meminta Jepang untuk menyerahkan semua hak dari monster. Dan Jepang menyambut permintaan itu dengan tangan terbuka.
Go Gunhee lalu tertawa.
“Apa karena ada monsnter di sana?”
Jin Woo tersenyum.
“Aku ingin bertarung dengan monster.”
“Jika itu yang diinginkan olehmu, maka itu tak bisa dihindari,”
Go Gunhee mengulurkan tangannya, dan Jin Woo meraih tangannya. Sementara kedua tangan bergerak naik dan turun, Go Gunhee memberikan salam yang tulus.
“Tolong kembalilah dengan selamat.”
Klik! Klik! Klik! Klik!
Dua orang yang berjabat tangan itu, lalu diabadikan dalam ratusan lensa kamera.
***

 Berita jika Jin Woo akan datang, menjadi pelita harapan bagi para warga Jepang yang sudah putus asa. Beberapa stasiun yang tersisa telah memutar video, terkait dengan Jin Woo setelah pernyataan itu.
Orang-orang menaruh tali harapan mereka, setelah mengingat apa yang sudah dilakukan Jin Woo.
Ketika monster semut S-Rank tersapu,mereka senang.
Orang-orang yang tak tertarik dengan operasi kerjasama Korea-Jepang, bahkan mulai tergerak oleh kedatangan Jin Woo.
Semakin mereka mendengar jika raksasa semakin cepat bergerak ke selatan, semakin besar juga keinginan mereka tumbuh.
“Hunter Sung Jin Woo tiba di Jepang.”
Seorang anak yang mendengarkan radio berteriak, dan wajah orang-orang menjadi cerah.
Tapi..
Tak semua orang menemukan harapan dalam hal itu. Saat ini gas dan listrik telah terputus, karena serangan Raksasa.
Jadi, satu-satunya harapan mereka adalah agar tim penyelamat segera tiba.
 “Aku dari Self-Defense Forces.”
Dua prajurit Self-Defense Forces/Pasukan pertahanan diri, memasuki klinik kecil yang dioperasikan oleh pasangan lansia.
Dokter tua dan perawat tua yang menunggu untuk diselamatkan sambil berdoa ke langit, menghela napas lega, ketika mereka melihat para prajurit. Tapi situasinya lebih buruk dari yang mereka kira.
Para prajurit menggelengkan kepala mereka.
“Kami tak punya ruang untuk membawa kalian semua, kita mungkin bisa membawa tiga atau empat yang terbaik.”
“Ya,” kata wanita tua itu.
“Tak mungkin… ada lebih dari sepuluh pasien di sini.”
Dokter menjawab seperti itu. Tapi Self-Defense Forces muda lalu mengangkat kaki mereka.
“Ini bukan saatnya bagimu untuk khawatir, ketika kamu akan mati! Raksasa sedang menuju kemari.”
Seorang pemuda dari Self-Defense Forces(SDF) yang berkeringat berkata dengan tegas. Masyarakat di sekitar sudah menyelesaikan pelarian mereka. Dan itu hanya masalah waktu sebelum para raksasa datang, karena mencium keberadaan mereka.
Dokter tua itu lalu mendongak dari lantai.
“Aku tak bisa meninggalkannya sendirian. Pada akhirnya, istriku dan aku telah berjanji untuk menjaganya.”
Suara dokter itu tegas.
Kedua pemuda itu memandangi dokter dengan mata terbuka, dan menatap radio tanpa mengatakan apa pun.
“Warga sipil menolak untuk dievakuasi, kami akan mundur.”
Kedua prajurit yang melapor, lalu bergegas keluar. Segera mobil dinyalakan. Pasangan tua itu menghela napas dan saling menarik napas dalam-dalam.
Kemudian, seorang prajurit yang mereka kira telah pergi, datang berlari kembali. Dia membawa senapan yang penuh dengan peluru di tangannya.
“Yah, apa itu?”
Pasangan tua itu yang terkejut, saling berpegangan tangan. Tentara lalu mengarahkan senapan di kepala mereka.
“Jika kalian tinggal di sini, kalian akan dihancurkan oleh raksasa! Aku lebih baik membunuh kalian dengan tanganku, daripada melihat kalian mati dengan mengerikan.”
Senapan megarah sekali ke dokter, dan sekali ke wanita tua.
Setiap kali ditodong oleh senjata, pasangan tua itu meringis.
“Peringatan terakhir, akankah kalian ikut dengan kami, atau kalian akan mati dengan senjataku?”
Pria muda itu mengarahkan pistolnya diam-diam. Pasangan tua itu terdiam untuk waktu yang lama.
‘Kenapa mereka tak mau?’
Hati pemuda yang dihadapkan oleh situasi itu sedikit kesulitan. Dan dia terus merenungi apa yang sedang ia lakukan.
Semua karena tindakannya ini berlawan dari melayani orang seumur hidupnya.
“….”
“….”
Sesaat berlalu seperti sebuah keabadian. Setetes keringat jatuh ke dahi pemuda itu, yang sebelumnya sudah tertutup oleh keringat. Dan keringat yang mengalir di alisnya, terlihat seperti tetesan air mata saat bergulir jatuh.
Pria muda itu mengerutkan kening.
Kemudian,
 Grwwwwllll…
Perut pria muda itu bersuara. Tapi dia tetap tak peduli, matanya tertuju pada pasangan itu.
Tapi..
 “Nak…”
Pria muda itu, terkejut oleh suara yang datang dari sampingnya. Lalu, dia mengarahkan pistol ke samping tempat tidur.
 “Yah, apa itu?”
Di sudut ruangan yang gelap, seorang nenek duduk di samping tempat tidur, dan dia mengulurkan sebuah nampan, dengan Onigiri/bola nasi yang diletakkan di atasnya.
Dia tertawa dan menyarankan.
“Jika kamu lapar, makan ini. Aku tak memiliki selera, untuk memakannya.”
“….”
Pemuda SDF itu menurunkan senjatanya.
“Baiklah..”
Ujung jari pemuda itu gemetar, saat dia mencoba meraih Onigiri. Dan tiba-tiba dia ingat mengapa dia memilih untuk memakai seragam SDF.
‘Aku memutuskan menjadi seorang tentara ,adalah karena aku ingin melindungi warga Negara yang baik seperti ini.’
‘Tapi, mengetahui jika monster itu datang, aku malah mencoba melarikan diri dan mengabaikan orang-orang ini.’
Ketidak-berdayaannya, membuat ia sangat malu. Air matanya mulai mengalir. Dia mengambil radio dan menyuruh temannya pergi lebih dulu.

Dokter yang terkejut lalu meraih pundaknya.
“Apa yang akan kamu lakukan?”
“Aku akan tinggal.”
Pemuda SDF itu lalu menyarungkan pistol ke bahunya.
“Aku seorang prajurit, dan aku tak bisa melarikan diri, saat mengetahui masih ada warga yang tertinggal,”
Pria muda itu lalu menelan Onigiri dengan paksa.
“Aku makan, dan itu benar-benar enak.”
Kemudian.
Boom, bang, bang.
Tanah mulai bergetar.
Pria muda itu berlari keluar dari rumah sakit dengan wajah gelap. Di luar,seorang raksasa mendekat dengan langkah menakutkan.
 ‘Itu adalah …’
Sesuatu muncul di mata pemuda yang mengarahkan senjatanya. Raksasa itu memegang temannya di mulutnya. Mata pemuda menjadi merah melihat itu.
 “Aaaaaaa…”
Pria muda itu menembakkan senapannya ke raksasa itu.
Bang!
Tapi perkembangan peradaban modern tak cukup untuk menyakiti monster itu. Dan raksasa yang mampu menahan peluru, mendekati pemuda itu.
Klik, klik!
Senapan yang ia pegang, hanya bisa menangis. Air mata menggenang di mata pemuda itu.
 ‘Tuhan.’
Raksasa yang menelan manusia yang sedang mengangkat kepalanya. Dia melompat dan memukul pemuda itu.
Saat itu juga.
Seekor raksasa lain terlihat dan menyerang raksasa itu.



< Prev  I  Index  I  Next >

1 comment for "SL_170"