SL_249

SL 249
‘Rasa kehilangan dengan
aneh membuatku melupakan sesuatu yang penting. ‘
‘Tapi, tak peduli
seberapa banyak aku memikirkannya, aku tak bisa mengingat apapun.’
‘Semakin aku mencoba
memikirkan apa yang telah hilang, ‘
‘Aku hanya bisa
menemukan kekosongan saja di pikiranku.’
“Apa yang Anda khawatirkan, Tuan?”
“Ada apa?”
Tanya si detektif muda yang menyerahkan kopi panas, yang
baru saja dia ambil dari mesin mpenjual otomatis.
Woo Jincheol mengangkat bahunya, seolah itu bukan apa-apa. Kemudian,
dia menerima kopi yang disodorkan.
“Terima kasih.”
Aroma kopi yang harum meresap ke ujung hidungnya, dan itu
mengisi sedikit kekosongan di dalam hatinya.
Detektif di departemen investigasi, Divisi Pembunuhan,
Detektif Woo Jincheol, tahun ke-4.
Walau kehidupannya tak cukup buruk untuk bisa hancur hanya
karena tiupan angin. Perasaan kehilangan yang mulai ia rasakan tiba-tiba tiga
tahun lalu, membuatnya lelah.
‘Jika aku memberi tahu
ini kepada temanku, mereka pasti akan megejekku dengan menyuruhku segera
berkeluarga.’
Woo Jincheol yang tertawa pahit setelah minum kopi, dengan
cepat mengosongkan cangkir kertas di tangannya.
“Apa lebah yang sibuk akan mengatakan sudah terlambat untuk
berjuang?”
“Ya?”
Itu adalah ungkapan terbaik untuk mengekspresikan seorang
yang tertekan karena depresi.
Pada akhir hari, Woo Jincheol yang memasuki kantor
Departemen Pembunuhan, mendekat dari belakang orang-orang yang duduk
berdampingan dalam satu baris.
Woo Jincheol yang meremas cangkir kertas dengan satu
tangannya, kemudian mengangguk untuk memberik hormat pada orang yang duduk itu.
“Mereka?”
“Oh, mereka? Itu…”
Woo Jincheol yang mendengarkan suara bawahannya merasakan
perasaan bermasalah. Dia kemudian berjalan cepat dan berdiri di hadapan keempat
orang yang duduk.
‘Apa tentang itu?’
Keempat lelaki yang duduk, berwajah putih, seolah-olah
mereka telah melihat sesuatu yang seharusnya tak mereka lihat. Mereka juga
gemetar seperti pohon yang tertiup angin. Mereka tak mampu menatap dengan
benar.
Melihat wajah mereka, Woo Jincheol menelan ludahnya.
“Monster bayangan
lagi.”
***
Bukan hal yang aneh
bagi pencuri yang datang ke kantor polisi untuk mengakui dosa-dosa mereka,
karena mereka takut polisi akan menemukan ekor mereka.
Dan…
Bukan hal yang aneh juga bagi penuri yang ketakutan, untuk
memohon agar diri mereka dimasukkan ke dalam sel.
Tapi…
Sudah beberapa bulan belakangan ini, hal itu terus saja
terjadi berurutan. Dan semuanya selalu saja mengatakan.
“Bayangan… bayangan… muncul dari tanah dan memberi tahuku.
Jika aku tak menyerahkan diri dalam dua puluh empat jam, aku akan menyesal
selama hidupku… Detektif, aku salah, tolong masukkan aku ke dalam penjara!”
Mereka selalu saja membuat pernyataan yang sama di depan
para detektif.
Ketika ini terjadi berulang kali, bagian atas telah memberi
perintah untuk mengungkapkan kebenarannya.
“Jadi, kalian semua melihat monster bayangan itu?”
“Ya, kamu meihatnya!”
Woo Jincheol yang telah mendengarkan kesaksian para pencuri,
menghela nafas.
‘Bagaimana aku harus
melaporkan ini lagi?’
‘Aku sudah terlalu
lelah, jika memikirkan harus melaporkan tentang monster bayangan atau kutukan
24 jam ini.’
Kemudian…
Tock tock.
Dia beralih ke suara itu, hanya untuk melihat seniornya
muncul di belakang dan berkata.
“Jincheol, serahkan
ini kepada juniormu. Untukmu, datanglah ke ruang rapat.”
‘Apa yang harus aku lakukan
di ruang rapat? Apa mereka ingin membahas monster bayangan?’
Sambil masih terus dipenuhi oleh pertanyaan,Woo Jincheol
pergi ke ruang rapat.
“Tony, kamu yang akan
mengurus semuanya.”
“Ya, semoga berhasil.”
Woo Jincheol yang menyuruh juniornya untuk bertanggung jawab
atas tugas-tugasnya, menuju ke ruang rapat bersama dengan detektif seniornya.
***
“Apa? Apa kita tarik keluar monster itu saja?”
“Hmm! Ayo lakukan itu, kita akan menangkapnya, dengan membebaskan
tahanan.”
Woo Jincheol heran dengan
apa yang didengarnya. Seolah, dia tak bisa mempercayai itu.
“Apa maksudmu dengan itu?”
“Kita tak akan membebaskan tahanan,k ita hanya akan
meninggalkannya di luar. Dan menyaksikan bagaimana monster itu keluar dalam dua
puluh empat jam.”
Detektif lain yang sedang mendengarkan percakapan itu dalam
diam mengerutkan kening.
“Kau tahu, mereka hanya menjadi bodoh dan bicara omong
kosong. Aku pikir itu hanyalah efek samping dari obat baru, yang mungkin
disebut monster bayangan.”
“Tapi, kamu tak melihat hasil tesnya, kan? Aku sudah pergi
ke NPS untuk memeriksa hasilnya.”
“Itu…”
“Dan apa mungkin hanya karena efek samping obat, semua
pelaku yang tak berhubungan, melihat hal yang sama dan menyerahkan diri?”
“….”
Akhirnya, rekannya diam saat kalah dalam perdebatan.
Pertemuan para detektif kembali berlanjut.
“Bukankah kita bahkan tak mendapatkan perintah yang jelas
dari atasan, untuk kasus ini?”
Para detektif yang bertolak belakang mengangguk, dan saling
memandang satu sama lain. Jika semua orang melihat fantasi yang sama, sesuatu
yang mungkin mengarah pada sesuatu yang lebih dari omong kosong, mungkin akan
benar-benar muncul.
“Jadi, kita akan membuat mereka berada di situasi, di mana
mereka tak bisa membuat omong kosong.”
“….”
Woo Jincheol yang terus diam, kemudian berbicara.
“Bagaimana jika sesuatu itu benar-benar terjadi?”
“…?”
“…?”
Mata para detektif yang menoleh ke Woo Jincheol secara
bersamaan. Dan mulut mereka yang menatap Woo Jincheol, terbuka perlahan.
“Woo, kamu percaya hantu atau apa?”
“Aku tak melihatnya. Tapi Jincheol, kami memiliki sisi
emosional yang lebih daripada yang aku pikirkan.”
“Ha ha ha.”
“….”
Tentu saja, mereka tak mau menerima kisah absurd seperti
monster bayangan.
Tapi…
‘Jika semua orang
melihat fantasi yang sama, bukankah ada alasan untuk ini?’
Walau dia tidak tahu kenapa.
Woo Jincheol merasakan ketidak-nyamanan, karena dia
menyadari tatapan dari balik kegelapan dalam pernyataan setiap pencuri.
‘Kita tak perlu
menyentuhnya.’
Itulah firasat yang Woo Jincheol rasakan.
Ketua lalu berkata,
“Walau aku mengerti kekhawatiran yang dirasakan Jincheol, kita
harus tetap melakukannya.”
“Kita akan membawa satu pencuri ke gudang kosong. Dan ayo
kita lihat bagaimana hasilnya, kita juga akan mengirim detektif kuat yang menjaganya.
Jadi, bagaimana dia bisa lolos?”
Walau dia sendiri tak percaya pada kisah monster atau hantu.
Tapi, Woo Jincheol menganggukkan kepalanya, karena tak bisa berkata-kata lagi.
Ketua kemudian tertawa dan berkata,
“Maafkan aku,
Jincheol.
Sesuai dengan rencana, setelah dua puluh empat jam. Monster
akan muncul dan melakukan apa yang akan ia lakukan. Itu tak masalah, bukan?”
Para Penjaga ini adalah preman yang memasuki rumah tempat
lansia tinggal, merampok, dan bahkan memukuli pasangan lansia yang melawan
mereka.
Mereka seharusnya tak dimasukkan ke dalam penjara. Dan
sebenarnya, mereka pantas untuk masuk ke dalam mulut monster.
Ketua lalu mengubah nada suaranya menjadi seakan mengatakan
lelucon setengah serius, dan berkata.
“Kalau begitu aku butuh sukarelawan sekarang.”
Ketua lalu memandang Woo Jincheol dan tertawa.
“Jika kamu tak menyukainya, kamu bisa tetap di markas,”
“….”
‘Aku sudah hidup
sebagai seorang yang mengikuti tatanan sosial, mana mungkin aku akan diam saja
hanya karena ini.’
Woo Jincheol yang telah khawatir untuk sementara waktu, segera
menjawab.
“Tidak, aku juga akan pergi.”
***
“Detektif! Aku, aku tak mau melakukannya! Aku bisa mati!”
“Diam, aku ingin kamu memeriksa sesuatu.”
“Aku akan mati!”
“Hei, siapa yang mati? Kami akan menjagamu. Detektif Kim,
berapa lama lagi sebelum waktu 24 jam habis?”
“Aku rasa kita punya setengah jam lagi.”
“Oh, dingin sekali.”
Angin musim semi yang dingin masih membuat napas yang keluar
dari mulut para detektif menjadi uap putih.
Gudang yang kosong sangat tenang saat fajar. Dan para
detektif terus fokus menonton perubahan yang akan terjadi di dalam gudang. Dan
salah satu di antara mereka.
Woo Jincheol, dia sangat waspada terhadap lingkungan
sekitarnya.
Whoosh …
Untuk beberapa alasan, udara di sekitar gudang berubah dari
sebelumnya. Woo Jincheol merasa, jika sesuatu akan datang. Dia berharap bisa
memastikan perasaannya.
Woo Jincheol lalu mengatur ulang pernafasannya.
Tapi…
Sangat lambat, setengah jam ini terasa sangat lambat sekali.
“Un… ini sudah waktunya.”
“Apa?”
Seorang detektif berdiri, saat dia melihat jam tangannya.
“Cepat cepat.”
Dua puluh empat jam yang ditentukan telah berlalu.
‘Lalu apa yang
terjadi?’
Tak ada yang terjadi, tak ada apapun.
Detektif yang tak sabar menatap ke arah pencuri, dan dia
melihat jika pencuri sedang bergetar.
“Uh ?”
Tak ada apapun terjadi.
Para detektif yang mengkonfirmasi itu, bergegas berkata.
“Hei,mereka
benar-benar memakai narkoba, bukan?”
“Tenang dulu, kita tunggu.”
Pencuri yang melihat sekeliling dan mengerjap, menggaruk bagian
belakang kepalanya dan tersenyum. Setelah beberapa saat berlalu, tanpa ada
apapun yang terjadi.
“Tidak, itu… kita sudah melihatnya, saat kita kecil bukan.
Haha...”
Ketika seseorang bercanda dengan mengatakan itu.
Woo Jincheol yang masih terfokus pada pencuri, tiba-tiba
menoleh ke para detektif dan berkata.
“Keluar! Lihat! Itu keluar!”
“Apa katamu?”
Para detektif memandangi Woo Jincheol dengan wajah aneh.
“Ahh!”
“Puff!”
Para detektif kemudian menjadi diam, tak bergerak sedikitpun.
Seolah-olah mereka kehilangan kesadaran secara bersamaan.
Woo Jincheol mendekati para detektif. Dan matanya tetap
terfokus pada bayangan monster yang muncul.
Kata-kata itu tak keluar.
“Oh…”
Dia tak bisa berkat-kata.
Itu bukan manusia.
Itu serangga dalam bentuk manusia. Di atas lehernya, itu
kepala semut daripada kepala manusia.
Monster dari bayangan.
‘Tiga monster yang seperti itu …’
‘ Para pencuri tak
berfantasi atau menderita efek samping obat.’
‘Pernyataan mereka
adalah kenyataan.’
“Oh, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.”
Pencuri yang dikelilingi semut menjerit. Dan itu jeritan
paling mengerikan, yang bisa keluar dari mulut manusia. Dia hidup seolah-olah
hanya untuk menjerit.
Kemudian..
Tanpa ragu-ragu, semut-semut itu mulai mengigit anggota
badan pencuri itu.
“Aaaaaaaaaa…”
Teriakan itu tak bertahan lama.
Setelah selesai dimakan oleh semut, hanya sedikit darah dan
sedikit daging tersisa dari pencuri tadi.
Woo Jincheol terus menyaksikan adegan itu dengan penuh
kebingungan.
Clang !
Setelah makan, dua semut menemukan Woo Jincheol yang berdiri
dengan kosong. Woo Jincheol berbalik dan mencoba melarikan diri, tapi itu tak
berguna.
Kakinya kaku dan dia tak bisa bergerak sedikitpun.
‘Aku mohon.’
Kemudian ..
Semut bersayap besar di belakang menghentikan dua semut yang
mendekat.
Semut besar itu, memegang pundak mereka, memandang Woo Jincheol
dengan tampang yang aneh dan tertawa.
“…?”
‘Apa semut itu
tertawa?’
‘Tidak.’
‘Lagipula, itu semut.’
‘Bagaimana aku bisa
tahu jika wajah itu adalah wajah yang tersenyum?’
Tapi, anehnya.
Dalam situasi yang menakutkan ini, Woo Jincheol merasa
nostalgia. Seolah-olah, ada waktu ketika dia sudah terbiasa dengan situasi ini.
“Hei, hei! Tunggu!”
Namun, terlepas dari pikiran putus asa Woo Jincheol, semut-semut
itu menghilang ke dalam bayangan.
Ketika Woo Jincheol berlari dan berdiri di tempat di mana
bayangan para semut menghilang. Dia tak dapat menemukan jejak apapun.
‘Semut itu benar-benar
telah menghilang.’
“….”
Lagi-lagi, Woo Jincheol merasakan kekosongan dari sudut
hatinya yang tak dikenalnya. Dan perlahan, dia memikirkan semut bayangan yang
muncul sebelumnya.
‘Kapan dan di mana?’
“Um ….”
Woo Jincheol yang terus terdiam, membuat khawatir
rekan-rekannya.
“Hei, kamu baik-baik saja?”
Namun, sampai ambulans yang dipanggil tiba, tatapan Woo Jincheol
terus diarahkan ke bayangan untuk waktu yang lama.
***
“Kerja bagus! Kerja bagus!”
Ketua Detektif mendekat.
Saat ini.
Dia benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi di dalam
gudang. Saat ketua menatap dua detektif yang dirawat, dia beralih memandang Woo
Jincheol.
“Woo, kamu?”
“….”
“Kamu memanggil ambulans, kan? Apa kamu ingat sesuatu? ”
“Maafkan aku, aku baru saja bangun, dan saat itu aku melihat
rekan-rekanku pingsan.”
“Oh!”
Ketua menghela nafas, dadanya berdebar karena frustrasi.
“Kasus ini ditutup. Kamu terluka, jadi berisitirahatlah.”
“Ya.”
“Ya pak.”
‘Kasus ini sudah
berakhir.’
‘Untuk sementara,
kasus pembunuhan itu dibekukan.’
“Kamu terlihat
senang, Tuan. Apa ada sesuatu yang baik terjadi?”
Detektif junior memberi Woo Jincheol kopi panas, yang baru
saja ia ambil dari mesin penjual otomatis.
“Yah.”
Woo Jincheol yang mengangkat bahu, seolah itu bukan apa-apa.
Dia juga menerima kopi itu. Tapi itu tak salah.
Hari itu, setelah bertemu monster, Woo Jincheol merasakan
perasaan aneh yang mengisi ruang kosong di pikirannya.
‘Ada sesuatu.’
‘Jelas sekali.’
Perasaan seorang detektif veteran, atau seorang Woo Jincheol.
Itu memberi tahu jika ada sesuatu antara dia dan monster itu.
Detektif junior bertanya, saat melihat Woo Jincheol menulis
sesuatu di buku kotak kecil.
“Na? Hah? Hei, apa kamu masih menggunakan itu? Kamu… ”
“Aku tahu, aku hanya melihatnya secara pribadi.”
Woo Jincheol yang berbicara dengan juniornya, diam-diam
minum kopi.
“Banyak penjahat yang telah menyerahkan diri, setelah
didatangi oleh monster.”
“Ya?”
“Hmm …”
Junior bertanya sambil melihat isi buku catatan dengan mata
menegang.
“Yah, jumlah kejahatan turun dengan tajam dari akhir
Februari hingga awal Maret?”
“Mengapa? Apa ada masalah dengan itu? ”
“Oh, tak banyak. Itu hanya awal aku membawa buku kecil ini.”
“Dan?”
“Aku selalu ingat, ketika seorang anak yang baru keluar
sekolah mulai menangis, jika dia tak mau melakukan pekerjaan ini. Ha ha. Bukankah
itu benar-benar masalah besar?”
Juniornya yang menggaruk punggungnya, terkejut melihat Woo Jincheol
yang menulis kata-katanya di buku catatannya.
“Hmmmm?”
“Apa?”
Musim pendaftaran.
Enam huruf monoton tanpa perubahan, ditambahkan ke notebook
Woo Jincheol.
***
SMA XXX.
Menjelang upacara penerimaan siswa baru, pada waktu yang
sibuk, kepala sekolah diam-diam mengundang pengawas siswa ke kantor kepala
sekolah.
“Salah satu pembuat onar akan berada di sekolahku besok.”
“Ya?”
Kepala sekolah lalu mengulurkan file siswa yang telah
disiapkan sebelumnya. Pengawas siswa yang melihat profil siswa itu, memiringkan
kepalanya.
“Ayahnya adalah seorang pemadam kebakaran, ibunya adalah seorang
ibu rumah tangga biasa, dan aku tak melihat masalah dengan nilai-nilainya.”
“Yah, anak ini cukup merepotkan, lihat bagian bawah
informasinya.”
“…!”
Dua tahun melarikan diri dari sekolah di tahun pertama SMP. Tentu
saja, dia dikeluarkan karena itu.
Tapi, setelah menyelesaikan kursus sekolah menengah dengan
GED, dia mendaftar di akademi ini?
‘Bukan hanya dari
sekolahnya. Tapi, dia juga dua tahun pergi dari rumahnya, setelah keluar dari sekolah
dasar?’
Mata pengawas siswa yang secara naluriah merasakan
penampilan yang kuat dari file itu, gemetar.
Kepala sekolah lalu bertanya.
“Bagaimana dengan itu? Bisakah kamu menangani siswa ini? ”
Tak.
pengawas siswa menutup file anak yang bermasalah.
“Kamu tahu kenapa aku dipanggil ular, bukan? Tinggalkan
masalah ini padaku, dan aku tak akan membuatmu dalam masalah.”
Matanya penuh percaya diri.
Kepala sekolah lalu mengangguk.
“Baiklah.”
Wajah kepala sekolah menjadi lega, setelah dia mendengar
janji dari pengawas siswa.
Pengawas siswa yang menatap wajah kepala sekolah, tersenyum
lembut.
‘Pertempurannya adalah
besok.’
Jantung pengawas siswa bersemangat, karena dia bertekad
untuk mengaramkan kapal yang menyebalkan ini, di upacara masuk besok.
Post a Comment for "SL_249"
comment guys. haha