Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

SCG_037

gambar

SCG_037


Bab 37. Ke Pardise (3)


'Apa ini?'
Seol menatap selembar kertas yang jatuh di rak.
'Oh itu benar. Aku mendapatkannya dari salah satu ‘Kotak Yang Diperlukan’…'
Dia ingat menerimanya, sebagai salah satu bonus awal. Jujur, dia benar-benar lupa, tentang itu. Pada saat itu, dia terlalu terpesona oleh info tentang Sembilan Mata-nya. Dan setelah itu, makanan yang ia bawa dari toko menyembunyikan kertas ini dari pandangannya. Dan kertas itu merana di bagian bawah tas miliknya.
Dia tak bisa ingat, tapi dia merasa sedikit terkejut dengan kenyataan, jika dia benar-benar lupa tentang hal itu sampai sekarang.
"Hei, Sungjin?"
"Ya?"
Yi Sungjin mengangkat kepalanya dan menatap Seol, setelah dia berhenti mengosongkan isi tasnya ke tanah.
"Apa nilai Tanda-mu lagi?"
"Copper."
"Itu artinya, kamu mendapat Random Box, kan? Saat di aula pertemuan. "
"Ya."
"Apa yang keluar dari sana?"
"Itu adalah jimat kertas. Mengapa? Apakah ada masalah?"
Yi Sungjin menjawab tanpa ragu-ragu.
"Aku agak penasaran. Tapi uh, sihir sihir yang bisa kamu gunakan dengan jimat, bisakah itu sihir apapun yang kamu inginkan?"
"Tidak. Punyaku tertulis ‘Bind’ di situ. "
Seol melihat kembali ke jimat kertas yang bertengger di rak dan mulai sedikit mengernyit. Potongan kertas ini di depan matanya adalah… hampir sepenuhnya kosong.
"Apakah mungkin bagimu untuk menunjukkan padauk, jimatmu? Jika kamu masih memilikinya. "
"Oh itu. Maaf, tapi aku sudah menggunakannya di Tutorial… Kami bertemu monster Gaekgwi, segera setelah kami keluar dari tempat persembunyian kami. ”
Yi Sungjin menggaruk bagian belakang kepalanya, dengan minta maaf.
"Hmm… Aku ingin tahu, apakah ada orang yang masih memiliki jimat mereka…"
"Aku yakin semua orang sudah menggunakan mereka sekarang. Maksudku, Zona Netral akan segera tutup. "
"Hah? Apa artinya?"
"Hm? Oh, jadi, semua benda itu bonus awal, kan? ”
"Maksudmu apa?"
Ketika Seol bertanya kembali dengan terkejut, Yi Sungjin menunjukkan betapa terkejutnya ia. Seolah-olah pikiran Seol tak tahu tentang itu, tak terlintas di benaknya.
Bagaimanapun juga, itu adalah akal sehat untuk setiap ‘Undangan’. Ya, tak kecuali mereka tak memperhatikan penjelasan yang diberikan sebelumnya.
"Uhm… Ya, pikirkan itu seperti telepon kita. Kamu dengar kita harus mengembalikannya sebelum meninggalkan Zona Netral, kan? ”
"Ya."
“Seperti itu. Kedua bonus awal dan smartphone, bukanlah hal-hal yang kita peroleh melalui upaya kita sendiri. "
"Benar."
"Hal-hal seperti itu pasti terjadi, baik kita mengembalikannya sebelum Zona Netral ditutup, atau mereka secara otomatis menghilang, ketika kita pergi. Zona Netral adalah area khusus yang terhubung dengan Tutorial. Sehingga, item dari sana dapat digunakan di sini, karena kita tak dapat membawanya ke Paradise. "
"Tapi, tak bisakah kita membawa armor dan senjata bersama kita? Heck, aku juga berencana untuk membawa bola sihirku.”
"Armor dan senjata dibeli dengan poinmu sendiri. Jadi, mereka dikecualikan. Dan kamu mendapatkan bola sihir itu sendiri, setelah menemukan jumlah koin yang tepat dalam perburuan harta, kan? Maksudku, mereka berbeda dari bonus awal yang diberikan, tanpa kita benar-benar melakukan apa pun.”
Ini adalah pertama kalinya, Seol mendengar tentang semua ini. Ekspresinya menjadi rumit, ketika dia melihat jimat kertas di rak.
“Misalnya, jika kamu melakukan sesuatu dengan bonus awalmu, itu diakui sebagai pencapaian yang telah kamu raih sendiri. Tapi, bonus itu sendiri tak akan dihitung. "
Apa yang dikatakan Yi Sungjin adalah jimat Seol akan sia-sia, besok.
"Tunggu sebentar. Apakah itu berarti tas ini juga…”
Yi Sungjin mengangguk seolah itu sudah jelas.
"Aku hampir membuat kesalahan besar."
Seol buru-buru mengeluarkan semua barang yang disimpannya, dengan hati-hati di dalam tas.
Sementara itu, dia menyesali kenyataan, jika dirinya tak mendapatkan kesempatan untuk menggunakan jimat ini. Dan pada saat yang sama, dia juga penasaran.
[Kamu telah memperoleh Jimat Kertas]
Pesan pengumuman itu jelas mengatakan, ia memperoleh "jimat kertas". Tapi, tak seperti bola sihir, tak ada satu pun informasi yang ditulis pada jimat itu sendiri. Bahkan, sihir jenis apa pun yang bisa dilemparnya.
Tapi dia tak menganggap barang ini, sebagai sampah yang tak berguna. Lagipula, itu adalah salah satu bonus awal Tanda Gold. Setidaknya, nilainya harus jauh lebih tinggi daripada bonus Tanda Silver dan Copper.
"Berharap aku punya petunjuk…"
Perlahan Seol jatuh ke dalam pikirannya.
‘Apakah kamu mengolok-olokku? Apakah pengalamanmu selama Tutorial, itu tak menyenangkan? Apakah kamu mencoba untuk benar-benar merobek-robeknya, bukan begitu? Hanya bagaimana, kamu tahu apa yang dibutuhkan pria itu di sini?!)
Kemudian, dia ingat Guide Han menggeram marah, setelah melihat Kotak Yang Diperlukan kembali di aula pertemuan. Guide ini tampak sangat lega, ketika Seol mengatakan kepadanya, jika Stats Window-nya malah diperbarui.
[Memindai item yang paling dibutuhkan selama situasi saat ini…. Harap tunggu.]
Selanjutnya, dia ingat pesan yang datang, setelah membuka Kotak yang Diperlukan pertama…
‘Tapi pria itu, dia tak membersihkan misi dengan cara yang kamu sebut 'pantas'. Dia hanya beruntung, itu saja.’
…Dan, bahkan saran Kim Hannah juga.
'Mungkinkah…'
Begitu pemikiran itu memasuki kepalanya, Seol jatuh ke dalam dilema yang serius. Dia perlahan meraba jimat kertas yang hampir kosong, jakunnya naik-turun.
"Ngomong-ngomong… Apa yang kamu dapatkan untuk bonus awal kamu …. Eh? ”
Kata-kata Yi Sungjin terhenti, bersama dengan tangannya yang juga berhenti mengosongkan tasnya. Seol tak terlihat lagi.
"Hyung?"
***

[Pengepungan (Jumlah misi yang tersisa: 1/1)
Dalam 48 jam, musnahkan ras Guardian yang melindungi "Sanctuary" dan hancurkan benteng yang tak tertembus ini!
Kesulitan: Impossible
Ketika berhasil: +172.800 SP, kupon toko VIP sekali pakai (1 per orang)
Ketika tidak berhasil: Kematian
* Party dimungkinkan (hingga 6 orang)]
Seol turun ke lantai satu, dan menatap panjang dan keras, pada perkamen terakhir yang tertempel di bagian paling atas papan pengumuman. Plaza yang biasanya berisik, kini sepi dan sunyi hari ini. Seolah-olah semua orang terlalu sibuk memilah-milah barang bawaan mereka, daripada untuk mondar-mandir di sekitar sini.
‘Bahkan ada batas waktu juga…’
Perlahan Seol menelan ludahnya, mengulurkan tangan, dan dengan hati-hati mengambil perkamen misi dari papan itu.
Sekarang, perkamen ini tak lagi bercahaya merah seperti sebelumnya. Tidak, itu sekarang dalam rona orange, yang satu tingkat lebih rendah dari warna merah, 'Jangan Mendekat'.
Ketidak-pastiannya hanya berlangsung sesaat.
Warna 'irekomendasikan Mundur' sekarang tak lagi ada, dan itu memberi Seol kepercayaan diri.
"Ada kemungkinan, aku bisa selamat dari ini."
Tingkat bahaya yang tinggi masih ada, tapi tetap saja…
Seseorang pernah berkata demikian. Akan ada waktu dalam kehidupan seseorang, ketika dia harus mengambil langkah mundur atau mengambil tantangan itu, secara langsung.
Dia meremas matanya yang gemetar. Jari-jari yang mencengkeram perkamen misi menangkapnya lebih erat.
Tzzzt
Didampingi oleh suara kertas yang robek menjadi dua, Seol menghilang dari alun-alun.
***

Lokasi yang diteleportasinya, berada di tengah hutan lebat.
'Di mana ini?'
Seol buru-buru mengamati sekelilingnya, hanya untuk membuat rahangnya hampir menyentuh tanah, sebagai gantinya.
‘S-sial!’
Matanya memandangi pegunungan yang megah, namun sangat besar. Tebing-tebing itu tampak begitu terjal dan kaku. Seolah-olah mereka dipotong dan dibentuk dengan ahli oleh pisau ukiran surgawi. Puncak tertinggi bahkan tak bisa dilihat, karena diselimuti oleh awan tebal.
Tapi situasinya bertambah buruk.
Dia juga bisa melihat bangunan yang tak terhitung jumlahnya, dan dinding pertahanan yang dibangun di dalam dan sekitar lereng gunung. Dan itu semua tampak sangat kokoh baginya. Membuatnya benar-benar menghargai, tingkat ‘mustahil’ dari misi ini.
"Bagaimana orang bisa menyelesaikan misi ini ?!"
Ini bukan lagi masalah yang dapat dipecahkan oleh sekelompok kecil enam orang yang selamat. Bahkan, pasukan yang terorganisasi dengan baik, akan merasa sulit untuk menaklukkan tempat ini. Baru sekarang Seol menyadari, apa yang coba diperingatkan Kim Hannah padanya.
Seol melakukan yang terbaik, untuk mengendalikan jantungnya yang berdebar kencang. Dan dia dengan hati-hati mulai berjalan ke depan. Ternyata, jarak sebenarnya ke tujuannya tak terlalu jauh. Karena dia tak tahu apa yang mungkin terjadi, dia pikir itu akan menjadi yang terbaik, jika dia menutup jarak sebanyak mungkin, sebelum mencoba jimat kertas.
Tapi, ketika dia sedikit lebih dekat dari sebelumnya, dia tak punya pilihan, selain berhenti tiba-tiba.
Dia meninggalkan 'Nine Eyes' sejak di lantai pertama Zona Netral.
Dan berkat itu, dia bisa melihat perubahan pegunungan, tiba-tiba dari yang semula merah menjadi…
…Tetap, merah tua.
Lalu…
‘A, apa-apaan ini?’
…Akhirnya, itu menjadi hitam legam.
Tekanan tak berbentuk yang diberikan oleh tebing-tebing itu, setelah itu semua tiba-tiba berubah menjadi warna hitam pekat begitu luar biasa. Sehingga, hanya dengan melihatnya, Seol secara naluriah mundur selangkah ketakutan.
Desir!
Saat itulah, suara siulan tajam menembus telinga. Seol telah mengambil beberapa langkah mundur, tapi terhenti ketika itu terjadi. Dan ketika dia dengan hati-hati mengusap pipinya, dia menemukan darah di telapak tangannya.
[Kamu manusia kecil yang kurang ajar! Ohohoho!]
Suara perempuan yang bernada tinggi namun agak memikat, tiba-tiba terdengar di udara.
Seol dengan cepat melihat sekelilingnya, ketika kebingungan mewarnai ekspresinya. Dia tak bisa melihat atau merasakan apa pun di sekitarnya. Tapi… Apa yang baru saja terjadi?
Tidak, ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Warna hitam menandakan jika dia harus segera melarikan diri. Satu langkah salah, dan dia akan mati.
Dia memulihkan akalnya dan buru-buru menarik jimat kertas kosong keluar. Lalu…
[Aku dak bisa mengatakan, pikiran bodoh apa yang membawamu ke tempat ini, tapi…]
…Dan kemudian, tanpa sedikit pun keraguan, dia merobeknya menjadi dua.
[Kamu menggunakan Jimat yang Diperlukan.]
[…Tapi! Sebagai Wali, aku tak bisa duduk diam dan hanya menonton penghinaanmu!]
[“Memindai sihir yang paling dibutuhkan untuk situasi saat ini… Harap tunggu.”]
[Hukuman karena mengganggu situs suci ini, adalah idemu… Apa?]
Suara dan pesan itu terus terdengar di telinganya. Tapi kemudian, akhirnya…
[“Sihir, Area Terbatas: Gempa Bumi Besar, telah diaktifkan.”]
[“Gempa Level 12 akan dimulai dalam area yang ditentukan.”]
Woong, Woong, Woong, Woong !!!
Sebuah penghalang besar tiba-tiba terbentuk, di antara tempat Seol berdiri dan lereng gunung. Kemudian, penghalang ini meluas lebih jauh dan benar-benar mengelilingi seluruh pegunungan dalam sekejap mata. Dengan selaput yang terus menjauh, lebih tebal dari penghalang apa pun yang dilihat Seol sampai sekarang.
[A-apa yang kamu lakukan, manusia ?!]
Suara itu menjadi panik, karena peristiwa tak terduga ini terus berlangsung.
Sayangnya untuk pemilik suara, sihir yang sebenarnya belum dimulai.
Gemuruh!
Raungan mengerikan yang tak terlukiskan, menyerang pendengaran Seol. Itu sangat keras, sehingga dia kehilangan semua pendengarannya segera.
Seolah-olah puluhan ribu garis retakkan saling bertabrakan. Dan kemudian, bumi terbelah…
Tanah pecah seperti jaring laba-laba, dan seluruh pegunungan mulai bergetar.
Kwang!
Bumi pecah dan meledak ke atas.
Seol hanya bisa menggambarkan apa yang dilihatnya seperti itu.
[Kyaaaaak !!]
Hampir pada saat yang sama, sesosok wanita dengan cepat muncul dari salah satu pohon yang terperangkap di belakang penghalang, ketika rambutnya dikibas.
Ini tak lagi berada di ketinggian lereng gunung atau yang serupa. Tidak, seluruh pegunungan itu sendiri retk dan runtuh dari atas ke bawah, sementara tanahnya meledak tanpa henti.
Saat dia berdiri di luar penghalang dengan aman, Seol tak bisa benar-benar tahu, apakah itu penglihatannya yang memutar atau gunung yang sebenarnya sedang dipecah menjadi beberapa bagian.
Betapa menakutkannya, kekuatan destruktif dari sihir itu.
[Uaaak! Uaaaaaaak!!]
Gunung-gunung dan tanah bergelombang pecah berulang-ulang, menyebabkan sosok perempuan ini melompat-lompat, seperti perempuan gila. Namun, getarannya menjadi lebih keras, bahkan lebih ganas dari sebelumnya. Dan segera, teriakannya juga menghilang.
Seol dengan bingung menatapnya, sebelum jatuh tanpa daya ke tanah. Menyaksikan tontonan ini terbuka tepat di depan matanya, rasa takut yang hampir tak dapat diatasi, telah menguasai pikirannya.
Seol duduk di sana berlutut, menatap sambil benar-benar tanpa cedera, itu terasa seperti kebohongan.
Pada akhirnya, dia menutup matanya dan menutup telinganya.
Ketika bencana dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, skala yang mengubah surga, tak butuh waktu lama untuk segala sesuatu yang terjebak dalam penghalang, untuk dilenyapkan.
***

[Kamu telah berhasil menyelesaikan misi kesulitan ‘Impossible’.]
[Kamu telah menerima satu kupon VIP sekali pakai.]
[172.800 Poin Survival telah ditambahkan untukmu.]
[Poin Survival Saat Ini: 477.997]
Ketika Seol yang berlutut membuka matanya setelah mendengar peringatan itu bergema di telinganya, dia sudah kembali di plaza lantai pertama.
"Huaaaa…"
Seol menghela nafas lega, seolah-olah dia hampir kehilangan sepuluh tahun hidupnya sekarang. Jantungnya yang terkejut masih berdebar kencang. Dia tetap duduk di tanah, bekerja keras untuk mengatur napasnya yang berat dan kasar.
‘Ini hanya sebuah misi. Ya, itu tak lebih dari sekedar misi sederhana…'
Setelah berhasil menenangkan ketakutannya, Seol akhirnya memperhatikan selembar kertas kecil yang menempel di dadanya. Dan itu adalah kupon toko VIP sekali pakai. Baru pada saat itulah dia menyadari, jika dirinya telah berhasil.
Emosi kegembiraan murni masuk padanya.
Seol mengepalkan tangannya dengan erat. Dia tak pasti dan ragu-ragu bahkan ketika dia akan merobek perkamen misi menjadi dua. Tapi sekarang, dia berhasil membersihkannya, dia diliputi oleh perasaan suka cita dan kepuasan.
Setelah mengkonfirmasi jumlah SP yang dimilikinya, Seol bangkit untuk pergi.
Rekan-rekannya terus-menerus menyarankannya untuk berinvestasi dalam armor dan item-item baru. Tapi, dia dengan gigih menabung semua poinnya. Dan karena dia telah menerima hadiah tambahan, dia hanya tahu, jika dia tak akan pernah bisa mendapatkan istirahat malam yang baik dari penyesalan, jika dia tak menghabiskan semua SP, dan akhirnya meninggalkan Zona Neutral besok.
Sambil dengan hati-hati membawa kupon, Seol dengan cepat berlari menaiki tangga. Dia mendorong pintu ke toko VIP lantai delapan dan masuk, hanya untuk menemukan jika ada pelanggan lain di sini.
"Eh? Kamu juga datang? "
Itu tak lain adalah Odelette Delphine.
“Kamu datang untuk membeli apa? Aku ingin membeli Divine Elixir untuk Mana, tapi tampaknya tak ada lagi yang tersisa. "
Seol setengah mendengarkan keluhan Odelette Delphine sambil buru-buru merambah daftar item.
[5. Divine Elixirs: masing-masing 30.000 SP. Strength x1, Durability x1, Agility x1, Stamina x2, Luck x2]
Dia adalah orang yang membeli semua Mana Elixir yang tersedia. Tapi satu botol masing-masing Agility dan Luck Elixir juga menhilang. Rekan satu tim Seol telah membelinya. Mereka memang berinvestasi dalam armor dan equpment mereka. Tapi itu tak berarti jika beberapa dari mereka tak memiliki cukup ruang gerak untuk menginvestasikan 30.000 poin lagi, untuk membeli Elixir.
"Delphine, apakah kamu berencana untuk membeli salah satu Divine Elixir ini?"
"Maaf? Oh, tidak, tidak juga... Aku tak akan membelinya. "
"Aku mengerti. Uhm, hai nona? Berikan aku setiap Divine Elixir yang tersisa dalam gudangmu, tolong! "
"Eh?"
Terkesiapnya suara bodoh keluar dari mulut Odelette Delphine, setelah mendengar keputusan pembelian Seol yang berani.
210.000 poin hilang dalam sekali jalan, ketika tujuh botol Divine Elixir, masuk ke tangan Seol.
"Lalu…"
Sementara dia menyimpan poinnya, dia sudah memutuskan apa yang ingin ia beli. Dia hanya membeli Elixir, hanya karena dia sekarang memiliki banyak poin untuk dihabiskan.
[10. Air Mata Psychic: 250.000 SP, x1]
"Beri aku Air Mata Psychic juga!"
"Ehhhhh ?!"
Dengan itu, 250.000 poin lainnya hilang.
Sekarang, masalah sebenarnya dimulai. Ya, dia tak berencana untuk mendapatkan kupon toko VIP sekali pakai itu.
[3. Suvenir Moirai: 600.000 SP, x1
4. Branding Iron Miyal: 100.000 SP, x1
6. Divine Stigmata: 300.000 SP, x1
7. Benih Pohon Dunia: 400.000 SP, x1
9. Sedge Aphrodite: masing-masing 150.000 SP, x5]
Seol bahkan tak repot-repot melihat barang-barang yang lebih murah dari 100.000 poin. Matanya tetap tertuju pada lima item ini, saat dia mempertimbangkan pilihannya untuk waktu yang lama.
"Dewa bantu aku…"
Setiap orang dari mereka memiliki efek yang menantang dewa. Setelah beberapa pertimbangan, dia dengan penuh air mata, mengecualikan Branding Iron Miyal dan Sedge Aphrodite dari pilihannya, dan melanjutkan.
'Ayo lihat. Suvenir Moirai, Divine Stigmata, dan Benih Pohon Dunia…'
Setelah memikirkannya untuk selamanya, Seol akhirnya memutuskan.
"Berikan padaku… Divine Stigmata…"
Hanya ada satu alasan untuk keputusannya.
Suvenir Moirai dan Benih Pohon Dunia memiliki efek keseluruhan, yang tampaknya memberi manfaat lebih banyak kepada sekelompok orang. Sementara itu, Divine Stigmata tampak lebih diarahkan untuk membantu satu individu, daripada banyak orang.
Segera setelah Seol memberikan kupon sekali pakai, mata pelayan yang bertanggung jawab atas toko VIP dan Odelette Delphine menjadi sangat terkejut.
"O, oh Tuhan!"
"Ueeeeh!"
"Bisakah aku mengambilnya?"
Pertanyaan Seol menyebabkan pelayan tercengang itu mengangguk.
“Ya, ya, kamu bisa mengambil apapun yang kamu mau dengan ini… T-tapi, bagaimana? ”
“A-apa ini? Ini, bukankah ini ?! Benarkah? Kamu, apakah kamu membersihkan misi itu?! Tapi tapi! Bagaimana kamu melakukannya?!"
Mengabaikan dua wanita yang kebingungan, Seol dengan erat menggenggam marmer yang bersinar dalam warna biru cemerlang. Kemudian, dia berbalik dan cepat-cepat meninggalkan toko. Dia berlari ke tujuan berikutnya, toko biasa yang menjual senjata. Dia takut, jika dia tetap berada di toko VIP sebentar lagi, dia tak akan bisa melupakan dua item lainnya.
[Poin-poin yang masih tersisa: 17.997]
Seol dapat mendengar Odelette Delphine dengan putus asa memanggilnya dari belakang. Tapi dia tak dapat menjawabnya, karena kepalanya dipenuhi dengan pemikiran tunggal, untuk menggunakan Poin Survival yang tersisa secepat mungkin.
Dia melihat beberapa player menelusuri barang-barang di toko senjata. Menemukan Aragaki Yuzuha tak terlalu jauh darinya, Seol mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan memanggilnya.
"Di sini!"
"Ya?"
Yuzuha berlari ke sisinya tanpa tergesa-gesa.
"Berapa tombak paling mahal di toko ini?"
“Yang paling mahal? Maka itu… kami memiliki tombak yang harganya 22.500 poin. Tapi untukmu, itu akan menjadi 15.750. Bagaimanapun juga, apa yang bisa aku bantu? ”
Kecuali ada yang berbicara tentang armor atau item yang dirancang untuk Mage dan Priest, seseorang tak akan menemukan senjata berharga tinggi, yang disediakan untuk Warrior, yang harganya lebih mahal dari yang mungkin ditemukan di toko VIP.
"Berikan padaku."
"Eh?"
"Beri aku tombak itu. Aku membelinya. "
"Oh, oh!! Kamu yang terbaik!"
Karena semua komisi penjualan dihitung untuk pencapaiannya, tak mungkin Yuzuha akan ragu dan membuang waktu di sini. Dia dengan cepat mengeluarkan tombak yang bersinar dalam cahaya perak paling menawan, yang bisa dibayangkan. Dan kemudian, dia menekuk pinggangnya 90 derajat dengan rasa terima kasih.
Dan dari 2.197 poin yang tersisa, Seol menghabiskan semuanya, menyisakan 1.000 yang ia butuhkan untuk meninggalkan Zona Netral. Hanya saat itu, kesenangan berbelanja berakhir.
"Euhehehehe…"
Seol terus menerus tertawa seperti orang gila, ketika dia menaiki tangga, sebelum menutup mulutnya dengan tergesa-gesa. Bahkan jika dia merasa seperti berada di awan sembilan, tawanya terdengar terlalu bodoh untuk disukainya.
Dia memutuskan untuk mengamankan Divine Elixir untuk masa depan. Dia berpikir jika dia harus menggunakannya, hanya setelah dia mengalami semacam hambatan, ketika mencoba untuk menjadi lebih kuat secara fisik. Karena, dia memiliki lebih banyak ruang untuk tumbuh, menggunakan Elixir ini sekarang tampak seperti puncak kebodohan.
'Adapun Divine Stigmata, aku hanya bisa menggunakannya, ketika aku sampai di kuil…'
Tapi, barang yang tersisa bisa digunakan segera, tidaklah masalah.
Waktu yang sangat menyenangkan, ketika malam sudah dekat dan sekarang saatnya untuk pergi tidur.
Seol kembali ke kamarnya dan selesai berkemas. Dia mematikan semua lampu dan menuju ke kamar mandi. Setelah mengusir Yun Seora yang bersembunyi di bagian bawah bak mandi, dia berbaring di bak mandi sendiri.
Dia menatap cairan bening yang berputar-putar di dalam botol kecil untuk sementara waktu, sebelum menarik tutupnya dan minum setiap tetes terakhirnya.
Begitu sensasi menyegarkan cairan menggelitik tenggorokannya mulai masuk ke otaknya, dia dihantam oleh keinginan kuat untuk tidur. Mungkin itu untuk memberi sinyal, jika efeknya sudah merasuki dirinya.
Ekspresi Seol adalah salah satu kebahagiaan murni, saat matanya perlahan menutup.
Dia tak tahu dalam mimpi terliarnya, apa yang mungkin terjadi besok pagi.



< Prev  I  Index  I  Next >