Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

ARK_V01E04P06

gambar


4. Perjuangan Melawan Boss Setan Tikus (6)



Hyun Woo mengedipkan matanya, dan ibunya mulai tertawa lebar.

Walaupun Hyun Woo adalah orang baik, namun kepribadiannya jauh dari ramah.

Di masa lalu, dia tak bisa membayangkan, bisa mengatakan kalimat seperti itu. Tapi, setelah berbagai pengalaman, bahkan pengalamannya di [New World], menjadikan dirinya menjadi orang yang pandai bertutur kata.

'Haha, pengalamanku merawat nenek Johansson bisa berguna juga.'

Ketika Hyun Woo sebagai Ark merawat nenek Johansson, dia mendapat keterampilan merawat orang yang lebih tua.

Awalnya, Hyun Woo hanya menganggap itu quest saja. Namun, ketika Hyun Woo merasa semakin baik memperlakukan NPC, maka semakin besar hadiahnya, otomatis perilaku Hyun Woo menjadi lebih positif.

Setelah memahami itu, perlakuan Hyun Woo kepada nenek Johansson mulai mirip perlakuan cucu pada neneknya. Karena hasil yang didapatkan sebanding dengan perlakuan Hyun Woo melakukannya dengan senang hati.

Pengalaman di game pada akhirnya juga berguna di dunia nyata.

Perlakuan Hyun Woo kepada ibunya sekarang, mungkin tak seberapa. Tapi, ekspresi ibunya menjadi lebih cerah.

'Kenapa aku tak berbuat sesederhana ini sejak dulu?'

Hyun Woo mulai berpikir jika New World banyak manfaatnya.

"Aku akan kemari lagi, besok pagi. Aku tinggalkan beberapa buah. Jadi aku mohon, ibu mau memakannya."

Hyun Woo meletakkan bingkisan buahnya, lalu pergi dengan penuh tenaga. Setelah mendengar dari dokter jika buah akan mempercepat kesembuhan ibunya, Hyun Woo selalu membeli buah, ketika mengunjungi ibunya.

Walaupun untuk dirinya sendiri Hyun Woo bahkan tak mau membeli ramen, namun untuk ibunya jangankan buah, ginseng pun pasti akan ia beli.

Hyun Woo berjalan dengan sempoyongan ke toko tempat ia bekerja, karena kecapekan. Berbeda jauh dengan kondisinya saat mengunjungi ibunya.

Setelah bekerja keras selama 6 jam memindahkan barang, gaji bulanan yang ia terima hanya sekitar 1.500.000 Won. Di sisi lain, dia hanya mendapat 2.000.000 Won dari bekerja di tiga tempat, masing-masing 3 jam lamanya.

Global Exos membayar kandidat sebanyak 1.500.000 Won tiap bulannya. Jadi, apa yang Hyun Woo dapatkan tiap bulannya setelah bekerja selama 15 jam sehari hanya 5.000.000 Won.

Penghasilan ini hanya cukup untuk membayar biaya rumah sakit ibunya, dan keperluan sehari-hari yang paling vital saja. Jika Hyun Woo menunggak biaya rumah sakit, ibunya akan diusir dari rumah sakit. Jadi, tak peduli sesakit apa tubuhnya, Hyun Woo tetap bekerja.

Hyun Woo menampar mukanya untuk mengumpulkan tenaga.

'Penderitaan Ibu berkali-kali lipat dari diriku. Ya, aku tak boleh mengeluh dan menyerah.'

Setelah menggotong beberapa barang toko yang berat, Hyun Woo duduk menyandar ke dinding dan memejamkan matanya sejenak.

Alasan kenapa Hyun Woo mampu bertahan hanya dengan tidur 3 jam sehari adalah, Hyun Woo selalu memanfaatkan waktunya, seperti di dalam kereta atau di sela-sela kerja seperti ini, untuk tidur. Hal ini tentu saja karena bantuan teman kerjanya yang manis Hye Sun.

"Oppa, oppa!"

Mendengar suara itu, Hyun Woo dengan ngantuk membuka matanya.

Hye Sun memandang dirinya dengan cemas.

"Huh? Ada apa? Apakah barang dagangan yang lain sudah mulai terkirim?"

"Barusan ada telepon, jika barangnya akan datang sebentar lagi. Pemilik akan segera turun untuk melihat kinerja kita."

"Baiklah, sebaiknya aku mulai bangun, aku tak mau kena teguran."

Hyun Woo menjawab sambil melakukan stretching/peregangan tubuh.

Hye Sun dengan cemas bertanya.

"Oppa, apa kamu mengambil pekerjaan baru lagi?"

"Huh? Tidak, malahan aku mundur dari beberapa pekerjaan."

"Jadi, kenapa oppa kelihatan sangat kecapekan beberapa hari ini?"

"Yah, itu karena...." Hyun Woo memasang ekspresi malu. "Sejujurnya, akhir-akhir ini aku disibukkan oleh game."

"Oppa main game juga?"

"Apa maksudmu? Di masa lalu, ada kalanya aku bermain game seperti kesetanan. Pada akhir minggu, aku berada di depan layar dari pagi ke pagi. Bahkan di beberapa game, aku mencapai level maksimal."

Di masa itu, Hyun Woo benar-benar kecanduan game. Orang tuanya tidak ketat, jadi Hyun Woo tak pernah dimarahi karena main game.

Ketika kejadian malang menimpa keluarganya. Selain ibunya, tak ada hal lain yang lebih penting bagi dirinya sekarang.

Tak peduli sejauh apa ia berkonsentrasi bermain game, Hyun Woo masih harus memikirkan biaya rumah sakit Ibunya. Sejauh ini tak ada game yang membuat dirinya melupakan kenyataan pahit itu.

'Kemungkinan, aku tak akan pernah bisa nyaman, ketika main game.'

Sebelumnya, itulah yang Hyun Woo pikirkan. Tapi akhir-akhir ini, sensasi senangnya main game mulai kembali pada diri Hyun Woo.

Dia terlalu terbenam di dunia New World, sampai dia melupakan tujuannya memainkan game ini, yang mana adalah agar dirinya bisa bekerja di Global Exos.

Itulah kenapa, waktu tidurnya semakin berkurang. Sehingga tubuhnya tak hanya digerakkan oleh tenaga, namun kemauan semata.

Bahkan, beberapa kali Hyun Woo hampir melupakan laporan yang harus diserahkan ke Global Exos. Tapi, untung saja dia selalu ingat di akhir tenggat waktu, namun laporannya pasti asal-asalan dan berantakan.

Di saat Hyun Woo berada di New World, dia merasa sangat nyaman. Dan dia berpikir, mungkin ada enaknya bekerja di Global Exos yang telah menciptakan game semacam ini. Namun Hyun Woo berpikir kesempatannya kecil. Pengalaman Hyun Woo sangat minim, sehingga di awal dia tertipu. Dan waktunya bermain juga sangat terbatas.

Walaupun kesempatannya hanya 1 di antara 200, kenyataannya Hyun Woo harus melawan 1900 orang.

Hyun Woo menyimpulkan bahwa kesempatannya ditolak jauh lebih besar daripada diterima. Jadi untuk saat ini, Hyun Woo ingin menikmati New World, selama dia bisa. Dia harus mengembalikan unit konsol permainan senilai 10.000.000 Won, jika proses rekrutmen berakhir.

'Jika aku mengembalikan unit itu, dengan penghasilanku sekarang, tak mungkin aku bisa memainkannya lagi. Kesempatan untuk bermain New World lagi, aku harus berhasil dalam proses rekrutmen. Aku pasti bisa, aku harus percaya jika aku pasti bisa.'

Namun lamaran palsunya masih menggantung di pikirannya. Walaupun dirinya berhasil lolos, apakah mungkin lamaran palsu itu bisa tertutupi terus?

Dia ingin percaya, jika dirinya tak akan gagal.

Ketika Hyun Woo sibuk berpikir, Hye Sun tiba-tiba bertanya.

"Jadi, game apa yang dimainkan oppa?"

"Kenapa kamu bertanya?"

"Ya, jika itu memang menyenangkan aku juga ingin mencobanya."

"Kamu main game juga?"

"Tentu saja."

"Game apa?"

"Errr, yaaah, game apa ya? Game yang ada tariannya itu loo...." Hye Sun menjawab sambil mengerutkan keningnya.

"Game ini jauh berbeda dengan game itu. Bahkan jika kamu tahu game apa yang aku mainkan, itu akan terlalu sulit bagimu untuk memainkannya."

"Tch, game apa itu sehingga kamu menganggap aku tak bisa memainkannya?"

"New World, game ini rilis belum begitu lama."

"N-New World?"

Mata Hye Sun membesar.

"Kamu tahu game ini?"

"Tentu saja. Jadi.... yah oppa benar. Aku pernah membacanya di koran. Bukankah unitnya sangat mahal?"

"Yah, entah bagaimana aku bisa mendapatkannya dengan gratis."

"Entah bagaimana?"

"Aku tak bisa memberitahumu dengan detail. Oh iya, bukankah ada rental unit. Memang sedikit mahal, tapi jika ada kesempatan, cobalah sekali. Mencoba ratusan kali lebih gampang daripada penjelasanku, jika kamu memang ingin tahu soal New World."

Lalu, ada truk masuk ke gudang, Hyun Woo segera menuju ke sana untuk bekerja kembali.

Hye Sun memandang punggung Hyun Woo dan mengangguk seakan sudah membuat kepastian.

"Dia bilang New World kan?"

***






< Prev  I  Index  I  Next >