SCG_181
SCG_181
181. Akhir itu sebagai langkah awal
Mereka diam-diam menatap Seo Yuhui, yang benar-benar kaku
beku, dan Seol Jihu yang tak bisa menutup matanya.
"Di mana dia?"
Lalu tiba-tiba, suara dingin memecah kesunyian.
Setelah berhasil menghancurkan semua Nest, Star of Avarice telah
tiba di sini, menggunakan sihir teleportasi.
Semua orang yang hadir hanya menatapnya, tak menjawab
pertanyaannya.
Dia bukan tipe orang yang tak bisa membaca suasana.
Menyadari keheningan yang berat di daerah itu, dia diam-diam melangkah maju.
Ketika dia melihat keadaan di mana pemuda itu berada, dia
mengerutkan alisnya.
"Ini… jauh lebih buruk daripada yang aku
pikirkan."
Mengesampingkan semua yang lain, hanya dengan melihat
retakan di kulitnya, dia menggigil. Sepertinya, dia sedang melihat tanah
pertanian yang dulunya kaya, telah menjadi gersang karena kekeringan yang
panjang.
'Tunggu.'
Setelah dengan hati-hati memeriksa kondisi Seol Jihu,
alisnya bergetar.
'Apakah ini jejak Skill Awakening?'
Dari energi kuat yang ia rasakan, dia bisa tahu jika pemuda
itu telah menggunakan teknik kelas tinggi. Berlutut di sebelah Seol Jihu, Executor
Avaritia meraih lengan pemuda itu.
Saat dia dengan hati-hati menuangkan beberapa …
"Uk!"
Matanya terbuka.
"Uwaaaaah!"
Dia kemudian berteriak ketakutan, menarik lengannya ke
belakang, sebelum kehilangan keseimbangan, dan jatuh di pantatnya.
“Uuuk! Uweeeeek…”
Dia bahkan muntah. Segera, dia meraih tangannya yang
gemetaran, lalu menatap Seol Jihu seperti sedang melihat monster.
Executor Avaritia adalah seseorang di puncak jalan Mage.
Secara alami, dia sangat sensitif ketika memeriksa mana.
Dia telah mencoba untuk memeriksa kondisi internal pemuda
itu. Tapi akhirnya, dia terkejut dengan apa yang ia rasakan.
Hanya dengan mencampur sedikit mana ke dalam tubuh pemuda
itu, energi yang mengerikan mengamuk, menyerbu tubuhnya, dan menggoncangkan isi
perutnya.
"D-dia gila!"
Wajahnya berubah, ketika dia terengah-engah.
"Hanya berapa banyak Skill Awakening yang ia
duga!?"
Dia tiba-tiba berhenti di tengah-tengah kalimatnya, dan
menatap tangannya yang gemetaran dengan tatapan tak percaya. Dia memusatkan
perhatiannya pada energi yang berputar-putar sembrono, seperti kuda liar yang
tak terkendali.
Kemudian, dia akhirnya menghela nafas.
"Dia bahkan membalikkan aliran energinya…"
Dia tahu, jika sekarang bukan waktu atau tempat untuk
mengatakan ini. Tapi, dia benar-benar ingin berteriak.
Jika pemuda itu adalah jenius atau bodoh.
Sepertinya, dia meminjam uang tanpa berniat untuk melunasinya.
Dia telah meminjam uang dari semua tempat, membelanjakannya sesuka hatinya, dan
meninggal, ketika tiba saatnya untuk mengembalikannya.
Dan analogi dari Executor Avaritia, ini sangat tepat.
Pertama, ketika Seol Jihu menggunakan Poin Kemampuan-nya
untuk meningkatkan stat Mana, keseimbangan Teknik, pikiran, dan tubuh yang
telah membuatnya kerja keras, untuk menstabilkan itu. Kini, itu menjadi bengkok
sekali lagi.
Selain itu, ketidak-seimbangan sekarang beberapa kali lipat
lebih buruk daripada di masa lalu, yang hampir tak sebanding.
Lagi pula, Intermediate - High dan High - High bahkan tak
dapat ditempatkan pada skala yang sama.
Selain itu, dia telah dengan kuat mengangkat ranah
pemahamannya, melalui Future Vision dan menggunakan Skill Awakening dari Unique
Ranker, Berserk.
Namun, sampai titik ini, masih ada 'sedikit' kemungkinan
hal-hal yang tak lepas kendali. Dia hanya memiliki satu kaki yang melewati
garis dan tak bisa kembali.
Alasan dia berakhir dalam kondisi saat ini adalah, karena
dia membalikkan aliran Festina Earring, Flash Thunder, dan Flash Step.
Tentu saja, dia telah berhasil dalam mendorong Undying
Diligence ke keadaan grogi. Tapi, teknik aliran terbalik ini sangat membebani
tubuh seseorang. Sehingga, membalikkan satu teknik saja mengakibatkan dampak
yang sangat besar untuk tubuhnya.
Karena Seol Jihu telah membalikkan aliran tiga energi secara
bersamaan, tak mungkin tubuhnya yang goyah dapat menahan serangan ini.
Bukan itu saja. Ketika dia melawan Komandan Seven Army, dia
sepenuhnya menggunakan energi tak terbatas, yang tersimpan di dalam dirinya
dari makanan dan obat-obatan yang berharga. Dan akhirnya, dia menggunakan
teknik yang secara paksa meningkatkan Level-nya, dengan hidupnya sebagai
jaminan.
Secara keseluruhan, dia telah melewati garis dan tak bisa
kembali dengan teknik aliran terbalik. Dan setelah itu, dia berlari lurus
menuju kematian.
Star of Avarice baru saja berhasil menenangkan energi yang
mengamuk, dan berulang kali membuka dan menutup tangannya yang serasa terbakar.
Dia memiliki keraguan kecil, ketika dia melihat Seol Jihu
mendorong kedua Komandan Seven Army kembali, tapi dia segera menerima situasi
itu.
Di sisi lain, dia mengerti, mengapa semua orang hanya
menonton, dan mengapa Seo Yuhui berhenti menyembuhkannya.
Karena Seol Jihu dalam kondisi saat ini tak dapat
disembuhkan. Bahkan, jika ada sepuluh Seo Yuhui. Bahkan, kemungkinan siapa pun
yang mengobatinya akan terkena risiko besar.
'Sulit.'
Menyembuhkan pemuda itu tampak mustahil, tak peduli
bagaimana dia melihatnya. Jadi, ekspresinya menurun. Dia menatap Seol Jihu
dengan ekspresi menyesal.
Perang sengit akhirnya berakhir.
Ada desas-desus, jika perang ini adalah akhir dari Ras manusia.
Tapi, hasilnya sangat berbeda dari harapan semua orang.
Tentara Parasite, termasuk satu Hydra dan sepuluh Medusa,
telah dimusnahkan. Dan sepuluh Nest, termasuk satu Nest tingkat atas dan
sembilan Nest tingkat menengah, dihancurkan.
Meskipun Vulgar Chastity pergi tanpa cedera, dia kehilangan
sebagian besar pasukannya.
Itu sama untuk Unknown Modesty. Dia telah dipaksa untuk
menggunakan Divinity Manifestation, dan pasukannya menghadapi kehancuran.
Semua Nosferatus telah terbunuh. Dan di atas itu semua, Undying
Diligence telah binasa.
Komandan Seven Army Pertama Parasite yang namanya identik
dengan teror untuk Paradisian dan Earthling, kini telah tiada. Ini adalah
prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebuah prestasi yang akan
berdampak, tak hanya pada manusia, tapi juga Federacy.
Meskipun darah orang yang tak terhitung jumlahnya berkumpul Bersama,
untuk membentuk sungai darah. Meskipun itu adalah kemuliaan berdarah, manusia
telah menang.
Ini benar-benar pencapaian luar biasa, yang sulit
digambarkan hanya dengan kata-kata.
Dan itulah yang membuatnya sangat disesalkan.
Manusia berada di ambang pembantaian satu sisi. Tapi,
gelombang perang berubah, karena seorang pemuda misterius. Sebagai Executor
Avaritia, dia secara pribadi menyaksikan prestasi orang ini, dia tak bisa mengerti,
tapi dia memiliki penyesalan.
Jika pemuda ini tak menggunakan dirinya sendiri dalam perang
ini, jika dia meninggalkan sedikit ruang untuk bertahan hidup, jika dia entah
bagaimana menemukan cara untuk hidup… berapa banyak kontribusi yang akan dia
berikan untuk Paradise?
"Sangat disesalkan…"
Sang Executor Avaritia menghela napas dalam-dalam, dan
memiringkan kepalanya dengan sedih.
"Tepat ketika aku berpikir, musim semi akhirnya tiba di
Paradise."
Menatap langit, dia bergumam dengan suara pelan.
Salah satu Pelayan-nya segera memahaminya dan mengangkat
bahu.
"Memang."
Dia bergumam pelan.
"Itu hanya musim semi pendek… berakhir tepat, saat itu
dimulai."
Tak ada ungkapan yang lebih tepat.
Lalu.
Seo Yuhui yang duduk seperti patung batu, bergerak seolah-olah
dia terpesona.
Mencapai tangannya ke udara, dia mengeluarkan sebuah meja
besar dan meletakkannya. Meja marmer putih yang diukir dengan pola mencolok. Ini
adalah altar.
Melihat ini, ekspresi terkejut muncul di wajah Divine Queen
yang memegang Seol Jihu di pelukannya. Dia dengan cepat bangkit dan berbicara.
"Jangan."
Seo Yuhui tak menjawab. Dia melanjutkan pekerjaannya,
seolah-olah dia belum mendengar apa-apa.
"Nona Seo Yuhui, aku rasa lebih baik untuk…"
Tepat ketika Divine Queen akan menghentikannya, Seo Yuhui
mendorongnya kembali dengan paksa.
Mendorong ke belakang, mata sang Divine Queen melebar. Ini
biasanya tak akan mungkin terjadi. Tapi, dia juga kelelahan, karena pertarungan
yang panjang dan berlarut-larut.
"N-Nona Seo Yuhui?"
"Jangan hentikan diriku."
Ketika Seo Yuhui memberitahunya, sang Divine Queen membuat
wajah tercengang.
"A-Apa yang kamu katakan?"
"Dia bukan urusanmu lagi."
Ketika Seo Yuhui bergumam dengan dingin, mata sang Divine
Queen menyipit.
Tapi seolah itu urusannya, Seo Yuhui mulai mengeluarkan
barang-barang dari ruang ekstra-dimensi nya, dan mulai menempatkannya di altar.
Si Mage yang diam-diam menonton ini, membelalakkan matanya.
Setiap persembahan yang diletakkan dengan rapi di atas altar,
adalah barang yang sangat berharga dan tak ternilai.
Saat itulah Executor Avaritia dapat menebak apa maksud Seo
Yuhui.
"Aku mengerti apa yang kamu coba lakukan, tapi aku
setuju dengan Divine Queen."
"…."
“Menyembuhkannya, hanya akan memperpanjang waktu rasa sakit nya.
Biarkan dia istirahat, atau jika Kamu benar-benar ingin menghidupkannya
kembali, bunuh dia lebih dulu, dan gunakan Divine Wish-mu…"
Dia tak bisa menyelesaikannya dengan berkata, 'Ya, kalau dia
punya kesempatan lagi untuk bangkit.' Ini karena, Seo Yuhui berbalik dan memberinya
tatapan berapi-api.
"Kamu masih memiliki Divine Wish?"
"Jangan bercanda. Bahkan untuk Executor, Divine Wish adalah…
Ngomong-ngomong, bukankah kamu juga memilikinya? "
"Tidak."
"Kamu tidak?"
Seo Yuhui berbalik, seolah-olah dia terlalu malas untuk menjawab.
Star of Avarice menutup mulutnya, melihat betapa berbedanya
Seo Yuhui dari dirinya yang biasanya.
Seo Yuhui menatap menyedihkan pada pemuda yang tak bergerak
satu inci pun. Cara dia bersandar di tebing itu, mengingatkannya pada
pemandangan dari masa lalu.
'Lagi…'
Menggigit bibirnya cukup keras untuk menodainya dengan
darah, dia menggerakkan tangannya lebih cepat.
Saat dia mengeluarkan altar dan persembahan, jelas apa yang
ia coba lakukan.
Dari Level 1 ke Level 4, Luxuria mengambil perawatan khusus dan
menganugerahkan seorang Priest yang tak menerima kekuatan dewa lain dan hanya
menjalani jalan penyembuhan. Yaitu, otoritas khusus.
Meskipun efeknya akan berbeda berdasarkan nilai penawaran,
otoritas khusus itu adalah kemampuan untuk menggunakan mantra suci level yang
lebih tinggi, dari level mereka saat ini.
Begitu dia menyelesaikan persiapannya, Seo Yuhui berlutut di
depan altar. Dia kemudian bersujud, menekuk tubuh bagian atasnya hingga
menyentuh tanah.
Dan dengan demikian, Bintang Nafsu dan priest Ranker Unik
Level 8, Saintess Atera…
"O Luxuria."
…memulai Upacara.
***
Apartemen Dongheung No. 22.
Di kamar 802, tangisan bayi tanpa henti terdengar, dari sore
hingga larut malam.
“Mommy! Moooommy!”
Berusia enam tahun? Seorang gadis, yang tenggorokannya
bengkak, menangis tersedu-sedu.
“Seunghae, minum obatmu. Kamu gadis yang baik, kan?”
Dan seorang gadis lain mengenakan seragam sekolah, menghibur
gadis yang menangis tanpa henti. Dia tampak agak lelah, dan jelas dia masih
anak-anak.
“Tidak! Tidak! Aku ingin melihat Mommy! Aku ingin melihat
Mommy! Uwaaaah!”
“Mommy akan datang menemuimu, ketika Kamu menjadi lebih
baik. Kamu akan pulih lebih cepat, jika Kamu minum obat ini.”
“Pembohong! Kamu mengatakan itu terakhir kali, tapi dia tak
pernah datang lagi!”
“T-Tidak, Aku tak berbohong kali ini.”
“Pembohong! Unni adalah pembohong!”
“Seunghae.”
Gadis yang lebih tua mengulurkan tangan untuk menghibur
gadis kecil itu. Tapi, gadis kecil berteriak dengan marah dan mengayunkan
lengannya.
Gadis yang lebih tua mengerutkan kening dan bersandar.
“Aduh!”
Karena gadis kecil itu berkeliaran dengan sembrono,
tangannya akhirnya mengenai hidung gadis yang lebih tua itu.
“Ah…”
Ketika gadis yang lebih tua meraih hidungnya dan menundukkan
kepalanya, gadis kecil itu melihat ini sebagai kesempatan dan mulai memukul dan
menarik rambut gadis yang lebih tua itu.
“Se-Seunghae!”
Setelah akhirnya menarik gadis kecil itu darinya, gadis yang
lebih tua menghela napas kelelahan.
Sudah berapa lama mereka bergulat? Gadis yang lebih tua itu
berkedip, warna tebal menghiasi mata bawahnya.
“Obat, minum obatmu… tolong… ini juga sulit untuk Unni…”
Mengangkat sendok memegang cairan seperti sirup, dia
mengulangi kata-kata yang sama yang telah ia ucapkan sejak lama.
Tapi, mungkin tak menyadari perasaan kakak perempuannya,
gadis kecil itu mengayunkan tangannya lagi dan memukul tangan kakaknya.
Sendok terbang di udara, menjatuhkan sirup ke mana-mana.
“Yoo Seunghae.”
Suara gadis yang lebih tua menajam.
“Apakah Kamu tidak ingin rasa sakitnya hilang?”
“Uwaaah! Uwaaaang!”
“Minumlah obatmu. Sekarang.”
“Mooommy, Mooooomy!”
Gadis yang lebih tua menutup matanya. Mengambil napas
dalam-dalam untuk menenangkan diri, dia mengambil sendok, mengambil satu sendok
lagi sirup, dan mendorongnya ke mulut saudara perempuannya.
Tak sebanding dengan kekuatan kakak perempuannya, gadis
kecil itu dengan enggan menyimpan sendok di mulutnya. Tapi segera, dia membuka
mulut mungilnya dan ‘Ptui!’ dia muntah. Sirup itu berceceran di seluruh wajah
kakak perempuan itu.
“Aku benci kamu, Unni! Pergi!”
Pada saat itu, kesabaran gadis yang lebih tua itu habis.
“Yoo Seunghae! Apakah kamu benar-benar melakukan ini?”
Ketika dia mengangkat suaranya, gadis kecil yang terkejut
itu cegukan. Segera, dia memiringkan kepalanya ke belakang dan menangis lebih
keras dari sebelumnya.
“Uwaaaaaaang!”
Air mata menggenang di sekitar mata gadis yang lebih tua,
ketika dia menyaksikan adik perempuannya menangis.
“Apa yang kamu ingin aku lakukan !?”
Pada akhirnya, dia meledak, tidak bisa menahan diri.
“Kamu pikir aku tak ingin melihat mereka? Aku juga ingin
melihat Ayah dan Ibu!”
Dia berteriak frustrasi, tak peduli untuk menghapus sirup di
wajahnya.
Meskipun dia adalah kakak perempuan, dia baru saja memasuki
sekolah menengah. Di usianya yang baru 14 tahun, dia masih terlalu muda untuk
menanggung beban, kehilangan kedua orang tuanya.
Berapa lama waktu berlalu? Sama seperti gadis yang lebih
muda menangis untuk tidur, dan gadis yang lebih tua duduk di ruang tamu dengan
linglung…
Bunyi bip terdengar dari kunci kata sandi dan pintu depan
dibuka dengan hati-hati. Seorang anak laki-laki masuk, mengenakan seragam yang
sama dengan gadis itu. Di tangannya ada tas plastik putih.
Bocah itu melirik gadis kecil yang tertidur dengan air mata
mengalir di wajahnya. Dia kemudian berbalik ke gadis yang menatapnya
lekat-lekat dan tersenyum cerah.
“Bolehkah Aku masuk?”
Dia mengatakan itu, setelah berada di dalam. Gadis itu akan
menyeringai di waktu lain, tapi dia terlalu tertekan saat ini.
“Mengapa kamu di sini?”
Dia berbicara dengan lidah tajam tanpa disadari.
“Keluar.”
Apa yang sangat ia benci? Suaranya dipenuhi dendam, tak
sesuai dengan usianya.
“Aigoo… Apa yang salah kali ini, Nyonya Yoo? Hm?”
Tak ada yang akan menyalahkan anak laki-laki itu karena tersinggung.
Tapi, mengetahui jika kebencian gadis itu tak diarahkan kepadanya, dia melepas
sepatu dan menjawab dengan bercanda.
Dia melangkah masuk, meletakkan kantong plastik di atas meja
dapur, lalu mengeluarkan seikat pisang.
Cahaya berkedip di mata gadis itu. Ketika dia pergi ke
supermarket kemarin, dia ragu-ragu beberapa kali untuk membelinya.
Adik perempuannya kesulitan menelan makanan, karena
tenggorokannya yang bengkak, dan pisang mudah ditelan dan juga buah favoritnya.
Tapi, karena harga pisang telah meroket, karena penyakit baru-baru ini. Gadis
itu harus menelan air matanya dan menyerah.
“Bagaimana kabar Seunghae?”
Bocah itu bertanya sambil mengupas pisang.
“Dia baru saja tertidur… setelah banyak kesulitan, mencoba
membuatnya minum obat …”
Gadis itu bergumam pelan, suaranya sedikit lebih lembut dari
sebelumnya.
Dia ingin membuang semuanya ke samping dan dikurung di kamar
sendirian. Tapi, dia merasa tak enak mengusir bocah itu, ketika dia membawa
pisang untuk diberikan kepada adik perempuannya.
Tapi jika ada satu hal yang tak diharapkan gadis itu, anak
lelaki itu membawa pisang yang sudah dikupas padanya, dan bukan untuk dirinya
itu.
“Ini.”
Ketika pisang menyentuh bibirnya, gadis itu mengeluh tentang
kelelahannya melebarkan matanya.
“Kamu harus memakannya.”
“H-Hah? Aku pikir itu untuk Seunghae…”
“Seunghae tertidur. Dia bisa makan pisang yang tersisa,
ketika dia bangun. Kamu makan satu, untuk saat ini.”
Gadis itu berkedip.
“Ayolah. Aku tahu kamu juga suka pisang.”
Kemudian, seperti yang dilakukan gadis itu pada adik
perempuannya, bocah itu dengan hati-hati mendorong pisang ke mulutnya.
Ketika dia menggigit secara refleks, gigi-giginya tenggelam
ke dalam buah yang lembut, dan aroma pisang memenuhi mulutnya, sepenuhnya.
‘Sekarang Aku memikirkannya, Aku belum makan malam.’
Gadis itu bergumam pada dirinya sendiri, dan mengunyah
pisang tanpa berhenti.
Selanjutnya, ketika dia menelan buah dan melihat ke atas,
dia melihat bocah itu menatapnya dengan senyum berseri-seri.
Mata mereka bertemu.
“Ini bagus, bukan?”
Gadis itu menganggukkan kepalanya tanpa sadar, dan kemudian
tiba-tiba wajahnya memudar. Matanya berubah berair dalam sekejap dan, pada
akhirnya, menangis.
“Aku… aku… benar-benar… kakak perempuan yang mengerikan…”
Bocah itu melompat kaget.
“Hah? Apa maksudmu? Akan sulit untuk menemukan seorang gadis
sebaik dirimu.”
“Seunghae menangis, mengatakan dia ingin melihat Mom… tapi
aku tak bisa menahan amarahku dan berteriak… hic … huaaang…”
Dia meraih baju anak laki-laki itu dan menangis pelan. Bocah
itu hanya bisa menggaruk wajahnya, tak tahu harus berbuat apa.
Medecakan bibirnya, dia menjatuhkan diri ke sampingnya dan
menepuk punggung gadis itu menangis dalam kesedihan.
“Tak apa-apa. Kamu juga manusia. Tak apa-apa, untuk menjadi
sedikit marah, ketika kamu lelah. Plus, Seunghae adalah seorang anak kecil.
Semua orang tahu, betapa sulitnya mengurus anak-anak.”
“Tapi… adik perempuanku sakit… Aku bahkan tak bisa mengerti
itu…”
“Hei, Yoo Seonhwa. Kamu tak melakukan kesalahan. Jika ada,
aku yang salah.”
“Bagaimana ini kesalahanmu?”
“Maaf. Aku terlalu sibuk dengan perusahaan belakangan ini.
Aku akan pulang lebih awal dari sekarang, dan mencoba untuk menjaga anak kita
lagi.”
“Apa?”
Mendengar bocah itu berbicara seolah dia adalah suaminya,
gadis itu tertawa di tengah tangisannya.
Bocah itu juga menyeringai.
“Ngomong-ngomong, berhenti menyalahkan dirimu sendiri dan
selesaikan ini. Ini.”
Bocah itu memberinya pisang yang setengah dimakan. Gadis itu
mendengus dengan wajah memerah, dan dengan hati-hati menggigit lagi.
Meskipun tenggorokannya terasa sedikit kering, dia merasa
jauh lebih baik, setelah dia memasukkan sesuatu ke perutnya.
“Ini enak…”
“Benarkah? Apakah kamu ingin yang lain?”
“Uuun, tidak, kita harus menyisahkan mereka untuk Seunghae…”
“Lupakan saja dia.”
“Ah, hei, jangan bersikap kejam pada Seunghae.”
“Melihatmu menangis, karena dia menyakitiku.”
Mendengar ini, gadis itu dengan cepat menyeka air matanya
dan menyeringai.
“Pisang… apakah orang tuamu membelinya untuk kami?”
“Tidak.”
Bocah itu menggelengkan kepalanya.
“Aku membelinya dengan uangku sendiri.”
“Apa? Bagaimana Kamu punya uang?”
Ketika gadis itu bertanya dengan terkejut …
“Tentu saja, Dengan uang saku yang aku simpan.”
Bocah itu membuat tanda perdamaian dengan jarinya.
“Aku sudah lama ingin mengatakan ini. Hei, ini semua
salahmu.”
“A-aku?”
“Karena Kamu sangat tak nyaman mendapatkan apa pun dari
orang tuaku, sehingga mereka terlalu berhati-hati untuk melakukan sesuatu
untukmu.”
“Tapi… aku merasa tak nyaman, selalu mendapatkan sesuatu
dari mereka.”
“Kamu benar-benar minta maaf tentang banyak hal. Ini hanya
pisang. Omong-omong, Aku membeli ini dengan uangku sendiri. Jadi, tak apa-apa,
kan?”
Mendengar bocah yang tersenyum itu berbicara dengan sangat
ringan, gadis itu menjadi terdiam sesaat. Setelah menggerakkan mulutnya
beberapa kali tanpa sepatah kata pun, dia bergumam pelan.
“Bodoh…”
“Kamu panggil aku apa?”
“Idiot.”
Laki-laki dan perempuan itu saling menatap dan terkikik.
Kalau-kalau gadis kecil itu bangun, mereka berdua bercanda diam-diam, dan
suasana tajam seperti jarum mereda, sebelum mereka perhatikan.
Rasa kantuk kemudian merangkak naik, dan gadis itu menutup
matanya. Tiba-tiba merasa santai, dia mencondongkan kepalanya ke samping dan
menghela nafas.
“Akhirnya aku bisa beristirahat…”
Dan tak lama kemudian, nafas lembut mengalir keluar.
Anak laki-laki itu menatap gadis yang tertidur di lengannya.
Memandangnya lama sekali, tanpa disadari sebuah senyuman mekar di wajahnya.
Meskipun dia sedikit tak nyaman, dia dengan hati-hati
bersandar ke dinding, sehingga gadis itu tak akan bangun.
Kemudian, dia bergumam dalam hati.
‘Benar, ada saat seperti ini…’
Dan tepat ketika dia berpikir begitu…
Dia membuka matanya.