Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

ARK_V01E09P04

gambar


9. Dua Gadis (4)



Ark kaget mendengar ada yang menyebut namanya.
Selama bermain, dia sama sekali tak pernah bertemu Player yang merupakan kenalannya di dunia nyata. Lebih lagi dia adalah seorang gadis?
Ark kebingungan dibuatnya.
"Ya... siapa ya?"
"Ah, jadi tebakanku benar. Aku pikir kamu hanyalah orang yang mirip dengannya."
"Kamu mengenalku?"
Gadis tadi lalu menarik kerudung yang menutupi wajahnya.
Ark menyipitkan matanya dan melihat wajahnya dengan seksama. Gadis itu merupakan bangsa Elf dengan telinga yang runcing. dia merasa tak pernah bertemu Player ini, namun di saat yang sama wajahnya lumayan Summon-.
Ark berusaha mengingat wajah ini.
Gadis itu lalu tersenyum manis.
"Ah, sepertinya kamu lupa denganku, ya? Mungkin aku terlalu bersemangat, ketika membuat karakterku. Sehingga, wajahku di game jauh berbeda dari wajahku sebenarnya."
Ark melihat senyum manis dan cara bicara gadis itu, akhirnya dia teringat siapa gadis itu.
"Ah! Apakah kamu adalah orang yang aku temui, ketika wawancara kerja saat itu?"
"Ya, aku Kang Misu. Di New World namaku Lariette."
"Senang bertemu denganmu, di sini aku bernama Ark."
Ark lalu mengulurkan tangannya dan berjabatan tangan dengan Lariette. Dia jadi bingung, kenapa tadi dia tak langsung mengenalinya.
Sebenarnya, selama ini Ark selalu mengingatnya. Sudah merupakan sifat alami manusia terutama pria, untuk mengingat dengan baik gadis cantik, yang mau bicara dengannya di tempat asing dan bahkan menyemangatinya. Tapi, dia merasa dirinya tak pantas untuknya.
Jadi, selama ini Ark menganggapnya sebagai idola seperti yang ada di televisi.
Jadi wajar,  jika dia tak langsung mengenalinya. Karena, dia sama sekali tak menyangka untuk bertemu dengannya lagi. Tapi sekarang, dia bertemu lagi dengannya. Bahkan, Kang Misu lah yang mengenalinya terlebih dahulu...
"Jadi kamu menjadi Elf ya."
"Ya, menurutmu aneh ya?"
"Tidak, wujud itu benar-benar cocok untukmu."
Ucapan Ark bukan ucapan kosong semata. Tak banyak orang yang bisa menjadi Elf seanggun Lariette. Mendengar pujian Ark, wajah Lariette memerah. Dan dia tanpa sadar memainkan kupingnya, karena malu.
"Hmm, sepertinya kamu juga tergabung dalam kelompok Raid itu ya…"
"Ya, levelku sebenarnya tak begitu tinggi. Tapi, ada seseorang yang aku kenal, mengundangku bergabung ke dalam Raid."
"Memang berapa levelmu?"
"Banyak orang membantuku bermain, namun aku masih level 50."
Lariette menjawab dengan masam.
Ark tersedak karena kaget.
"L-level 50?"
"Ya. Ada masalah?"
"Tidak tidak. Levelmu lebih tinggi dari yang aku kira."
"Memang berapa level Ark-nim?"
"Aku masih level 35..."
Ark menjawab dengan suara sepelan semut yang merayap di lantai, Lariette yang mendengarnya menjadi terkejut. Lalu, dia menggeleng-gelengkan kepalanya kecewa.
"Sebelumnya aku minta maaf karena mengatakan ini. Namun Ark-nim, levelmu terlalu rendah. Sebenarnya, di antara kandidat yang lain, levelku masih di bawah rata-rata. Sudah banyak, kandidat yang telah mencapai level 70. Raid kali ini juga dipimpin oleh salah satu kandidat, Alan-nim levelnya sudah 75. Jujur saja, level Ark-nim benar-benar..."
Walaupun Lariette tak melanjutkan penjelasannya, Ark paham maksudnya. Dengan levelnya sekarang, sulit baginya untuk lulus tes Global Exos. Sudah lama dia menyadarinya, tapi mendengarnya langsung dari orang lain membuatnya lemas.
Ketika itu, seorang Knight dengan kuda putih mendekati mereka berdua. Dia adalah Alan, sang Holy Knight.
"Lariette-nim, apa yang sedang kamu lakukan di sini?"
"Aku menemui kenalanku. Jadi, aku kemari untuk mengobrol dengannya."
"Kenalanmu?"
Alan lalu memandang Ark dan menyipitkan matanya.
"Ark-nim juga merupakan salah satu kandidat dari Global Exos."
"Hmm, jika kamu juga kandidat, berarti levelmu cukup tinggi kan? Karena, Raid ini kemungkinan akan sulit, maukah kamu bergabung dengan kami?"
"Errr, level Ark-nim masih..."
Lariette lalu membisikkan sesuatu kepada Alan sembari mengamati ekspresi Ark, dia tak mau membuat malu Ark. Tapi, ketika Alan mendengar level Ark dari Lariette, dia lalu memandang remeh Ark.
"Yah, tiap orang mempunyai kelebihannya masing-masing. Aku permisi dulu kalau begitu."
Alan lalu langsung mengarahkan kudanya, memunggungi Ark dan memandang Lariette.
"Lariette-nim, ayo kita lanjutkan perjalanan."
"Ah, ya, aku akan segera ke sana. Ark-nim jangan menyerah ya."
Lariette memandang, dia dengan kasihan dan berusaha menyemangatinya, lalu mulai berjalan menjauh. Ark merasa kosong melihatnya dari kejauhan. Seakan-akan harapannya menjadi pegawai Global Exos juga ikut menjauh seperti Lariette yang berjalan meninggalkannya.
Sebenarnya, beberapa hari terakhir ini Ark merasa bangga akan dirinya.
Dia mulai terbiasa dengan job Dark Walker, dan dia juga berhasil membalas Andel, yang sebelumnya lebih kuat darinya. Dia juga berhasil menyelesaikan quest spesial, dengan akhir yang sangat menguntungkannya. Sepertinya, akhir-akhir ini dia berasa di atas awan, karena usahanya selalu berjalan dengan mulus.
Karena itu muncul lagi harapan di dalam dirinya untuk berhasil lulus tes Global Exos. Akan tetapi, pada akhirnya, hal itu merupakan ilusi semata.
Saingan Ark, kandidat-kandidat yang lain, saat ini akan melakukan Raid untuk menyelesaikan quest dengan tingkat kesulitan C++. Meski dia memang sudah menduganya, namun mengetahui hal itu di depan matanya mengecilkan hatinya.
Ya, Ark memang sudah menduganya.
Tak seperti kandidat yang lain, dia tak bisa bermain game sepanjang hari. Jadi, perbedaan lama permainan akan menjadi perbedaan kekuatan. Selain itu, dia menghabiskan dua minggu di desa Harun. Jadi, perbedaan level sejauh itu memang wajar.
Dia tahu itu, akan tetapi...
"Sialan, aku merasa benar-benar lelah."
Perasaan kecewa dan kecil hatinya mulai menggumpal.
Hal ini bukan hanya dari perbedaan level antara Ark dengan kandidat lain, tatapan remeh Alan dan Lariette yang merasa kasihan padanya juga merupakan factor lain.
Ketika melihat peristiwa itu, Ark merasa seakan-akan kehilangan Lariette karena Alan. Memang ini cuma merupakan dunia game. Namun kemiripannya dengan dunia nyata, membuat rasa kekalahannya juga seperti nyata.
Ark tak ingin menjadi kalah lagi dan terus menerus menjadi pecundang.
Halangan apapun yang dihadapi, harus ia lewati!
***



< Prev  I  Index  I  Next >