Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

BAE_045

gambar

The Beginning After The End


BAE_045

Chapter 45: Tidak Seperti Yang Direncanakan

 

Wajah bocah yang memegang dua pedang itu tampak memucat dan membeku, karena suara yang tidak diragukan. Aku lalu menoleh untuk melihat, jika seluruh dewan siswa berjalan ke arah kami, melalui celah yang dibuat oleh para siswa.

Mengambil langkah tenang tapi tergesa-gesa di depan adalah Tess. Wajahnya terlihat seperti boneka tanpa ekspresi.

Di belakangnya, aku melihat Lilia yang menatapku dengan khawatir.

Penyerangku segera menyimpan kedua bilahnya ke dalam cincin dimensinya, dan membungkuk hormat kepada mereka, keringat membasahi dahinya.

“Apa yang terjadi, Arthur?”

Jarrod adalah orang yang berbicara, membuat semua orang di kerumunan mengangkat alis, karena terkejut.

“Sepertinya scholar mage itu mengenal seseorang angggota Dewan Siswa.”

“Tidak heran, dia bertingkah sombong barusan.”

“Pfft. Apakah kamu melihat dia mengangkat tangannya, seperti dia akan menghentikan serangan dengan tangan saja?”

Mau tak mau, aku memutar mata pada bisikan dari kerumunan. Bahkan untuk anak-anak pra-remaja, aku berharap mereka akan diajarkan sopan santun sampai tingkat tertentu. Karena, mereka semua setidaknya berasal dari keluarga yang berpengaruh.

“Tidak, tidak banyak yang terjadi, walaupun kamu harus melihat siswa Dwarf yang berbaring di sana. Boznean, aku rasa itu namanya.”

Aku menunjuk ke pohon tempat Dwarf itu masih mengerang, sambil memegangi perutnya.

Elijah berjalan ke arahku, berharap untuk bisa membantu situasi.

“Hai, Lilia. Maaf, kami akhirnya terjebak dalam perkelahian kecil ini, setelah duel di antara mereka berakhir. Arthur tidak salah!”

Dia memberi lambain pada Lilia, ketika dia mulai berbicara sambil mengarahkan kata-katanya pada Tess. Wajahnya masih diselimuti topeng sikap apatis.

“Tetap saja, siswa ini akan menyerangmu, ketika duel bahkan tidak dilaksanakan. Ini adalah pelanggaran serius.”

Lilia melangkah maju, tatapannya sedikit tajam, ketika dia mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dan menuliskan sesuatu.

Sementara Lilia, Jarrod, dan Elijah berbicara tentang apa yang sebenarnya terjadi, mata tajam Tessia menatapku. Seolah, dia mengharapkanku melakukan sesuatu.

Jujur, bahkan dengan pengalaman hidupku yang panjang, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan di situasi ini.

Apakah dia ingin aku memperlakukannya dengan hormat sebagai ketua Dewan Siswa?

Apakah dia ingin aku memperlakukannya sebagai teman masa kecil?

Apakah dia ingin merahasiakan hubungan kami di masa lalu, secara keseluruhan?

“Ini Mama!”

Sylvie terus mengeluarkan ‘kyu’ di atas kepalaku. Dan aku harus dengan tegas mengatakan padanya untuk tetap diam, dan tidak mendekati Tess.

Sementara itu, kerumunan semakin menjadi berisik.

Laki-laki melakukan yang terbaik yang mereka bisa, untuk melihat Tess lebih baik, berharap untuk menanamkan bayangannya ke dalam ingatan mereka untuk digunakan di saat-saat kesepian atau kerinduan.

“Kamu. Aku percaya, aku bertanya padamu. Apakah kamu berani?”

Tess maju selangkah, matanya menatap siswa tahun kedua. Aku berpikir, jika siswa itu secara teknis satu tingkat lebih tinggi dari Tess. Tapi ketika aku melihat pita yang diikat rapi di bawah kerahnya, ada dua garis juga.

“T-Tidak. Tentu saja, aku tidak akan pernah berani melanggar aturan seperti itu. Aku hanya ingin menakuti bocah itu… aku telah merencanakan untuk berhenti, sebelum senjataku menabraknya. Tapi, melihat jika aku masih bertindak gegabah, aku minta maaf,” katanya, menatapku dengan tatapan mengancam, ketika dia membungkuk pada Tess.

“Pergi.”

Matanya terus menatapku, ketika dia bergerak agak jauh, sebelum dia berbalik dan berlari keluar dari pandangan. Beberapa anak laki-laki di antara kerumunan yang mengikutinya; kemungkinan besar mereka adalah orang yang mengipasi api di seluruh perkelahian ini.

“Dan kamu! Kenapa kamu mulai berkelahi dengan senior di hari pertama sekolah? Kamu harus tahu tempatmu! Tidak peduli seberapa menyebalkannya dia, dia masih senior dan dia tidak melanggar aturan saat duel dengan siswa lainnya.

Selanjutnya, dia adalah siswa battle mage sementara kamu adalah seorang siswa scholar mage. Apakah kamu tidak memperhatikan ucapanku, tentang diskriminasi antara dua sekte siswa di sini? Namun, kamu masih memilih untuk ikut campur, membuat jenis masalah ini pada hari pertama!”

Tess menyilangkan lengannya erat-erat, saat tatapan tegasnya menatapku. Wajahnya memerah entah karena marah atau malu… yang mana dari keduanya, aku tidak tahu.

“Apa?”

Pandanganku menyipit, ketika aku bertanya. Aku terlihat tidak yakin, apakah aku mendengarnya dengan benar.

Aku lalu mengambil langkah maju, dan aku bisa melihat mata Elijah membelalak ngeri, ketika dia menyadari jika aku akan melewati titik dan tidak bisa kembali.

“Perbaiki aku jika aku salah. Tapi bagiku, sepertinya kamu menceramahiku, berdasarkan anggapan yang kamu dapatkan dari lima detik terakhir, setelah tersandung pada situasi ini. Apakah kamu benar-benar akan menguliahiku, sekarang?”

Aku maju selangkah lagi, dan aku bisa melihat wajah Tess yang angkuh mulai runtuh.

“Dia akan melukai serius atau bahkan membunuh Dwarf yang terbaring di sana, setelah sistem duel hancur. Jika aku tidak menghentikan bocah sombong itu, kamu harus berurusan dengan kasus pembunuhan, bukan pertarungan yang tidak diatur antara dua siswa,”

Aku melanjutkan, suaraku saat ini lebih keras dari yang biasa.

“Aku minta maaf atas masalah yang aku sebabkan, Ketua DEWAN SISWA,” kataku dengan dingin, memukau semua orang, termasuk Tess.

Begitu aku berbalik, benjolan keras terbentuk di tenggorokanku, karena rasa bersalah. Aku baru saja mengejek para siswa karena ketidak-dewasaan mereka.

Tapi di sinilah aku, selalu bertindak dengan cara yang sama.

Tapi aku juga lupa, jika Tess hanyalah seorang gadis berusia tiga belas tahun. Yah walau aku mengharapkannya untuk bertindak dengan cara, yang bahkan aku tidak bisa.

Elijah mengikuti dengan cermat di belakang, ketika aku terus berjalan. Harga diriku membuatku tidak berbalik.

Reuni yang menyenangkan.

“Tunggu dulu, tahun pertama.”

Clive Graves berlari ke arahku, mencengkeram lenganku ,ketika dia mencoba memutar tubuhku kembali.

“Apakah kamu dibesarkan di sebuah gua? Apakah ini sopan santun yang diajarkan ibumu, ketika kamu tumbuh dewasa? Apakah kamu bahkan tahu siapa dia?”

Dengan berpegang teguh, aku berhenti dan menatapnya dari balik pundakku.

Aku tahu dari pandangan pertama, jika aku tidak akan pernah bisa bergaul dengannya. Tapi kata-katanya, entah bagaimana memiliki kekuatan untuk membuatu jengkel, lebih daripada kebanyakan orang bodoh.

Apakah aku dibesarkan di sebuah gua?

Apakah dia serius mencela ibuku?

“Menyingkirlah.”

Kebencian yang meluap dalam suaraku, bahkan mengejutkan Elijah. Karena aku melihat, dia secara naluriah mundur. Clive segera melepaskan lenganku, melompat menjauh saat dia melindungi dirinya sendiri dengan mana.

Aku kemudian melirik Tess sekilas dan menyadari jika dia jatuh. Itu lebih karena terkejut daripada karena takut. Ada saat singkat di mana aku bertanya pada diri sendiri, apakah aku harus membantunya atau tidak.

Tapi ketika kerumunan cepat terbentuk di sekelilingnya untuk memastikan dia baik-baik saja, aku hanya menghela nafas dan melanjutkan perjalanan menuju asrama. Elijah kembali membuntuti di belakang, ketika napas terengah-engah dan gumaman yang mengejutkan terdengar di belakang kami.

“Ketua Tessia, tolong berdirilah! Apakah kamu baik-baik saja?”

“Siapa itu? Aku pikir, Bendahara Jarrod memanggilnya Arthur, kan?”

“Ya ampun, dia benar-benar kacau. Dia baru saja mencela ketua Dewan Siswa akademi.”

Elijah mengambil beberapa langkah terburu-buru untuk mengejarku. Akhirnya, dia berjalan di sisiku.

“Kamu tahu apa yang baru saja kamu lakukan, kan? Sobat, kamu pasti suka mencari masalah, bukan? Pertama Dungeon dan sekarang ini?”

Dia menggelengkan kepalanya, tapi terus mengikutiku, ketika dia meyakinkanku secara non-verbal, jika dia akan tetap di sisiku.

Aku hampir terkekeh pada kenyataan, jika tidak ada yang tahu sejarahku dengan Tess, sampai gelombang rasa bersalah lain memelintir bagian dalam diriku.

Mungkin aku terlalu keras padanya… tidak, aku memang terlalu keras padanya. Dia masihlah seorang gadis kecil!

Aku seharusnya tidak kehilangan kesabaranku, hanya karena dia bertindak seusianya.

Ketika rasa bersalah memenuhi pikiranku,aku menampar pipiku dan memutuskan untuk membiarkan alam mengambil jalannya sendiri.

Karena, itu selalu merupakan tindakan terbaik untuk dilakukan dalam suatu hubungan.

Sekolah setidaknya harus semenarik ini, kan?

Aku menghibur diri. Aku tidak benar-benar marah padanya. Tapi karena suatu alasan, kesabaranku mulai menipis pada saat itu.

Aku tahu, aku harus berdamai dengannya sebelum menjadi canggung. Tapi aku merasa, jika waktunya itu akan menjadi masalah.

Elijah dan aku berhasil sampai ke gedung asrama kami, tanpa kesulitan lebih lanjut. Ada dua asrama pria dan dua asrama wanita di dalam akademi.

Dua set asrama dipisahkan oleh adik kelas dan kakak kelas.

Adik kelas adalah siswa yang masih mengambil kelas pendidikan umum mereka. Siswa-siswa ini kemudian dipindahkan ke asrama kakak kelas, setelah mereka menyelesaikan kursus pendidikan umum, dan secara formal memutuskan akan menjadi siswa seperti apa mereka nantinya.

Asrama adik kelas sederhana, yah seperti itu.

Itu bersih dan terawat, etapi lusuh dalam hal furnitur atau dekorasi. Interiornya berwarna krem ​​hangat dengan tangga yang naik sampai ke lantai atas, di mana setiap lantai berisi lorong sempit yang dilapisi dengan kamar.

“Kamar 394. Kita sampai!”

Elijah membuka kunci pintu dengan meletakkan telapak tangannya di atas batu bundar di atas gagang. Tampaknya, itu artefak sederhana yang digunakan untuk membaca tanda tangan mana dasar. Begitu dia membuka pintu, Sylvie masuk ke kamar, segera membuat sarang di salah satu tempat tidur.

Ruangan itu tidak semewah yang ada di Helstea Manor, tapi memiliki perasaan yang sangat nyaman. Berjalan masuk, di sebelah kanan kami ada dua lemari dan di sebelah kiri kami ada kamar mandi kecil yang penuh dengan dua wastafel yang berdekatan, pancuran, dan toilet.

Dua tempat tidur diletakkan berdampingan, dipisahkan oleh meja yang diletakkan di sisi kiri dinding, sementara di sisi kanan ada laci panjang untuk pakaian.

Ruang tidur dan ruang belajar dibagi oleh dinding setinggi pinggang kami, dengan tiga anak tangga tinggi yang mengarah ke meja dan sofa.

Kedua meja ditempatkan di dinding yang saling berhadapan, sehingga kami akan duduk menghadap sambil belajar. Sebuah sofa panjang diposisikan pada dinding mini, memisahkan meja dari tempat tidur.

Sisi jauh dinding terbuat hampir seluruhnya dari kaca, yang langsung menarikku ke arahnya.

Pemandangan dari sana meliputi sebagian besar kampus, yang saat ini merupakan lukisan warna musim gugur.

Melihatnya dari sini, aku tidak akan tahu, jika tempat ini adalah Lembaga akademi mage, jika tidak diberi-tahu begitu.

Aku lalu duduk di sofa, agak bersemangat tentang hari-hari yang akan datang. Sylvie bersandar ke jendela, menatap pemandangan.

“Ahh! Kita bahkan belum makan malam, tapi aku sudah buang air besar! Aku ingin tahu, salah siapa itu?”

Elijah melompat ke ranjang jauh yang tepat di belakang sofa, yang tidak diklaim oleh Sylvie sebagai miliknya.

Aku merosot di sofa, tubuhku praktis melemah karena kelelahan. Mataku berkaca-kaca, menatap ke langit di luar jendelaku, sampai aku melihat tumpukan koper yang dibawa oleh kusir kami sebelumnya.

Sambil menghela nafas, aku kemudian berbalik dan menyangkal keberadaan mereka, berusaha menjauh dari jam-jam membongkar mereka yang akan datang.

***

 

#PoV: Tessia Eralith

 

GAAHHHHHH!

Aku mengacau. Aku mengacau. Aku mengacau. AKU BENAR-BENAR mengacaukannya!

Aku membenamkan kepalaku ke bantal, dan menjerit-jerit dengan frustrasi.

“MMMMMMMFFFFFFFFFFFPPPHHH!”

Kami seharusnya mengadakan reuni emosional dan romantis!

Yah, itu emosional. Tapi, dalam arah yang benar-benar berlawanan!

Kenapa aku bahkan mengatakan semua itu?

Kenapa aku membentaknya?

 Aku tahu, Art tidak akan pernah bertengkar tanpa alasan. Tapi, aku malah pergi dan memberi-tahunya, tentang sesuatu yang bahkan tidak aku lihat!

Gah!!

Aku sangat bodoh!

Aku yakin, dia membenciku sekarang…

Kenapa aku harus mengatakan itu!

Aku bahkan membawa-bawa pidatoku!

Bahhh!

Aku pasti terdengar seperti orang sombong!

Tapi tetap saja, kami berada di kerumunan seperti itu, dan dia memang memiliki beberapa kesalahan dalam keributan. T-Tapi…

Aku yakin, dia membenciku sekarang…

Jika Art hanya menyapaku atau bahkan hanya berbicara kepadaku secara normal, aku tidak akan mengakuinya!

Benar!

Ini semua kesalahan Art!

Dia bahkan mengabaikanku, ketika aku datang jauh-jauh ke sana untuk membantu menyelesaikan kekacauan yang ia alami!

Dia bahkan tidak menyapa!

Aku tidak mengharapkan pelukan penuh atau bahkan c-c-ciuuman atau sesuatu!

Hanya ‘lama tidak bertemu,Tess,’ akan baik-baik saja!

Lagipula, siapakah lelaki berambut hitam yang mengingatkanku pada gagak itu?

Apakah dia temannya? Sahabat?

Sepertinya, mereka berdua mengenal Lilia dan Jarrod!

Gahh!

Ini sangat membuat frustrasi!

Aku menjerit ke bantal lagi, dengan harapan melepaskan rasa frustasiku.

“MMMMMFFFFFF!”

Ketukan tiba-tiba di pintu, membuatku tersentak.

“Ini Clive… Aku di sini untuk mengecekmu. Apa kamu baik-baik saja?”

Aku mendengar suara teredam, melalui pintu.

Aku diam-diam berdehem sebelum menjawab.

“Aku baik-baik saja, terima kasih.”

Aku menggunakan suara ‘publik’-ku, atau begitulah aku menyebutnya. Yang mana, ini membuatku terdengar jauh lebih dingin.

“Lagipula, siapa tahun pertama itu? Aku tidak percaya, dia berani mengajarimu seperti itu, ketika kamu mencoba memberinya nasihat! Haruskah aku berbicara dengan direktur tentang hal ini? Kita bisa membuatnya dihukum dan…”

“Tidak apa-apa, jangan pergi. Jangan pergi ke direktur, baik… itu perintah.”

Aku berbicara lebih keras daripada biasanya, untuk menyampaikan maksudnya. Beraninya dia menjelek-jelekkan Art. Hanya aku yang bisa melukainya.

Aku terbenam kembali ke bantalku, setelah aku mendengar suara samar langkah kakinya pergi. Asrama dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan kelas sementara. Sebelumnya, itu dipisahkan oleh jenis siswa.

Namun untuk dewan siswa, kami masing-masing memiliki kamar sendiri di sebuah gedung yang tepat di sebelah kantor Direktur.

Aku memang merasa tidak nyaman tinggal bersama orang-orang di rumah yang sama. Tapi Lilia ada di sini, dan orang-orang itu pada umumnya baik-baik saja. Jadi, aku tidak terlalu keberatan.

Arthur bodoh.

Tahukah kamu, betapa aku ingin meneriakkan namamu dan lari kepadamu, ketika aku melihatmu di antara kerumunan?

Biarpun dia jauh, bagaimana mungkin aku merindukan rambut pirang kemerahan dengan Mana Beast yang bertengger di atas kepalanya!

Sylvie tampak sangat berbeda, dari ketika dia pertama kali menetas. Tapi, itu tidak mengejutkanku. Fakta jika dia adalah dragon adalah sesuatu yang seharusnya mengejutkanku. Tapi untuk Art, tidak ada yang pernah ia lakukan, yang tidak bisa mengejutkanku…

Dia memang seperti itu.

“Haaa…”

Aku bahkan tidak punya energi untuk menjerit, karena frustrasi lagi. Aku ingin menyalahkan Art untuk semua ini, tapi aku juga tahu jika dia tidak bersalah.

Dia mungkin ingin merahasiakan hubungan kami, karena aku adalah tokoh masyarakat di sini. Tapi tetap saja…

Kenapa Art hanya bisu, kalau menyangkut hati seorang gadis?

Bodoh…

Aku harap, dia tidak membenciku…

Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan kepadanya juga.

Apa yang telah ia lakukan selama ini?

Bagaimana waktunya sebagai petualang?

Apakah dia terluka?

Apakah dia merindukanku?

Apakah dia memikirkanku, selama empat tahun terakhir ini?

Aku ingin membual padanya, seberapa kuat aku saat ini juga…

Setelah langsung berlatih di bawah direktur, keterampilanku sebagai mage meningkat dengan pesat. Aku ingin berlatih di bawah bimbinan kakek. Tapi itu bukan ide terbaik, karena dia adalah seorang augmenter. Itu membatasi apa yang bisa ia ajarkan kepadaku.

Dia mengajariku dasar-dasar manipulasi mana. Tapi sejauh menyusuri rute penyulingan, direktur tahu lebih banyak.

Dia juga akrab dengan perbedaan elf dan manusia, yang membantunya bisa melatihku secara khusus.

Kakek tahu aku punya potensi besar. Karena ketika aku pertama kali awakening, aku menciptakan ledakan yang meledakkan seluruh kamarku, dan bagian dari dapur di lantai bawah.I

tu saat Art dulu tinggal bersama kami.

Saat itulah, aku juga harus membangunkannya setiap hari.

Aku terisak.

Oh tidak. Aku seharusnya tidak mulai menangis.

Art tidak akan membenciku hanya karena itu, kan?

Aku harus membereskan masalah ini dan meminta maaf. Dia tak akan mengabaikanku, kan?

“Terkutuk dengan ketidak-tahuan dan ketidak-pekaannya, terhadap hati perempuan!”

***

 

#PoV: Arthur Leywin

 

Aku menyaksikan dengan malas, Sylv yang tidur siang di sampingku di sofa. Tubuh mungilnya naik turun dengan setiap napas kecilnya.

“Bukannya kamu jarang meledak tiba-tiba seperti tadi, Art. Akan lebih masuk akal bagimu, untuk mengabaikannya dan pergi, kan?”

Elijah masih berbaring di tempat tidurnya, tangannya menopang kepalanya, ketika dia menghadapku.

“Yah, aku akui, aku seharusnya tidak meledak. Tapi, aku tidak bisa menahan…”

Kami berdua menoleh ke pintu, ketika dua ketukan cepat menyela pembicaraan kami.

“Aneh, siapa yang mau bertemu dengan kita di hari pertama? Apa mungkin tetangga kita ingin menyapa?”

Elijah bangkit untuk menjawab pintu.

“Siapa…”

Setelah hening sejenak, aku menoleh untuk melihat Elijah membeku. Bangun untuk melihat apa yang sedang terjadi, aku melihat Direktur Goodsky berdiri dengan acuh tak acuh di pintu, tersenyum kepadaku.

“Selamat malam, Arthur. Elijah. Bolehkah aku masuk?”




< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "BAE_045"