Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SL_255

gambar


SL 255

Tiba-tiba.
Di suatu hari di bulan April, ketika mendekati Mei. Sebuah panggilan datang ke Pusat Laporan Darurat Amerika Serikat.
-Oh, aku seorang petualang yang sedang melintasi padang pasir.
‘Petualang sering tersesat. Dan kini, petualang yang seperti memanggil dari tengah padang pasir.’
“Apa kamu dalam kesulitan?”
-Tidak, bukan seperti itu.
“Jadi, ada apa?”
-Tidak tidak Tidak. Aku tak menelepon karena aku punya masalah. Tapi aku ingin melaporkan apa yang aku lihat saat ini.
Staf yang menerima panggilan merespons setenang mungkin, agar tak menimbulkan masalah lain yang akan berakhir dengan lelucon.
“Apa ini darurat atau haruskah aku mengirim seseorang?”
-Ayolah. Apa memang harus aku katakan? Sejujurnya aku tak tahu bagaimana menjelaskan ini.
Staf lalu berhasil mengkonfirmasi identitas pemanggil dari bagian data yang muncul. Ketika dia melihat pekerjaan, hubungan keluarga, dan tercatat sebagai seorang profesor perguruan tinggi. Staf mulai percaya, jika ini bukanlah lelucon untuk bersenang-senang.
“Tuan, Anda harus menjelaskan apa yang terjadi, sehingga kami dapat melakukan sesuatu.”
-…..
“Bisakah kamu menjelaskannya kepadaku perlahan?”
Lalu staf mendengar suara nafas melalui gagang telepon.
-Ada yang hancur. Dan ada banyak retakan.
‘Apa ada bangunan yang akan runtuh di padang pasir?’
 “Ada apa?”
Tanya staf itu,memiringkan kepalanya.
“Darimana retakan itu?”
-Maksudku, itu …
Setelah ragu-ragu untuk sementara waktu, seolah-olah dia tak bisa mempercayai apa yang dilihatnya, orang yang memanggil berkata.
-Langitnya runtuh!
***

April.
Semua siswa sibuk, begitu juga Jin Woo yang sebentar lagi akan mengikuti lomba atletik dan ujian. Jin Ah mendekat untuk membawakan melon pada Jin Woo, yang belajar sampai larut.
 “Oppa, ibu menyuruhmu memakan ini.”
Jin Woo yang berkonsentrasi di bawah cahaya lampu, mendongak.
“Dan ayah?”
“Ayah bilang dia bertugas lagi minggu ini.”
Jin Woo mengangguk, dan menerima piring yang terisi oleh potongan melon. Kemudian, Jin Woo menarik rambut ekor kuda adiknya, yang hendak keluar dari ruangannya dengan tenang.
“Berhenti.”
“Huck!”
Jin Woo bertanya kepada adiknya yang berbalik dengan matanya yang bulat.
“Mengapa bagian tengahnya piringnya kosong?”
“Aku tak tahu…”
“Kamu bisa membersihkan melon yang ada di mulutmu.”
“Aaaaa.”
Jin Woo tertawa, karena wajah adiknya yang imut, yang merupakan ekspresi ketidak-senangan pada kenyataan jika dia ketahuan.
Jin Woo yang lalu meembersihkan biji melon yang melekat pada ujung bibir Jin Ah dengan ibu jarinya. Walau itu terlihat lucu pada Jin Ah.
“Jika kamu mengambil melonku sekali lagi, aku akan membuatmu makan bagian yang keras dari melon selama satu hari.”
“Ha,ya.”
Jin Woo yang membelai kepala adiknya, berbalik, dan mengirim Jin Ah keluar.
Sekarang Jin Ah berada di kelas enam.
Dalam posisi Jin Woo yang sudah menyaksikan proses pertumbuhan Jin Ah sekali. Dia selalu saja menganggap adiknya lucu, tak peduli apa yang dia lakukan.
Screeet..
Jin Woo memalingkan matanya ke buku masalah lagi, menggigit sepotong melon. Kemudian, Ygritte yang selalu khawatir tentang kinerja tuan-nya, mengatakan sebuah pengingat lagi.
“Tuan, pertanyaan no 24,itu …”
“Coba periksa lagi!”
“Biarkan aku berpikir sedikit lagi, Tuan.
“…..”
‘Ygritte terlalu khawatir padaku.’
‘Yah ,aku juga tak bosan saat belajar, jadi …’
Scract.. Scract..
Semakin sedikit soal yang tersisa,maka semakin sedikit melon yang ia punya.
Dan tiba-tiba.
Jin Woo merasakan merasakan aura berbahaya.
‘Apa, di mana?’
in Woo yang berdiri dari kursinya, menutup matanya, ke arah di mana dia merasakan aura aneh. Lalu, dia memusatkan pikirannya.
“Ini …”
 Wajah Jin Woo mengeras, saat dia mengingat sesuatu yang buruk.
“Aku punya kartu nama orang itu … “
Jin Woo lalu menggali ke dalam saku seragamnya dan mengeluarkan kartu nama yang telah dimasukkan ke dalamnya.
Itu adalah kartu yang ditinggalkan oleh agen Rulers.
Jin Woo yang kemudian memanggil nomor yang sudah terlampir pada kartu nama. Dan segera, telepon terhubung.
-Lama tak bertemu, Monarch of Shadow.
Kepada agen yang berusaha menyambutnya dengan suara yang bagus, Jin Woo memberi tahu lokasi tempat yang ia rasa, sedang mengalami sesuatu yang aneh.
Jin Woo juga menambahkan,
 “Maafkan aku, tapi cepatlah.”
-Apa ini?
Kata agen itu, dikejutkan oleh tekanan udara yang tak terlihat.
 “Apa maksudmu? Aku akan memeriksanya sebentar.”
-…….
Keheningan yang mengikutinya pecah sejenak, dengan suara agen yang malu.
-Kami tak tahu apapun. Dan kami baru tahu ini dari kontakmu, sepertinya ada yang datang.
‘Ya Tuhan.’
‘Untungnya, itu bukan yang terburuk. Tapi itu tak memperbaiki situasi.’
‘Seseorang atau sesuatu, akan datang. Dan tidak ada cara untuk mengetahui apakah mereka kawan atau musuh.’
‘Jadi, aku harus bersiap tanpa mengecualikan segala kemungkinan.’
Jin Woo yang berpikir saat terus memegang ponselnya, berkata.
 “Maukah kamu datang menemuiku?”
Setelah mendengar ucapan Jin Woo, agen Rulers itu menjawab. Seolah-olah dia telah menunggu JIn Woo berkata seperti itu.
-Aku akan menemuimu besok.
***

Tempat pertemuan adalah kafe, di mana Jin Woo pertama kali bertemu Yoo Jin Hoo.
Jin Woo tiba tepat waktu, dan segera melihat orang lain sudah menunggunya di satu sisi kafe. Jin Woo memasuki kafe dan duduk di hadapan agen Rulers itu tanpa suara.
Ketika Jin Woo muncul, agen yang mengetahui jika Jin Woo tidaklah terlambat, hanya menggangguk saja pada Jin Woo.
Dan segera, Jin Woo membicarakan masalah utamanya.
 “Apa yang akan terjadi… apa menurutmu?”
“Mereka sepertinya sisa dari peperangan antara Monarch dan Rulers, yang baru saja melangkah ke dunia ini.”
“Kenapa mereka datang ke sini?”
“Mereka adalah raksasa yang hidup di bebatuan bintang. Dan mereka adalah orang jahat yang disebut ‘Gus’ di dunia mereka. Aku tak tahu alasan pasti, kenapa mereka datang ke Bumi.”
Jin Woo bersandar di kursinya dan mengangguk.
“Kamu bukan teman mereka?”
“Ya.”
‘Jika aku tahu tujuan mereka, aku bisa segera mengambil tindakan.’
Tapi ada beberapa pertanyaan yang belum terpecahkan.
“Ini bukan karena aku menggunakan ‘cawan reinkarnasi’, kan?”
Dalam ingatan Jin Woo, tak ada serangan dari ras alien yang tinggal di planet lain. Meskipun ada Gate dan Monster.
Agen yang ragu-ragu sebentar menjawab.
“Ya,Tuan. Ini sama seperti yang aku katakan beberapa waktu yang lalu. Kejadian yang seharusnya tak terjadi akan terjadi, karena hal kecil.”
“Apa musuh ini yang seharusnya menuju ke duniamu, beralih ke Bumi karena sesuatu?”
“Ya.”
Agen menatap mata Jin Woo. Dan Jin Woo bisa mengerti alasannya.
“Aku penyebabnya.”
“Mereka mengikuti jejak Tuan yang memiliki kekuatan besar. ​​Dan setidaknya, itulah yang para Rulers pikirkan.”
Seolah melihat lampu mercusuar di laut, di mana orang tak bisa melihat. Para raksasa datang ke planet kecil ini, karena merasakan kekuatan besar Monarch of Shadow.
Pengaruh kekuatan Jin Woo yang seharusnya tak ada, kini tetap ada di dunia ini. Dan inilah alasan mengapa para Rulers khawatirkan.
Namun, para Rulers yang berpikir jika mereka memiliki hutang besar kepada Jin Woo, tak berniat hanya menonton krisis yang dialami bumi.
Agen itu lalu menjelaskan.
“Para Rulers telah memberangkatkan pasukan langit.”
Jin Woo menggelengkan kepalanya.
“Tidak, itu sudah terlambat.”
Bahkan jika mereka menggunakan Gate, setidaknya masih butuh beberapa tahun bagi mereka datang. Pada saat itu, semuanya pasti akan berakhir.
Jadi…
“Aku yang akan membereskan ini.”
‘Aku dan prajuritku yang akan menghentikan mereka.’
Jin Woo memiliki keyakinan yang besar untuk ini. Dan suara dari Monarch of Shadow itu sangat menekan, hingga membuat agen itu menelan ludah.
Tak ada kekuatan yang ingin menjadi musuh di hadapan Jin Woo. Dan Agen merasa kasihan pada mereka yang malah memilih sisi yang salah.
Tapi…
‘Tapi, bukan ini yang sedang aku permasalahkan.’
Jin Woo lalu berkata, seolah-olah dia telah melihat ke dalam pikiran agen itu.
“Aku pikir, sudah saatnya kamu bertanya kepadaku… dan sudah waktunya juga aku menjawab itu.”
“Oh, itu yang kamu maksud.”
Usulan para Rulers mengatakan jika mereka akan menyediakan tempat, di mana kekuatan perkasa dari Monarch of Shadow tak akan mempengaruhi dunia di sekitarnya. Dan agen Rulers merasa, jika Jin Woo telah membuat keputusan akhir untuk pergi.
Ketika dia melihat ekspresi Jin Woo yang tegas, agen itu mengangguk.
 “Aku tahu apa maksudmu, dan segera setelah ini selesai…”
“Aku akan tetap tinggal di sini.”
“Ya?”
Mata agen membesar pada keputusan yang sama sekali berbeda dari apa yang ia harapkan. Namun, Jin Woo berkata dengan senyum ringan di mulutnya.
“Aku tetap akan tinggal di sini.”
‘Aku ingin menghabiskan sisa waktu di dunia ini, di mana ada keluarga, teman, dan orang yang ingin aku temui.’
Jin Woo menyadarinya itu setelah bertemu Woo Jincheol, Presiden Asosiasi Woo Jincheol atau sekarang Detektif Woo Jincheol.
“Walau dia agak menyebalkan, tapi aku senang mengenalnya.”
Dia adalah orang yang baik. Dan mungkin itu juga alasan, mengapa detektif muda yang diseret olehnya selalu memiliki wajah yang bahagia.
‘Aku ingin bersama mereka.’
‘Aku ingin tertawa bersama mereka,’
Pikir Jin Woo.
Agen yang melihat senyum Jin Woo, tertawa.
“Sebenarnya aku agak bosan untuk tinggal di sini. Terima kasih Tuan. Aku bisa kembali ke duniaku sekarang.”
Satu tahun.
Setelah cukup lama tinggal di dunia ini.
Misinya untuk tetap berada di sini, untuk menunggu keputusan Monarch of Shadow telah berakhir. Dan melihat dari ekspresi Monarch of Shadow, agen yakin jika dia tak akan mendapatkan jawaban lain.
“Begitu…”
Agen itu berdiri, dan tampak cuek. Kemudian dia membungkuk ke arah Jin Woo, atau pahlawan terbaik yang mengakhiri perang antara dua Fraksi.
“Aku akan memohon padamu, untuk membantuku dari sisi lain.”
***

Jin Woo yang mengobrak-abrik bagian dalam lemarinya, menggaruk kepalanya.
“Mana ?”
Jin Woo tak bisa menemukan pakaian yang bisa menutupi wajahnya.
Dan sepertinya…
Hoodies dan topi yang ia kenakan saat masih menjadi seorang Hunter junior, tak akan ada di sana.
Jin Woo kemudian berakhir, dengan keputusan membuat pakaian yang diinginkannya. Asap hitam di sekitarnya menjadi tebal seperti cairan. Dan kemudian, itu berubah menjadi jaket bertudung yang dulu ia sukai.
Jin Woo menarik tudungnya dan berdiri di depan cermin.
‘Sudah berapa lama, ini …’
Jin Woo seakan melihat dirinya di masa lalu, dan itu seakan baru saja terjadi. Segera bibir di bawah tudung tersenyum.
“Yosh.”
‘Persiapan sudah selesai.’
Sosok Jin Woo perlahan menyelinap ke bayangan di bawah kakinya.
***

Daerah gurun di Amerika Serikat bagian barat.
Pemerintah Amerika yang telah memblokir daerah sekitar dengan saksama, telah mengumpulkan mereka yang bisa disebut ahli. Tapi, belum mendapat jawaban yang spesifik.
“Yah, ini….”
“Aku sudah mempelajari ini selama tiga puluh tahun. Tapi ini adalah pertama kalinya aku melihat ini.”
Bagaimana seseorang bisa menjelaskan sesuatu di hadapan banyak sarjana. Lagipula ini bukan fenomena biasa, bagaimana bisa ada retakan celah di atmosfer?
Creack …
Bahkan saat itu, suara retakan terus terdengar.
Militer Amerika yang menjaga seluruh wilayah dalam persiapan untuk sesuatu, menjadi gugup. Walau tak berlebihan untuk mengatakan, jika para prajurit yang berkumpul di sini bisa menghapus sebuah negara.
Komandan menjawab telepon atasannya dengan percaya diri.
“Kami akan mengurus apa pun yang keluar dari sana. Ya, ya, ini lebih besar dari penemuan awal… “
Komandan yang tak sengaja melihat ke arah celah, melihat seseorang mendekat. Pria itu yang wajahnya tertutupi oleh tudung jaketnya, berjalan lurus ke arahnya.
“Siapa dia? Bagaimana dia bisa masuk ke dalam sini?”
-Apa ada masalah?
“Tidak, aku akan menelepon kembali dalam beberapa menit.”
Komandan yang telah menutup telepon dengan tergesa-gesa, berlari ke pria itu dengan letnannya.
 “Apa kamu, kawan?”
Seorang pria yang tampaknya menjadi warga biasa di daerah yang benar-benar diblokir oleh seorang prajurit tak berdaya.
Situasi itu menjengkelkan di wajah komandan.
Tapi…
Pria yang dikelilingi oleh tentara bersenjata itu sama sekali tak takut. Pengunjung yang tak diundang adalah Jin Woo. Dan dia memberi tahu komandan.
“Keluar dari sini, tuan. Tempat ini berbahaya.”
‘Bahasa yang tak dikenal.’
‘Apa dia orang asing?’
Komandan mengerutkan kening, memberi lehernya kekuatan untuk membuat orang yang tak diundang sedikit ketakutan.
“Kamu ingin mati, kamu tak tahu, di mana kamu benar-benar dalam bahaya?”
Mengetahui jika sulit untuk dibujuk dengan kata-kata, Jin Woo menunjukkan sedikit kekuatannya.
Kemudian para komandan, wakil perwira, dan tentara mulai melayang.
“Eh, eh?”
Komandan yang terkejut melihat sekeliling dengan tergesa-gesa. Dan dia hanya bisa melihat satu orang yang tetap berada di atas tanah.
Bahkan kendaraan, mesin, dan tank berat, telah naik lebih dari satu meter ke udara. Mata komandan bergetar tajam, ketika dia menyaksikan sesuatu yang tak bisa ia percayai.
“Bagaimana, eh?”
Jin Woo yang memutuskan bahwa itu sudah cukup, menempatkan mereka kembali ke atas tanah. Tapi begitu dia mendarat, Komandan mengeluarkan senjatanya. Dan suaranya yang keras bergema di padang pasir.
“Apa yang kamu?”
Jin Woo menepuk bahu komandan dan menjelaskan ika dia tak mau bertarung.
 “Musuh dengan kekuatan sepertiku akan mengalir keluar dari sana, dan…”
Jin Woo menggunakan Mana untuk mengambil pistol yang dipegang komandan dan melayang di sebelah kepalanya.
Ketika pistol bergerak ke Jin Woo, para prajurit yang gugup bersiap untuk menembak. Tapi komandan dengan cepat mengangkat tangannya, untuk menghentikan mereka.
 “Tunggu!”
Sementara komandan menenangkan anak buahnya, Jin Woo menarik pelatuk pistol ke kepalanya dengan ‘tangan tak terlihat’.
Bang, bang, bang!
Peluru yang tak bisa mencapai tubuh Jin Woo jatuh ke lantai. Mata para prajurit yang memegang pistol, melebar karena terkejut.
Jin Woo merasakan, jika hati mereka telah membeku.
Jin Woo lalu menatap mata mereka yang penuh kejutan dan menjelaskan dengan tenang.
“Mereka tak akan terpengaruh dengan senjata seperti ini.”
Kemudian..
Tatapan Jin Woo tertuju pada komandan yang telah mengeras sejak lama.
“Akankah kamu menyaksikan mereka mati tanpa arti?”
“Apa yang bisa aku lakukan… apa yang harus kulakukan?”
“Bawa pasukanmu sejauh yang kamu bisa. Dan biarkan aku akan tinggal di sini.”
“Kamu akan menghentikan mereka?”
‘Sendirian.’
Jin Woo mengangguk, karena tak dapat menemukan alasan untuk menjelaskan.
 “….”
Komandan yang tak bisa berkata-kata, tiba-tiba mengeluarkan pistol tambahan yang ada di belakang pinggangnya dan menembaknya.
Bang, bang, bang, bang!
Peluru yang ditembakkan dari ujung pistol komandan jatuh ke lantai begitu mereka mencapai Jin Woo.
‘Monster.’
‘Atau dia itu salah satu tokoh dari legenda?’
Komandan yang telah menyaksikan keajaiban berulang beberapa kali, menjatuhkan pistolnya. Segera dia menoleh ke tentara dan membuat suara keras, sehingga semua orang bisa mendengarnya.
“Keluar dari wilayah ini! Bergeraklah secepat mungkin! “
Para kapten kemudian memberi tahu seluruh pasukan tentang maksud komandan.
“Mundur!”
“Mundur!”
Pasukan yang terlatih dengan cepat menjauh dari medan pertempuran.
Jin Woo yang memperhatikan mereka bergerak menjauh, berbalik ke arah celah di udara.
Dia merasakannya.
Keinginan kuat dari musuh yang ingin menelan tanah ini. Napas mereka tercium di udara. Dan ‘Black Heart’ yang telah mulai bergetar setelah waktu yang lama, seakan meramalkan kemunculan musuh.
Jin Woo tertawa dan memanggil Dagger dari Inventory-nya.
Segera.
Creack…
Dengan kejutan yang mengguncang atmosfer, ruang terbelah dan raksasa batu menginjakkan kakinya di atas tanah tanah.
Saat mereka menemukan makhluk kecil yang berada di dekat kaki mereka, mereka mendengus.
“Apa? Apa hanya kau yang mencoba menghentikan kami?”
‘Perasaan ini.’
Jin Woo yang menutup matanya, menikmati ketenangan sebelum pertempuran. Kemudian, dia membuka matanya dengan lembut, setelah kembali merasakan perasaan ini, setelah waktu yang lama.
Ba-bump ba bump ba bump
Jantungnya berdetak cepat.
Jin Woo lalu berkata, saat melepaskan semua kekuatannya.
“Apakah aku terlihat sendirian?”
Kemudian, pada bayangan yang sudah melebar di belakangnya, seribu Shadow Army bangkit.



< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "SL_255"