Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

TPS_048


Bab 48 - Harap Percaya Jika Memang Ada Saat-Saat, Ketika Mereka yang Tidak Memiliki Niat Melihat, Masih Berakhir dengan Melihat



“Shadow!!”
“Shadow?!”
“Shadow-sa…?!”
Beta nyaris tak bisa menenangkan dirinya sendiri, sebelum menambahkan -sama.
Untungnya, semua orang di kursi VIP memiliki perhatian penuh pada Shadow. Jadi, tak ada yang mendengar Beta ternganga. Alexia, Rose, dan bahkan Archbishop Nelson tak bisa menyembunyikan kegelisahan mereka, dari gangguan tiba-tiba Shadow.
Beta menutup mulutnya yang terbuka dengan tak sopan, sambil memikirkan bagaimana ini tak ada dalam rencana.
Tapi pada saat yang sama, dia juga berpikir… tentang bagaimana tuannya yang tercinta tak akan mengambil tindakan sekuat itu, tanpa makna. Pasti ada alasan mendalam, mengapa ini satu-satunya cara.
Memahami itu dan mendukungnya dengan kemampuan terbaiknya, adalah pekerjaannya.
Dalam sekejap, Beta mendapatkan kembali ketenangannya.
Melakukan apa?
Apa yang seharusnya aku lakukan?
“Begitu, jadi itu adalah Shadow.”
Gumam Nelson.
“Aku tak tahu apa yang ia maksudkan, tapi tempat ini dipenuhi dengan Holy Knight Gereja. Dia hanyalah orang bodoh dengan kepercayaan diri yang berlebihan, dengan kekuatannya sendiri. Dia tak akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup, malam ini. ”
Nelson memberi perintah, agar para Holy Knight untuk berkumpul.
Holy Knight.
Mereka adalah para ksatria yang dipilih dan dibaptis oleh Gereja, yang ditugaskan untuk melindungi Gereja. Kekuatan mereka tak ada bandingannya dengan ksatria biasa.
Ketika masih muda, Beta pernah harus bertarung dengan Holy Knight Gereja untuk kabur dari Trial, dan dia ingat betapa sulitnya pertarungan itu. Tapi sekali lagi, dengan kekuatannya sekarang, dia tak akan menunjukkan pemandangan yang memalukan lagi.
“Shadow, kenapa kamu datang…”
Bisik Alexia.
“Apakah dia baik-baik saja? Aku benar-benar berharap, dia tak terjebak… ”
Rose dengan gelisah memindai kursi penonton, sambil mengawasi Shadow.
Saat itu juga, seluruh tempat diwarnai putih.
Huruf-huruf kuno bersinar bersinar, lalu membentuk sosok prajurit kuno.
Beta membaca huruf-huruf yang melaju kencang, menyatukannya untuk menarik artinya.
“Penyihir Bencana, Aurora…”
“Jangan bilang, itu Aurora…?”
Suara Beta dan Nelson tumpang tindih.
Setelah cahaya sepenuhnya mereda, di sana berdiri seorang wanita. Dia memiliki rambut hitam panjang dan mata ungu terang. Jubah hitamnya tipis, di bawahnya ada gaun ungu tua yang membuat kontras tajam, dengan kulit putihnya yang bercahaya. Dia sangat cantik dengan cara artistik yang membuatnya tampak, seperti patung dari museum seni yang hidup kembali.
“Siapa Aurora?”
Alexia sepenuhnya mengabaikan Beta, dan bertanya pada Nelson secara langsung.
“Aurora, si Penyihir Bencana. Dia adalah seorang wanita yang sudah lama melemparkan seluruh dunia ke dalam kekacauan dan kehancuran. ”
“Aurora, si Penyihir Bencana… Aku tak percaya, aku pernah mendengar nama itu sebelumnya.”
“Aku juga tidak. Tapi, sepertinya Natsume-sensei tahu sesuatu? ”
Beta membalas pertanyaan Rose.
“Namanya adalah satu-satunya hal yang aku tahu.”
Itu bukan bohong.
Aurora, si Penyihir Bencana.
Nama itu muncul dalam teks-teks kuno. Namun, tak ada deskripsi lebih lanjut tentang dirinya. Sehingga, tak jelas kekacauan apa yang ia bawa, dan apa tepatnya yang ia hancurkan.
Untuk Shadow Garden, ini menduduki peringkat kedua, setelah misteri Diabolos yang penting. Studi dan penelitian dalam teks-teks kuno mengenai hal ini, masih berlangsung pada saat ini.
Hari ini adalah hari, ketika akhirnya penampilan Aurora dikonfirmasi. Ini langkah yang bagus.
Beta mengeluarkan buku memo-nya dari dalam belahan dadanya, lalu membuat sketsa penampilan Aurora dalam sekejap. Kemudian dia juga membuat sketsa Shadow yang berhadapan dengan Aurora.
Terlebih lagi, ini yang lebih penting.
“Bahan untuk sebuah novel?”
Itu Rose.
“Umm, sesuatu seperti itu…”
‘Shadow-sama tampak gagah hari ini juga,’ pikir Beta saat dia meletakkan memo-nya.
“Tolong beri tahu kami lebih banyak tentang Aurora.”
Kata Beta dengan suara menjilat, direspon Nelson dengan penuh semangat.
“Kalian berdua tak bisa disalahkan, karena tidak tahu. Lebih tepatnya, mengejutkan jika Natsume-sensei bahkan tahu. Nama Aurora, adalah sesuatu yang hanya diketahui oleh segelintir orang di Gereja. ”
Begitu kata Nelson sambil menyeringai. Matanya diarahkan sepenuhnya, ke belahan dada yang mengintip dari beju Beta.
“Tapi dengan ini, sepertinya tak akan ada kebutuhan bagi para Holy Knight. Tebak saja, Shadow adalah orang yang cukup sial. Untuk berpikir jika dia akan memanggil Aurora, dari semua prajurit… ”
“Apakah Aurora itu kuat?”
Tanya Rose.
“Monster itu adalah wanita terkuat di sepanjang sejarah. Satu serangannya, mungkin akan cukup baginya untuk menyapu lantai, dengan orang-orang seperti Shadow. Sayangnya, hanya ini yang bisa Aku bagikan.”
Di sini, Nelson menutup mulutnya. Seolah-olah, menandakan agar mereka melihat segala sesuatu dengan mata kepala sendiri.
Beta sedikit cemberut, karena dia bahkan tak berpikir, jika tuannya akan kalah. Tapi, itu tak berarti, jika dia tidak khawatir.
Aurora, si Penyihir Bencana.
Dia adalah seseorang yang cukup kuat untuk meninggalkan namanya dalam sejarah. Jika Tuannya lelah dalam pertarungan melawan Aurora, dan para Holy Knight mengambil keuntungan dari itu…
Selalu ada satu dalam satu miliar peluang.
Tapi pada titik ini, Beta mulai secara kasar memahami maksud Shadow. Dia telah menyebutkan “melepaskan ingatan kuno yang tertidur di Divine Land.”
Tuannya muncul untuk memanggil Aurora. Itu karena, dia telah menentukan ini akan menjadi nilai bagus.
Dia telah menentukan Aurora menjadi kuncinya. Jadi, Beta bisa mengerti.
Beta menyentuh tahi lalat di wajahnya. Itu pasti sudah mengingatkannya pada Epsilon, yang juga harus bersembunyi di suatu tempat di panggung ini. Itu adalah sinyal, jika rencananya telah diubah. Bahkan tanpa menyampaikan rincian lengkapnya, Beta memiliki keyakinan penuh, jika Epsilon akan menindak-lanjuti dengan cara yang paling tepat.
“Mereka mulai.”
Memalingkan matanya ke arah medan pertempuran, seperti yang diminta oleh Nelson… Beta melihat Shadow dengan pedangnya ditarik.
Aurora berdiri di sana dengan tangan bersilang, dan tersenyum dengan anggun. Senyum itu begitu indah dan sangat sulit untuk dipercaya, jika itu hanyalah spirit.
“Aku tak bisa membayangkan Shadow kalah semudah itu…”
Alexia yang menggumamkan itu. Dia menaruh perhatian penuh pada Shadow, dengan ekspresi serius di wajahnya.
‘Setidaknya, Kamu memiliki mata yang cukup bagus,’ pikir Beta sambil sedikit meningkatkan kesannya tentang Alexia.
Udara tempat itu tegang.
Keheningan yang menindas memerintah.
Shadow dan Aurora. Mereka berdua saling memandang.
Waktu ini, mungkin merupakan waktu yang berharga, di mana mereka merasakan sesuatu dari satu sama lain.
Lalu.
Pertarungan dimulai, dengan perasaan yang agak menyesal.




< Prev  I  Index  I  Next >