SCG_182

SCG_182
182. Full Account (1)
‘Huuuk.’
Saat dia membuka matanya, napasnya berhenti di tenggorokan.
Dia ingin menghembuskan napas secara insting, tapi mulutnya
menolak untuk membuka. Udara bergoyang-goyang di tenggorokannya mencari jalan
keluar lain, dan pergi melalui lubang hidungnya sebelum meledak.
Ssp… ssssp…
Ketika dia berulang kali bernapas masuk dan keluar melalui
hidungnya, dadanya akhirnya rileks. Baru kemudian, dunia berputar memasuki
pandangannya.
Dia ingin menggelengkan kepalanya karena pusing, tapi dia
segera menyerah untuk merasakan sakit kepala yang serasa membelah kepala.nya
Dengan sakit kepala sebesar ini, dia merasa seperti dia
kemungkinan akan membenturkan otaknya jika dia membenturkan kepalanya.
Pada akhirnya, Seol Jihu memejamkan matanya, sehingga dia
bekerja sangat keras untuk membuka matanya. Karena, dunia yang berputar dalam
lingkaran kegelapan, bahkan menyebabkan pusing dan mual yang lebih besar lagi.
Hanya ketika rasa sakit di kepalanya menghilang dan perutnya
bergolak, dia memiliki keberanian untuk membuka matanya lagi.
Dengan dunia yang tak lagi berputar, dia melihat
langit-langit yang tak dikenal. Matanya mulai fokus, tapi sulit untuk
mengatakan jika penglihatannya normal.
Haruskah dia menyebutnya ‘buram’?
Langit-langit bergelombang lembut, seperti dia memandang
dunia dari bawah air.
'Apa yang terjadi?'
Dia ingin melihat sekeliling ruangan, tapi kepalanya menolak
untuk bergerak sedikit pun. Ketika dia mulai memutar matanya tanpa pilihan
lain, dia melihat orang yang dikenalnya.
Itu Seo Yuhui.
‘Noona?’
Seol Jihu perlahan menutup matanya, lalu membukanya kembali.
‘Apakah aku… bertahan hidup?’
Ingatannya setelah mengaktifkan Future Vision kabur. Tapi,
dia pikir akan mati, berdasarkan apa yang ia rasakan saat itu.
Dia masih tak tahu persis apa yang terjadi.
Tapi merasa lega, jika Seo Yuhui ada di hadapannya, dia
memanggilnya. Tidak, dia mencoba untuk memanggilnya.
‘….’
Suaranya tidak keluar.
‘Apa… kenapa tubuhku…’
Merasa tak sabar, Seol Jihu mencoba memberi isyarat dengan matanya,
tapi Seo Yuhui tak menatapnya. Sekarang setelah dia melihat lebih dekat, dia
memiliki pandangan marah dan mulutnya bergerak cepat. Sepertinya, dia sedang
berdebat dengan seseorang.
Ketika dia memutar matanya sejauh mungkin, dia melihat orang
lain di sudut pandangannya.
Itu adalah wanita yang belum pernah dilihatnya sebelumnya,
wanita Asia yang mengenakan jubah tradisional panjang. Mulutnya juga bergerak
cepat, dengan alisnya yang terangkat.
Sekarang jelas, jika kedua wanita itu berdebat.
‘Mengapa mereka bertengkar?’
Seol Jihu memeriksa kedua wanita itu dengan bingung.
‘Tolong jangan bertengkar…’
Segera, wanita itu membawa tombak berwarna giok dan menyerbu
keluar melalui pintu dengan marah.
Seo Yuhui memelototi pintu yang secara bertahap menutup,
dengan tatapan tak puas, sebelum berbalik. Dia kemudian melihat ke bawah dengan
tatapan khawatir, dan dengan hati-hati mengulurkan tangan.
Mata Seol Jihu bergetar samar. Dia bisa melihat telapak
tangan Seo Yuhui membelai pipinya, tapi tak peduli sentuhan lembut itu, dia tak
bisa merasakan apa-apa.
Saat itulah Seol Jihu menyadari keadaan tubuhnya.
Setelah sadar kembali, Seol Jihu fokus untuk mencari tahu
situasi saat ini. Dan segera, dia dengan hati-hati sampai pada jawaban, jika
dia 'tidak mati'.
Melihat ruangan itu, dia sepertinya berada di unit perawatan
intensif Kuil Luxuria. Tapi, sulit untuk menemukan lebih dari itu. Karena, dia
tak bisa menggerakkan tubuhnya, sejak dia bangun.
'Tak mungkin.'
Tak peduli seberapa keras dia mencoba, anggota tubuhnya menolak
untuk bergerak satu inci pun. Bahkan membuka dan menutup mulutnya pun sulit.
Dia merasa seperti tubuhnya tertidur, hanya pikirannya saja
yang terjaga. Bukan itu saja. Tubuhnya yang tak terkendali, kehilangan semua
indranya selain penglihatannya.
Seo Yuhui atau priest asing lainnya akan datang menemuinya
dari waktu ke waktu. Tapi, dia tak bisa mendengar satu hal pun yang mereka
katakan. Jelas mereka berbicara, dari cara mereka menggerakkan mulut mereka.
jadi, telinganya yang tak dapat mendengar apa pun, membuatnya gila.
Awalnya itu adalah serangkaian kekacauan. Tapi ketika
kekacauan mereda, apa yang terjadi pada tubuhnya adalah rasa sakit.
'Sial.'
Itu tak tertahankan, menghabiskan hari demi hari, berbaring
diam seperti sayuran, hanya mampu mengedipkan matanya. Maka, setiap kali
sebelum tidur, dia berdoa.
‘Tolong biarkan ini menjadi mimpi.’
Tapi langit-langit di atas kepalanya tak berubah, tak peduli
berapa kali dia bangun dari tidurnya.
Dan sama seperti itu, berhari-hari berdoa sebelum tidur dan
bangun dengan frustrasi terus berlanjut.
Seol Jihu putus asa, karena dia tahu jika dia tak bisa
melakukan apa-apa, tentang kenyataan terkutuk ini.
***
Meskipun mungkin terdengar lucu, ada lima tahap untuk
menerima kematian seseorang.
Yang pertama adalah penolakan. Pada tahap ini, seseorang
akan menolak kenyataan. Namun segera, emosi ini akan berubah menjadi sesuatu
yang lain… kemarahan.
Dan ketika situasinya tak akan berubah, tak peduli betapa
marahnya seseorang, mereka akan mulai menawar.
Beberapa akan mencari dewa, beberapa akan berjanji untuk
menyerahkan segalanya… kekayaan hidup mereka, kepercayaan, dan bahkan kebebasan…
jika seseorang membiarkan mereka hidup.
Pada saat harapan sia-sia ini menghilang, depresi akan
meresap.
‘Apakah Aku harus berbaring di tempat tidur ini
selamanya? Tak dapat kembali ke Bumi?’
Keadaan 'tak hidup atau mati' adalah satu hal yang ingin
dihindari setiap Earthling, seperti wabah. Sekarang dengan kemungkinan ini
menggantung di kepalanya, rasa takut yang belum pernah terjadi sebelumnya
merayap di dalam dirinya.
Ketika waktu berlalu dan dia terbiasa dengan rasa takut ini,
Seol Jihu tiba di tahap akhir… penerimaan.
Tapi satu penghiburan dalam kesedihan ini adalah, jika dia
tak menerima jika dia sedang sekarat. Tapi, jika ini adalah kenyataan dan jika
sesuatu akan terjadi, jika dia hanya menunggu.
Alasan pikirannya berhenti di sini adalah pengunjung yang ia
dapatkan selama waktu ini.
Sementara matanya terbuka, Seol Jihu benar-benar melihat
banyak orang.
Jang Maldong dan anggota Carpe Diem, Agnes, Oh Rahee,
Teresa, Phi Sora, dll…
Hampir semua orang yang dikenalnya muncul di hadapannya
tanpa cedera.
Cinzia dan Hao Win juga datang, dan bahkan Kim Hannah dan
Yun Seora telah datang jauh-jauh dari Scheherazade.
Seol Jihu tersenyum malu, melihat Yun Seora menggosok
hidungnya dengan wajah memerah. Pada saat yang sama, dia bersyukur atas
kekhawatirannya.
Dia juga bisa melihat Flone dari waktu ke waktu. Dia muncul
hanya ketika tak ada orang lain di sekitar, dan jelas jika dia bersemangat.
Dia ingat jika dia bisa mengirimkan pikirannya pada Flone di
makam. Tapi sekeras apa pun dia berusaha, dia tak bisa membuat Flone merespons.
Dia hanya melayang di sekitar tempat tidur dengan punggung,
membungkuk sebelum meringkuk di sebelah Seol Jihu. Dia merasa buruk, karena dia
tampak seperti anak kucing yang menunggu pemiliknya di hari hujan.
Maria juga hidup. Gadis pirang itu datang mengunjunginya
dengan sekeranjang penuh bunga. Kemudian, setelah menatapnya dengan mata ikan
mati, dia dengan marah melemparkan keranjang ke lantai.
Seol Jihu kemudian melihatnya mengangkat tangannya dan
dengan cepat menggerakkan mulutnya dengan penuh semangat.
‘Saham? Stoknya?’
Seol Jihu membaca mulut Maria dan menebak kata-kata yang
diucapkannya, dia mencengkeram kepalanya, dan mulai berguling-guling di lantai.
Air mata seperti manik-manik bahkan jatuh dari matanya!
Sejujurnya, sepertinya wanita itu tak menangis karena
prihatin dengan kesehatannya. Tapi kejenakaan tingkah itu masih membuat Seol
Jihu tertawa.
Dengan semua orang yang ia pikir sudah mati, untuk
mengunjungi satu per satu, Seol Jihu tak bisa menahan harapan.
Kunjungan tak berhenti, bahkan setelah semua orang yang ia
pikir mungkin datang berkunjung. Itu karena, pengunjung yang berulang. Tak satu
pun dari pengunjung berhenti pada satu kunjungan. Mereka datang dua kali, tiga
kali… tidak, ada beberapa yang mengunjungi lebih dari dua puluh kali.
‘Dia di sini lagi.’
Wanita yang mengenakan jaket tradisional membuka pintu. Dengan
tombak berwarna giok di tangannya, dia tentu saja wanita yang berdebat dengan
Seo Yuhui pada hari pertama ia bangun.
‘Sudah berapa kali?’
Seol Jihu merasa aneh, setiap kali dia melihat wanita
misterius ini, yang mengeluarkan aura melamun. Dia tak tahu siapa wanita itu,
tapi sudah kesepuluh kalinya dia melihatnya hari ini.
Seo Yuhui masih memegang tempat pertama untuk menjenguknya, dengan
selisih yang luar biasa. Tapi, itu sebagian karena Kuil Luxuria adalah
rumahnya.
Wanita misterius ini baik-baik saja, mengingat dia adalah
pengunjung. Dia datang lebih sering daripada Hugo dan Chohong, dan bahkan hampir
sama dengan Yi Seol-Ah dan Yi Sungjin, yang datang setiap kali mereka longgar.
Yang lebih menonjol adalah jika wanita misterius itu tak
pernah mengatakan sepatah kata pun dan hanya menatapnya lekat-lekat. Seol Jihu
bisa melihatnya menghela nafas sesekali, tapi hanya itu.
Tapi di dalam matanya, ada emosi kekhawatiran yang tak
terbantahkan.
‘Hanya, siapa dia?’
Seol Jihu mengedipkan matanya, saat dia melihat wanita itu
menatapnya lekat-lekat sebelum kembali.
***
Berapa lama waktu berlalu?
Seol Jihu berhenti menghitung jumlah hari yang berlalu, tapi
dia tahu itu bukan waktu yang singkat. Alasan dia tak kehilangan harapan
setelah sekian lama, adalah karena perubahan kecil pada tubuhnya.
-Senang sekali, bukan?
Dia mulai mendengar suara-suara.
Itu bukan suara yang jelas, tapi bunyi pantulan. Seolah-olah
seseorang berbicara melalui mikrofon… tapi bagaimana dia bisa mengeluh?
Karena dia masih tak bisa menggerakkan tubuhnya. Bisa
mendengar lagi, membuat dadanya terasa seratus kali lebih ringan.
Selain itu, pendengarannya kembali itu berarti tubuhnya
semakin membaik. Meskipun dia tak tahu berapa lama dia harus menunggu, dia tahu
sekarang, jika indranya yang lain bisa pulih.
Secara alami, dia menjadi lebih berharap.
-Kamu tahu, Maria melantunkan mantra penyembuhan, saat dia
bangun setelah ditendang. Setelah menghentikan pendarahannya, dia merangkak ke
tumpukan mayat dan menutup matanya. Dia mengatakan itu, bagaimana dia berhasil
bertahan hidup. Bocah kecil itu.
‘Itu persis seperti Nona Maria.’
Seol Jihu menjawab dalam hati sambil mendengarkan penjelasan
Chohong.
-Ah, tapi jangan terlalu memikirkannya. Undying Diligence
mengatakan, dia akan menyelamatkan gadis itu, jika dia memberitahukan
identitasmu. Tapi, Aku dengar dia tutup mulut dan menamparnya dengan Mjolnir.
'Benarkah? Aku tak percaya.’
-kalau dipikir-pikir, jika Ghio bajingan itu lucu juga. Aku
bertanya-tanya, ke mana perginya bajingan ini. Ternyata dia ditawan oleh musuh.
'Apa?'
-Vulgar Chastity rupanya memerintahkan succubus untuk
menahannya. Lucu sekali!
‘Um, aku tak berpikir itu sesuatu untuk ditertawakan.’
Chohong terkekeh, lalu berbaring di kursinya.
-Setelahnya… Perang sudah berakhir, orang-orang yang
seharusnya hidup masih hidup. Masalah pasca-perang sedang diselesaikan, dan
segala sesuatunya sudah beres… jadi mengapa Kamu masih berbaring di sana?
Apakah itu nyaman?
'Beritahu aku tentang itu.'
-Kamu brengsek, bangun dan buatlah lelucon atau apa. Seperti
waktu itu. Aku akan membiarkanmu pergi sekali saja. Tentu.
'Bagus. Aku tahu apa yang Aku lakukan, saat Aku bangun.’
-Kamu tak tahu apa yang sedang terjadi di Paradise baru-baru
ini, bukan?
‘Apakah itu seharusnya menjadi pertanyaan?’
Seol Jihu menggerutu dalam hati.
-Aku sudah kesal dengan pikiranku baru-baru ini.
‘Dia bahkan tak punya waktu untuk Bahagia, tentang pasca-perang?’
- …Aku mungkin yang aneh, tapi ketika Aku melihat kota dalam
suasana yang meriah dengan orang-orang yang mengoceh tentang, ini menjadi
kemenangan pertama umat manusia atau apa pun… itu membuat perutku mual.
'Mengapa?'
- Kepingan-kepingan itu. Menurut mereka, siapa yang bekerja
keras untuk kemenangan ini? kenapa mereka bahagia sendiri…
Suara Chohong perlahan menjadi lebih tenang. Lalu, suaranya
tiba-tiba terputus.
Seol Jihu yang menatap sinar matahari yang cerah bersinar
melalui jendela, memperhatikan anomali dan mencari Chohong.
Ketika dia meliriknya…
-Tahukah kamu?
Dia melanjutkan.
-Kantor Carpe Diem seperti kuil Buddha baru-baru ini. Aku
belum pernah melihat lelaki tua itu dengan semangat rendah.
‘…. '
-Hanya berapa lama kita harus menunggu?
Sebelum Seol Jihu memperhatikan, Chohong yang duduk di sudut
tempat tidur, berdiri tepat di sampingnya, menatapnya.
-Kapan kamu bangun?
Seol Jihu tak bisa santai melihat warna merah di sekitar
mata Chohong.
‘Mengapa kamu menangis… lagi…’
Dia ingin memberitahu wanita itu, jika dia baik-baik saja. Jika
dia sadar, jika dia pulih perlahan. Paling tidak, dia ingin mengatakan padanya
untuk jangan menangis.
Tapi tak dapat melakukan apapun, Seol Jihu merasakan
frustrasi untuk pertama kalinya, dalam beberapa saat.
'Haruskah aku mencobanya?'
Dia sudah lama menyerah mencoba menggerakkan tubuhnya. Tak
hanya itu melelahkannya, tapi itu juga akan meningkatkan depresinya.
'Masih…'
Dia bertanya-tanya, apakah dia akhirnya bisa berbicara. Dia
berharap setidaknya bisa mengatakan 'Ah' atau 'Uh'.
Segera, tepat ketika dia menarik napas dalam-dalam dan
berusaha mengeluarkan suara…
'Hah?'
Penglihatannya tiba-tiba berubah buram. Dia tak bisa melihat
apa pun. Seolah, dia sedang berjalan dalam kabut.
Dan dia tiba-tiba merasa seperti tubuhnya yang berat
melayang ke permukaan air.
'Apa?'
Merasa seperti beban besar yang menahannya diangkat, dia
menutup matanya tanpa sadar. Dan saat dia membuka matanya, dia bisa melihat
dengan jelas Itu.
Langit-langit yang telah menjadi jauh lebih jelas.
"Puhuuu!"
Seol Jihu menghembuskan nafas, seperti baru saja keluar,
setelah berada di bawah air. Bukan hanya dari hidungnya, tapi juga dari
mulutnya.
Fokus kembali ke matanya. Dunia tak lagi bergelombang dan
lebih hidup dari sebelumnya.
Seol Jihu menoleh dengan bingung. Meski terasa agak kaku,
kepalanya bergetar ke samping.
Ruangan itu gelap. Lampu-lampu mati, dan kegelapan hitam
pekat menyelimuti langit di luar jendela.
Seol Jihu dengan cepat berkedip beberapa kali.
‘Bukankah Aku baru saja berbicara dengan Chohong?’
‘Ada sinar matahari di luar jendela!’
Segera, dia akhirnya tersadar dari ketololan dan dengan
bingung membuka mulutnya.
"Apa yang terjadi?"
Matanya melebar.
'Suaraku…'
Dia memperhatikan, jika dia bisa menoleh lagi. Tubuhnya
terasa panas, seperti baru saja keluar dari sauna. Tentu saja, yang penting
adalah jika indranya telah kembali.
"Aaah."
Seol Jihu mengangkat tangannya untuk menyentuh wajahnya,
tapi akhirnya langsung cemberut. Dia merasakan sakit menyengat dari pipinya.
Tapi sekarang, dia bahkan menyambut rasa sakit ini.
"Apa ini?"
Dia menemukan jarum emas yang menonjol keluar dari punggung
tangannya. Itu bukan satu-satunya tempat.
Lengan, dada, perut, paha, betis, dan bahkan kakinya…
ratusan jarum mencuat dari tubuhnya, membuatnya tampak seperti landak.
Dia hanya memejamkan mata sekali dan membukanya. Tapi,
banyak hal telah berubah sejak terakhir kali dia bangun.
Dia ingin melompat dari tempat tidur dan menggerakkan
tubuhnya, tapi Seol Jihu bertahan dengan kesabaran yang luar biasa. Pasti ada
alasan, mengapa ada begitu banyak jarum di tubuhnya. Jika dia menyentuh mereka
dan ada sesuatu yang salah, dia tak akan menyalahkan siapa pun, selain dirinya
sendiri.
Maka, ketika dia menoleh ke samping, dia menemukan seorang
gadis yang sedang tidur dengan wajah terkubur di tempat tidur.
Itu Yi Seol-Ah.
Dia pasti tertidur di tengah tugas menjaga malam hari.
"Seol-Ah…"
Seol Jihu diam-diam memanggil Yi Seol-Ah. Pada saat yang
sama, dia terkejut dengan suaranya yang serak. Dia benar-benar terdengar
seperti pasien dengan penyakit kronis.
Apakah itu karena dia terlalu diam? Yi Seol-Ah tak menunjukkan
tanda-tanda bangun, bahkan setelah dia memanggilnya beberapa kali.
Seol Jihu berpikir tentang menusuknya dengan salah satu
jarum yang menyembul keluar dariny,a tapi dengan cepat membatalkan gagasan itu.
"Doping adalah…"
Menyentak.
Bahu kecil Yi Seol-Ah menyusut.
"Seol-Ah…"
Ketika dia memanggilnya lagi, dia akhirnya membuka matanya.
Ketika tatapan mereka bertemu, dagu Yi Seol-Ah perlahan naik.
"Ora… Orabeo-nim?"
Dia bergumam linglung, masih meneteskan air liur dari
mulutnya. Setelah menatap Seol Jihu selama sedetik, ekspresi kaget muncul di
wajahnya.
"Kamu… kamu bangun !?"
Tak hanya dia berteriak, tapi dia juga tergesa-gesa. Dia
jelas akan mulai berteriak jika dibiarkan sendiri, jadi Seol Jihu dengan cepat
menghentikannya.
"Tunggu, Seol-Ah. Tunggu sebentar.”
Yi Seol-Ah yang hendak menyerbu keluar dari pintu, berbalik.
"Aku mengerti perasaanmu, tapi tenang dulu."
Ekspresi kebingungan menyebar di wajah Yi Seol-Ah. Dia
hampir pingsan karena kaget, tapi orang yang dimaksud tak bisa lebih tenang.
Itu wajar, karena dia tak tahu, jika Seol Jihu sudah lama
bangun.
"Pertama… bisakah aku mengeluarkan jarum ini?"
Ketika Seol Jihu melirik jarum emas dan bertanya, Yi Seol-Ah
menggelengkan kepalanya.
"Aku, aku tak yakin. Kakek harus tahu… Aku akan mencarinya!
"
"Tak apa-apa. Tunggu..."
Seol Jihu menggelengkan kepalanya.
Dia sudah sangat pusing, jadi dia tak memiliki kepercayaan
diri untuk berurusan dengan banyak orang yang bergegas masuk ke kamar.
"Apakah kamu… benar-benar terjaga?"
Sementara Seol Jihu mengatur pikirannya, Yi Seol-Ah bertanya
dengan nada aneh.
"Ya. Mengapa?"
"Kamu terlalu tenang…"
Seol Jihu tersenyum pahit. Kemudian, Yi Seol-Ah mulai
terisak.
"Bisakah Aku menangis?"
"Tidak, kamu tak bisa."
"Kenapa tidak? Air mataku keluar. "
"Kamu sudah banyak menangis."
"T-tidak, aku tidak!"
Yi Seol-Ah melompat ketakutan.
"Pembohong. Kamu adalah cengeng terbesar kedua.”
Mendengar betapa percaya diri Seol Jihu dalam kata-katanya,
Yi Seol-Ah memasang wajah sedih. Sementara itu, dia terus mengayunkan kakinya.
Saat Yi Seol-Ah jelas terlihat ingin berbagi berita ini
dengan semua orang, Seol Jihu dengan cepat bertanya.
"Aku tak sedang bermimpi, kan?"
"Tidak, Kamu tak bermimpi. Aku berjanji."
Seol Jihu berkata setengah bercanda, tapi Yi Seol-Ah
merespon dengan suara yang sedikit menangis, tapi tegas.
"Aku senang. Sungguh… begitu banyak orang bekerja
keras, tapi Kamu tak menunjukkan tanda-tanda bangun…"
"…Benarkah?"
"Ya. Unni yang disebut Daughter of Luxuria terutama
bekerja sangat keras. Aku mendengar, dia hampir mati karena perawatan…"
Sebuah benjolan turun ke tenggorokannya, seolah-olah dia
menahan air matanya. Pada saat yang sama, Seol Jihu mengerutkan alisnya.
"Apa?"
"Ah, jangan khawatir. Dia sudah pulih, sebelum
terlambat. "
Yi Seol-Ah dengan cepat melambaikan tangannya.
Tapi, Seol Jihu tak ketinggalan perbedaan dari apa yang ia
tahu, dari ketika dia bangun dan apa yang baru saja dia dengar dari Yi Seol-Ah.
Meskipun dia tak bisa memastikan seberapa benar ingatan ini,
Seo Yuhui paling banyak mengunjungi dan merawatnya. Dia sepertinya tak sakit,
jadi apa yang terjadi?
Saat itulah Seol Jihu menyadari, jika dia belum mengajukan
pertanyaan yang paling penting.
"Seol-Ah, sudah berapa lama sejak aku kehilangan
kesadaran?"
"Um…"
Yi Seol-Ah mulai melipat jarinya, dengan hati-hati
menghitung hari.
"Sekitar 5 minggu…"
Lima minggu. Dia sudah kedinginan selama lebih dari sebulan.
Karena agak sesuai dengan tebakan awalnya 3 hingga 4 minggu, dia tak terlalu
terkejut.
"…dengan perhitungan Bumi."
"A… apa?"
Tapi ketika dia mendengar tindak lanjut Yi Seol-Ah, matanya
melebar ke lingkaran.
"5 minggu di Bumi? Lalu sudah 15 minggu di paradise?
"
"Ya…"
Ketika Seol Jihu meminta konfirmasi, Yi Seol-Ah dengan
hati-hati menganggukkan kepalanya.
'Tak mungkin.'
Tiga bulan dan tiga minggu telah berlalu di Paradise?
Seol Jihu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, pada
celah waktu yang melampaui imajinasinya yang paling liar.
“Bisakah Kamu ceritakan apa yang terjadi? Seperti bagaimana
Aku bertahan dan mengapa Aku tak sadar begitu lama. ”
Yi Seol-Ah memandang pintu sedikit penuh kerinduan, tapi
segera berbalik. Kemudian, dia perlahan memulai penjelasannya.
"Inilah yang terjadi…."