SL_254

SL 254
“Bisakah kamu memberiku gambar monster itu,sebagai hadiah?”
Beberapa jam yang lalu.
Jin Woo menginginkan gambar itu untuk memperingati reuninya
dengan Woo Jincheol. Jin Woo juga ingin memilikinya, karena dia pikir itu
terlihat mirip dengan ‘Ber’.
Tentu saja, seseorang dalam bayangan tak berpikir begitu.
“Raja, Tuanku! Tolong jangan lihat gambar yang kasar itu!”
Jin Woo yang mendengar teriakan ‘Ber’ yang memohon untuk tak
meminta gambar itu, tertawa.
Woo Jincheol menatap gambarnya untuk sementara waktu,
seolah-olah itu sama seperti melepaskan kepribadiannya
Tapi segera.
Sreaaak !
Kertasnya dirobek dengan rapi di bagian sisinya.
Woo Jincheol lalu memberikan gambarnya kepada Jin Woo.
“Ini.”
“Terima kasih.”
Jin Woo menerima gambar itu dengan gembira. Dan dalam
prosesnya, tangan Woo Jincheol menyentuh ujung jari Jin Woo.
Tak ada apapun yang terjadi.
Tapi, seringkali peristiwa besar yang menarik perhatian
besar yang tertulis dalam sejarah akan dimulai dari ketiadaan itu.
Woo Jincheol berbalik dan menuruni tangga.
Dia merasa bodoh.
Menyesal.
Dia telah melakukan sesuatu yang sudah dilarang oleh
detektif juniornya. Hasilnya, dia mendapatkan rasa malu dan penyesalan saja.
“Setiap kali aku dihadapkan dengan situasi ini, tangga
selalu saja sperti sangat panjang dan banyak.”
Woo Jincheol yang mendengus sambil terus menuruni tangga, tiba-tiba
berhenti.
“Ya …”
Tiba-tiba, dia mendengar suara seseorang.
“Presiden, apa kamu mempercayaiku?”
“….?”
Woo Jincheol yang merasa kaku oleh perasaan menyeramkan itu,
memandang ke atas dan ke bawah. Dan orang-orang terus berjalan naik dan turun
di sebelahnya.
“Ah….”
Tangga sekolah, kini menjadi sangat sepi.
Woo Jincheol kembali menuruni tangga. Dan tak lama
setelahnya, dia mendengar suara lain lagi.
“Ya, aku lakukan.”
Kali ini suaranya.
‘Apa, ada apa ini?’
Jika dia seorang penakut, Woo Jincheol mungkin sudak duduk
dan menjerit saat ini. Tapi, dia bukan orang yang seperti itu, dia hanya
melihat sekeliling lagi dengan tenang. Lalu, dia mengeluarkan buku catatan dan
pulpen yang telah dia letakkan di lengannya dengan ekspresi serius.
Tiba-tiba suara itu muncul kembali, Woo Jincheol
bertanya-tanya, dan menulis
“Apa ini karena masalah dalam ingatanku, atau karena aku
melihat monster semut? Apa sebenarnya yang sedang terjadi di kepalaku ini?”
Catatan pendek itu ditandai dengan tanda tanya yang digambar
dengan bolpoin.
Woo Jincheol yang berada dalam suasana hati yang aneh, dengan
cepat menuruni tangga. Begitu dia meletakkan buku catatannya di dalam sakunya.
Tapi kemudian.
Sekali lagi, halusinasi intens melanda kepala Woo Jincheol.
“Aku harap kamu percaya dengan apa yang akan aku tunjukkan
mulai dari sekarang.”
“Ugh!”
Woo Jincheol yang menggertakan giginya, berusaha menutup
kedua telinganya. Suara-suara yang belum pernah ia dengar dan kata-kata yang
belum pernah ia dengar, mulai berkeliaran di sekitar kepalanya. Dan kebingungan
ekstrem telah menghantam Woo Jincheol seperti tsunami.
“Apa ini?”
Dan di antara suara-suara itu, ada beberapa kata yang
berbeda
[Hunter Sung Jin Woo]
[Tuan Hunter]
[Lalu kita. Tidak, bagaimana aku bisa membantu Hunter?]
[Tuan Hunter!]
[Hunter Sung Jin Woo!]
Nama yang terus terngiang dikepalanya, Hunter Sung Jin Woo.
‘Sung Jin Woo … Aku
baru saja bertemu dengan siswa yang memiliki nama seperti itu!’
‘Aku sering mendengar
jika seseorang yang menderita penyakit mental sering mendengar suara-suara di
kepala mereka.’
‘Apa karena itulah aku
merasakan ini?’
Woo Jincheol yang sedang berjalan, mengerutkan dahi karena
sakit kepalanya.
Tapi…
‘Bagaimana aku bisa menenangkan
ini?’
Setiap kali dia ingat nama ‘Hunter Sung Jin Woo’. Woo Jincheol
selalu merasa jika kekosongan pikirannya telah terisi.
Woo Jincheol yang kini telah duduk di bangku taman, mengulangi
nama itu secara terus- menerus di kepalanya.
‘Hunter Sung Jin Woo, Hunter
Sung Jin Woo, Hunter Sung Jin Woo … ‘
‘Nama itu memiliki
semacam petunjuk.’
‘Aku sepertinya
mengenal seseorang bernama ‘Sung Jin Woo’ ini.’
‘Aku harus berusaha
mengingatnya.’
‘Aku harus mencari
tahu semuanya.’
‘Alasan mengapa
ingatanku hilang.’
“Ugh!”
Di hadapan Woo Jincheol yang terus-menerus mencoba mengingat
ingatan dalam sakit kepala yang mengerikan. Akhirnya muncul sebuah adegan.
“Apakah kau mempercayaiku, Tuan?”
“Ya, aku tahu.”
“Lalu aku ingin kamu percaya apa yang aku tunjukkan kepadamu.”
“Ya?”
Saat ujung-ujung jari pria itu menyentuh dahinya, pemandangan
kegelapan begitu singkat terlintas oleh gambar yang tak terhitung jumlahnya.
Itu adalah memori yang menghubungkan masa lalu, sekarang,
dan masa depan.
Kisah Gate, Dungeon, Hunter, Rulers, dan Monarch.
“Ya Tuhan, bagaimana ini bisa terjadi?”
Woo Jincheol yang belum bisa percaya, berkata dengan
ekspresi kesepian. Seorang Monarch of Shadow, Jin Woo yang menanggung semuanya
sendirian.
“Memori makhluk tingkat atas tak terikat oleh aliran waktu.”
Memori Monarch tak terpengaruh oleh waktu.
“Herrhhhh…”
Woo Jincheol yang berhasil tersadar, menarik napas. Dan pada
saat, kesadarannya secara singkat terhubung ke Jin Woo, salah satu makhluk
tingkat atas.
Lalu.
Memori yang disegel di suatu tempat di jiwa, dibawa kembali
melalui kontak dengan Jin Woo sekali lagi.
“Ya Tuhan.”
Kekosongan yang tetap kosong di sudut pikirannya dipenuhi. Dan
air mata yang hangat mengalir di mata Woo Jincheol.
Woo Jincheol ingat pertanyaan yang dia tanyakan pada Jin Woo,
ketika dia mengetahui tentang rencana Jin Woo.
[Hunter, apa kamu akan bertarung dengan orang-orang ini?
Kamu sendirian?]
Dan jawabannya
Jawabannya sekarang ada di depannya. Seorang pemuda yang
sedang mendengarkan musik dengan earphone, kekasih yang membisikkan cinta
kepada pasangannya.
Orang tua yang mengajak anjing dan orang-orang yang yang
membawa peralatan olahraga.
Tak ada Gate, tak ada monster, dan tak ada pertarungan.
Woo Jincheol yang menyaksikan kedamaian yang terjadi di
hadapannya, kembali meneteskan air mata.
“Kamu telah berhasil, Hunter.”
Woo Jincheol menangis untuk waktu yang lama, dia mengingat
teriakan banyak orang yang harus menemui akhir yang menyedihkan di tangan
monster.
‘Tidak, ini bukan
waktunya untuk itu.’
Tangan kasar veteran itu menghapus air mata di pipinya. Bahkan
jika seluruh dunia telah melupakannya.
‘Woo Jincheol ini tahul
jika kamu telah berjuang sendirian demi dunia.’
‘Aku harus pergi dan
memberi tahunya.’
Rasa kewajiban seperti itu muncul di hati Woo Jincheol.
Tapi di waktu yang sama. Dia juga khawatir dengan apa yang
akan diperbuatnya.
Jin Woo kini seorang siswa normal, dan telah melupakan masa
lalunya sebagai Hunter. Jika dia ingin orang mengetahui masa lalu, dia memiliki
banyak cara melakukan itu.
Dia bisa menjawab pertanyaannya sendiri, dan dia bisa
menyampaikan seluruh ingatannya melalui ujung jarinya seperti sebelumnya. Tapi,
dia tetap diam tanpa melakukan itu.
Mungkin..
Mungkin dia rutinitas tenangnya saat ini terganggu.
‘Jika demikian, bukankah
itu juga alasan, mengapa Hunter Sung Jin Woo melakukan ini?’
Woo Jincheol semakin khawatir.
Kekhawatirannya terus berlanjut sampai waktu sekolah
berakhir.
Woo Jincheol kemudian menyimpulkan dengan keras, ketika dia
melihat para siswa melewatinya satu per satu.
‘Ya.’
‘Ayo kita tinggalkan
keputusan itu untuk Hunter Sung Jin Woo sendiri, bukan aku.’
‘Aku akan menghargai
pendapatnya, jika dia berpura-pura tak tahu.’
Tapi…
‘ Jika dia bereaksi
sedikit …’
Woo Jincheol kembali ke sekolah Jin Woo lagi. Dan sampai siswa
yang keluar dari sekolah tak terlihat lagi, Woo Jincheol tetap di sana, tanpa
meninggalkan gerbang depan.
Woo Jincheol memiliki keyakinan yang tak berdasar, jika
Hunter Sung Jin Woo masih berada di sekolah.
Jadi, dia menghabiskan waktu hanya dengan membakar rokok
selama beberapa menit.
“Aku khawatir mereka akan berbuat sesuatu padamu.”
“Aku akan memastikan itu tak terjadi.”
Woo Jincheol akhirnya melihat Jin Woo berjalan keluar dari
gerbang. Dia kemudian berjalan mendekati Jin Woo dengan hati yang senang.
“Hunter Sung Jin Woo.”
‘Aku sangat senang.’
‘Berapa banyak
keberanian yang dibutuhkan untuk mengeluarkan kata ini.’
Woo Jincheol merasakan detak jantung yang mulai berjalan
seperti orang gila dan menunggu reaksi Jin Woo.
‘Aku ingin tahu.’
Jin Woo yang mendengarnya menjadi kaku, terus menatap dan
bertanya seolah-olah dia terkejut.
“Bagaimana kau…”
‘Matanya telah
memberitahuku segalanya.’
Woo Jincheol yang hanya diyakinkan oleh mata Jin Woo, memerah
matanya.
“Kamu dulu… kamu Hunter, juga.”
***
Keduanya pindah ke taman dekat sekolah, tempat Woo Jincheol
mengingat semuanya lagi. Sebuah danau kecil di tengah taman itu memantulkan
cahaya keemasan, setelah disinari oleh cahaya matahari.
Woo Jincheol yang berhenti berjalan, berkata lebih dulu.
“Apa aku mengganggumu lagi?”
Jin Woo menggelengkan kepalanya dengan senyum ringan.
“Tak masalah.”
Menanggapi perkataan Woo Jincheol untuk bertanya, apakah dia
bisa memberinya waktu. Jin Woo paham dan meminta izin kepada para seniornya.
Walau itu bisa menjadi waktu yang cukup buruk, dia
mendapatkan izinnya.
“Jangan terlambat!”
“Aku akan menyandera dia, sampai kamu mendapatkan sambutan.”
“Seo, Sie!”
Atlet senior dari klub
atletik membuat pernjanjian. Jin Woo menjabat ke tangan seniornya pada waktu
itu, dan dia menertawakan ekspresi Younggil yang menangis.
“Tapi ini masalah hidup temanku, jadi aku tak bisa terlalu
lama.”
Woo Jincheol menertawakan ekspresi Jin Woo yang berkata
seperti itu.
“Oke, aku sepertinya harus menyingkat ini.”
Tiba-tiba senyum menghilang dari wajah Woo Jincheol.
“Sudah berapa lama kamu melawan mereka di …”
Catatan menunjukkan jika Jin Woo menghilang selama dua
tahun.
Tapi, Woo Jincheol yang telah memahami kekuatan para Monarch,
melalui ingatan akan Monarch of Shadow tahu. Jika itu tak akan pernah bisa
diselesaikan dalam waktu dua tahun.
Jin Woo kemudian menjawab dengan hati-hati.
“Dua puluh tujuh tahun.”
Begitu mendengar jawabannya, Woo Jincheol kehabisan napas
dan terhuyung. Tak ada apapun di celah dimensi ,dan dia menghabiskan hampir 30
tahun bertarung melawan 10 juta musuh di sana.
‘Berapa sulitnya itu?’
Woo Jincheol bahkan tak bisa membayangkan. Woo Jincheol yang
tak bisa berbicara untuk sementara waktu, hampir tak bisa mengerakkan bibirnya.
Tapi, setelah beberapa saat.
“Apa kamu tak menyesal?”
Jin Woo menjawab tanpa ragu-ragu.
“Ya! Jika aku punya
kesempatan lagi dan lagi. Aku akan membuat pilihan yang sama.”
Bermain di lapangan baseball bersama ayahnya di hari libur, miso
rebus yang direbus ibunya dengan hati-hati, dan senyum adiknya yang melupakan
ketakutan akan monster.
Itu semua hal berharga yang tak bisa digantikan oleh apapun.
Jika beban yang harus ditanggung sendiri adalah harganya, Jin Woo bisa
memikulnya lagi.
“Aku tak menyesal sedikit pun.”
Woo Jincheol yang mendengarkan suara dingin Jin Woo, langsung
mengerutkan kening.
‘Terima kasih, Hunter Sung Jin Woo.’
Dia menelan kata-kata yang telah berada di ujung lidahnya.
‘Aku bersyukur karena
tahu, jika apa yang aku pikirkan tak akan tersampaikan dengan baik.’
Woo Jincheol yang melihat arloji sejenak, mempertimbangkan
sesuatu, dan mendongak.
“Kamu sepertinya
menjalani kehidupan yang cukup menyenangkan.”
Jin Woo tertawa.
“Aku puas. Kecuali kenyataan aku tak lagi tua, dan aku harus
terus mengubah diri.”
Api akan menyala.
Walau Hunter Sung Jin Woo menjadi Monarch of Shadow. dan
mendapatkan kekuatan yang sama dengan Tuhan.
‘Dia tetap orang yang aku
kenal’
‘Jika dia memilih
untuk hidup seperti manusia normal dengan kekuatan itu …’
“Sudahkah kamu
memikirkan apa yang akan kamu lakukan?”
“Aku belum memikirkan apa pun.”
“Yah, mengapa kamu tak datang ke sini?”
Woo Jincheol menunjukkan kartu identitas yang ia miliki di
dompetnya.
“Maksudmu… polisi?”
“Saat cukup banyak penjahat, dan aku tak bisa hidup dengan
sebelumnya, karena monster bayangan.”
Jin Woo yang sedang melihat kartu identitasnya, tersenyum
dan mengembalikan dompetnya.
“Jika aku seorang polisi, polisi lain tak akan bisa
melakukan apa-apa.”
“Apa aku harus membuat dunia yang seperti itu? haha.”
Itu belum berubah.
Sebagai kepala Departemen Pengawas Asosiasi Hunter dan juga
kepala staf-nya. Dan juga sebagai Presiden Asosiasi Hunter, Woo Jincheol memang
tepat untuk menjalani kehidupan menjadi seorang detektif.
“Biarkan aku berpikir tentang hal itu.”
Tapi, Woo Jincheol menyapa Jin Woo yang akan berbalik untuk
kenyamanan temannya yang mulai khawatir.
“Aku akan menunggu.”
“Jangan menungguku. Aku dengar, kamu punya banyak pekerjaan
dalam jadwalmu saat ini.”
Woo Jincheol tersenyum pada Jin Woo yang melambai pergi.
Dia lalu berteriak
“Aku bekerja untuk
Park Bongeun.”
Terhadap perkataan Jin Woo, Woo Jincheol tersenyum dan
teringat wajah juniornya.
‘Apakah dia tak
bertugas hari ini?’
‘Bagaimana jika dia tak
bertugas?’
‘Aku pikir aku harus
memanggilnya dan mengajaknya makan.’
Woo Jincheol sekarang membungkuk dengan sopan ke arah punggung
Jin Woo, yang sekarang telah jauh dan mulai terlihat samar.
‘Sebagai satu-satunya
yang tahu pengorbanannya. ‘
‘Atas nama semua orang
di dunia,’
‘Aku mengucapkan
terima kasih yang tulus pertama dan terakhir kepadamu,’
‘Hunter Sung Jin Woo.’
Post a Comment for "SL_254"
comment guys. haha