Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

***Dukung kami: Traktir ngopi! (min Rp 1.000,-)***
Laporan Donasi

BAE_076

gambar

The Beginning After The End


BAE_076

Chapter 76: Baik untuk Meihatmu

 

#PoV: Virion Eralith

 

Apa yang baru saja terjadi? Aura aneh apa yang ada di sekitar Tessia? Apa yang anak itu sudah lakukan?

Aku hanya hampir tidak bisa melihat, jika sebuah bola menembak keluar dan masuk ke dalam tubuh cucuku. Rasanya itu seperti semacam elixir. Tapi, aku tidak benar-benar bisa yakin mengatakan, jika itu salah satunya…

Tapi yang penting, aku senang karena dia sudah aman sekarang.

Aku merasa bersalah untuk anak itu. Dia baru saja merangkak kembali dari permukaan, setelah jatuh ke bawah tanah Dungeon, yang entah seberapa dalamnya. Dan sekarang, dia harus berurusan dengan semua ini.

Apakah aku melakukan hal yang benar, dengan mengungkapkan semua informasi ini kepada Arthur?

Ada rasa pahit yang tersisa di lidahku, setelah aku selesai menjelaskan segala sesuatu kepada anak itu. Aku kadang-kadang lupa, jika dia sebenarnya lebih muda dari Tessia.

Itu aneh, aku pikir.

Aku tidak bisa menempatkan jariku kepadanya. Tapi lagi dan lagi, naluriku mengatakan kepadaku, jika kemampuan mengerikannya dalam manipulasi mana dan potensinya sebagai mage, ketajaman kognitif nya, serta kapasitas mental yang tidak mungkin dimiliki seorang anak praremaja…

Itu pasti akan membuat anak nakal ini menjadi begitu menakutkan di masa depan. Saat ini, tingkat kekuatannya bahkan tidak kalah dengan kepintarannya.

“Mmmm… apa yang terjadi? Mengapa aku tidur di sini?”

Telingaku menjadi senang, saat mendengar suara lemah cucuku.

“K-Kakek? Di mana… ART!!!”

Lenganku sudah membentang lebar-lebar, siap untuk merangkul satu-satunya dan hanya satu cucuku tercinta. Tapi anehnya, bukannya dia datang ke pelukan kakeknya, tubuhnya malah melesat jauh dariku dan menuju anak itu.

Cucuku… Apa yang salah denganku.

“ARTHUR!!! Kamu masih hidup!!”

Tessia hampir menjatuhkan anak itu ke tanah, karena kecepatan ia terbang ke dalam pelukannya.

Sementara itu, lenganku tetap terentang.

Mungkin, angin yang lewat mau menerima pelukan dariku…

***

 

#PoV: Arthur Leywin

 

Saat suara samar Tess sampai ke telingaku, dan matanya yang berkaca-kaca terkunci ke arahku. Aku melihat dia menggigit bibir untuk menahan diri agar tidak menangis.

Sedangkan diriku, aku hanya berdiri di sana dengan bingung.

Gelombang emosi yang berbeda meliputiku, setengah darinya bahkan tidak pernah aku rasakan. Itu benar-benar membingungkanku.

“ARTHUR!! Kamu masih hidup!”

Wajahnya sudah dibenamkan pada dadaku, saat dia mengatakan itu.

“Ya …”

Aku lembut mengelus rambutnyanya

“…aku masih hidup.”

Aku kemudian menatap Virion. Dan aku bersumpah, aku hampir bisa melihat tubuhnya telah membatu saat ini. Lengannya yang kesepian terentang di udara kosong.

Kepalanya bergerak seperti robot yang tidak pernah diminyaki, mengungkapkan pandangannya, yang sama sekali tidak manusiawi.

Pengkhianat.

Kakekmu yang seharusnya didahulukan.

Kamu akan aku bunuh, anak nakal.

Ini adalah pikiran yang mungkin berputar di dalam dahinya, dan dengan terang-terangan menunjukkan suasana hatinya yang buruk.

Memberikan Kakek Virion senyum simpatik, aku melihat kembali ke Tess, yang masih dalam pelukanku.

Hanya kemudian, ketika jubah lamaku yang telah melilit tubuhnya, tergelincir jatuh. Dan itu menunjukkan bahu putih, yang juga mengingatkanku jika dia benar-benar tanpa pakaian saat ini.

“Kyu!”

Sylvie melompat ke atas dan ke bawah, berusaha untuk mendapatkan perhatian Tess. Karena, Tess melekat padaku seperti lem. Tapi, dia tidak berhasil.

“Hal terakhir yang aku ingat adalah saat kamu menyerahkanku ke seseorang. Aku hanya bisa mengingat potongan-potongan apa yang terjadi setelahnya, karena aku terlalu banyak merasakan rasa sakit. T-Tapi aku mendengar potongan percakapan, tentang bagaimana kamu tidak bisa keluar dari Dungeon,” katanya, saat lengannya masih menempel kepadaku seperti bayi koala.

Cara dia menatapku dengan mata penuh air mata, membuatku hampir kehilangan jati diriku.

“Aku akan memberi-tahumu tentang apa yang terjadi. Tapi untuk saat ini…”

Aku melepaskan diri darinya, untuk kemudian mengalihkan pandanganku dari sepotong pakaian, yang hampir tidak bisa menutupi tubuhnya.

“…mari kita buat, kamu menjadi terlihat layak, Putri.”

“Apa yang kamu bicarakan…”

Itu semua yang berhasil ia katakan, sebelum melihat ke bawah. Dan kemudian matanya, melebar ngeri.

Tess menjerit hingga mengguncang ruangan, yang bahkan dengan tanpa kesempatan untuk bereaksi. Itu membuat Kakek Virion, Sylvie, dan aku diterbangkan mundur oleh gelombang mana, yang entah datang dari mana.

Aku berhasil pulih tepat waktu, dan mendarat dengan kakiku. Saat aku melihat ke samping, aku melihat Kakek Virion dan Sylvie tidak terluka. Mereka terkejut, tapi tidak terluka.

Kemudian, tanpa mempedulikan rasa sakit yang berdenyut-denyut di dadaku, aku menatap dan ternganga, saat melihat adegan di hadapanku.

Tess saat ini berada di pusat badai tanaman merambat hijau, puluhan meter panjangnya. Semuanya bergerak dan mencambuk ke sekitar tanpa tujuan.

Yang lebih aneh adalah jika itu tampak lebih seperti perpanjangan dari aura hijau terang yang ada di sekitar Tess, yang sekarang meringkuk dalam posisi janin.

“Formasi I-ini… mana sebesar ini… tidak mungkin bagi dia!”

Kakek Virion berdiri di tempatnya, menganga.

“Kamu pasti bercanda denganku,” gumamku pada diriku sendiri.

Mengepalkan tanganku, aku berteriak,

“Tess! Kau harus tenang!”

“Diam, diam, diam! Pergi! Aku tidak percaya, kamu tidak memberi-tahuku jika aku T-ttteeelllaaanjang!”

Dia berteriak, matanya masih tertutup rapat, karena malu. Dan sesuatu mengatakan kepadaku, jika sulur semi-transparan itu menanggapi emosinya, karena mereka bergoyang bahkan lebih keras sekarang.

“Apa kamu tidak pernah belajar, jika menyuruh seorang gadis yang berteriak untuk tenang, tidak akan pernah menenangkannya?” kata Kakek Virion, menggelengkan kepalanya dalam kekecewaan buatan.

Tentu saja… aku yang bodoh di sini, aku kira.

Apa baiknya menjadi seorang raja?

PSH… hanya yang terkuat di negaraku?

Apa gunanya semua itu, Arthur. Jika kamu bahkan tidak bisa memadamkan kemarahan seorang gadis berusia tiga belas tahun?

“Tess! Ini kakekmu! Buka matamu!”

Teriak Virion saat ini.

“Hah?”

Saat Tess mengintip dengan salah satu matanya, dia akhirnya menyadari apa yang terjadi.

“Apa yang sedang terjadi? Apa-apaan semua ini?”

Tess yang bingung tampak penasaran.

“Coba kendalikan emosimu, emosimu membuat manamu mengalir keluar tanpa kontrol,”

Aku mencoba menjelaskan dengan nada lebih masuk akal.

Tess kemudian menatap Virion, yang mengangguk setuju denganku.

Sebagai realisasi kesadaran-nya, Tess menutup matanya dan mulai bermeditasi. Dan kemudian, tanaman merambat kemudian perlahan menghilang, memudar dari pandangan.

Kami bertiga lalu bergegas ke tempat Tess yang meringkuk setelah tanaman merambat. Tampaknya, tanaman itu terdiri dari mana murni, menghilang.

“Cepat, kakek, periksa inti mana-nya.”

Aku mengatakan itu secara reflek, takut mendengar kebenaran yang buruk.

“Itu apa yang akan aku lakukan, anak nakal.”

Virion menyingsingkan lengan bajunya, untuk kemudian melapisi telapak tangannya dengan mana.

“Tunggu! Art, berbaliklah!”

Tess jelas kehabisan napas. Tapi dia juga sadar, jika ada sesuatu yang berbeda dengan tubuhnya.

“Sigh… Aku sudah melihat semuan…”

“SEKARANG!”

“..ya, Mam.”

“PSH… mantan raja? Aku lebih seperti anjing,” gumamku pada diriku sendiri, ketika aku berbalik.

“I-Ini tidak mungkin… Ha ha ha… A-apa apaan ini?”

Aku mendengar suara gemetar Virion.

“Apa? Ada apa? Tahap apa inti-nya sekarang, kek? Dark Yellow? Jangan bilang… dia mencapai tahap Solid Yellow sepertiku?”

Aku sangat ingin berbalik saat ini.

“Satu setengah langkah dari tahap awal silver. Dia hampir menerobos ke tahap silver awal.”

“Apa?”

Aku membalikkan kepalaku, menyebabkan Tess untuk membungkus dirinya dengan jubahku, bahkan lebih erat lagi.

Mengabaikan silau dan protes Tess, aku meletakkan tanganku pada perutnya… dari atas jubah.

Dia benar… Bahkan ketika merasakan langsung, aku tidak bisa mengenali sejauh mana inti mana Tess berada saat ini. Yang mana ini hanya berarti, jika dia berada di tingkat yang lebih tinggi daripada diriku.

Baik kakek dan aku langsung ke kebingungan sekarang.

Dia menerobos dari tahap Orange awal, dan ke tahap Yellow tidak terlalu lama yang lalu. Itu berarti, dia melewati semua tahap Yellow dan langsung menuju tahap Silver awal?

Berita yang menentang gravitasi ini sulit untukku cerna. Aku mengambil komposisi tubuhku sebagai perbandingan.

Karena aku adalah seorang mage 4-attribute, itu membuatku lebih mudah untuk menerobos. Tapi aku akan tetap kesulitan untuk mendapatkan peningkatan, setelah mencapai tahap Dark Yellow.

Belum lagi fakta, jika aku menerobos pada usia 3 tahun, jauh lebih awal daripada orang lain.

Siswa ‘berbakat’ di akademi ini membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk lulus ujian akhir untuk pasca-sarjana.

Tidak ada peraturan tahap mana yang seorang capai. Tapi rata-rata, alumni cenderung berada di sekitar tahap Orange awal saat itu. Setelah mencapai tahap itu, mereka juga akan diberi kursi di antara eselon atas, hampir ke mana saja mereka pergi.

Bahkan untuk mage dual-attribute paling berbakat, mereka harus mengambil waktu yang cukup lama untuk secara eksponensial membuat terobosan. Tapi Tess, baru saja menembus akal sehat dan melompat langsung melewati ambang batas yang hampir membobol tahap Silver awal.

Itu sebanding dengan beberapa dekade peltihan, yang diringkas menjadi dua minggu belaka…

Kegilaan itu…

“Apa yang kamu berikan, anak nakal?” tanya Virion.

“Aku belum pernah mendengar tentang beast will yang akan meningkatkan inti mana. Atau apakah itu mungkin ada hubungannya, dengan bola yang kamu lemparkan padanya?”

“Kakek, apa yang kamu maksud dengan ‘setengah langkah dari’? Bola apa?”

Tess bertanya penasaran, bingung dengan pembicaraan kami.

“A-aku pikir itu hanya semacam elixir…”

Aku kehilangan kata-kata saat ini.

Apa-apaan dengan elixirs dari toko reyot itu?

“Arthur, jika memang ada elixir, yang bisa melakukan kinerja yang sama dengan bola itu, kemenangan dalam perang bukanlah harapan lagi.”

Kakek Virion menggeleng, masih shock saat dia membayangkan semua yang ia baru saja katakan kepadaku.

“Bagaimana kamu mendapatkan bola itu?”

Oh, kamu tahu, aku mendapatkannya dari seorang tunawisma yang tampaknya seorang pemilik toko reyot…

“Ha ha ha haha ​​… aku mendapatkannya sebagai pengganti 1 koin silver, kek.”

Virion ternganga tak percaya. Dengan ekspresinya, aku yakin jika dia bahkan tidak akan lebih terkejut, kalau aku mengatakan kepadanya, jika aku mencurinya dari dewa.

“Aku tidak tahu persis apa itu. Aku hanya mendapatkan bola itu dari penjual, hanya sebanyak itu yang aku tahu…”

Aku menghela nafas sambil tertawa kecil, karena ketidak-berdayaanku.

“Bisakah kamu ceritakan apa yang terjadi? Kenapa kalian menjadi sangat serius?”

Tess mulai berfokus pada inti mana-nya.

“Tidak mungkin… inti mana-ku telah mencapai light yellow sekarang… dan itu sudah memiliki begitu banyak retakan di atasnya,” katanya, saat suaranya bergetar.

“S-Sayang… kamu benar-benar seorang mage di tahap puncak light yellow sekarang,”

Kakek Virion bergumam, hampir berbisik.

Mata Tess digulung ke belakang saat ia pingsan. Tubuhnya merosot, beruntung Sylvie bergerak tepat waktu, hingga bisa menangkapnya.

“Gadis ini tidak bisa tetap terjaga…” gerutuku, saat aku memposisikan dirinya lebih nyaman di lantai rumput.

“Wajar dia menjadi seperti ini. Tubuhnya berada di bawah tegangan konstan, dan menembus lebih dari tiga tahap sekaligus, juga bahkan membuat pikiranku terkejut. Aku kira, penjelasan ini yang sangat diperlukan di sini.”

Virion mengeluarkan tawa, saat dia menjemput Tess.

“Aku akan membawanya kembali ke Elenoir, melalui pintu gerbang. Dia perlu istirahat, dan aku yakin anakku dan menantuku khawatir padanya. Kukuku, aku penasaran, dengan ekspresi mereka terhadap ini.

Sigh… Bayangkan… Putri Tessia, mage inti silver pada usia 13 tahun,”

Dia membual dengan senyum lebar di wajahnya.

“Apa kamu mau ikut denganku?”

“Aku akan melakukan itu nanti. Aku tahu Tess aman saat ini, dan dia tahu aku aman juga, yang mana itu sangat penting saat ini. Kita akan membahas ketertinggalan ini, ketika dia kembali ke sekolah,” jawabku.

“Mm. Aku juga memiliki pertemuan dengan Dewan yang selalu aku hindari sampai sekarang. jadi, aku tidak akan bisa melihatmu untuk sementara waktu. Beristirahatlah, nak.”

Kakek Virion melemparkan kedipan mata, dan berjalan keluar dari ruang pelatihan, dengan Tess di punggungnya.

Dia berada di tingkat yang lebih tinggi dariku sekarang…

Pikiranku mulai memikirkan tentang pria tunawisma dan toko elixir-nya. Apakah bola yang ia berikan padaku, benar-benar alasan Tess mampu menerobos seperti itu?

Tidak ada penjelasan lain saat ini.

“Kyuu…”

‘Papa, aku lapar!’

Sylvie melompat kembali ke atas kepalaku, dan terus menepuk dahiku dalam keluhannya.

“Haha, aku juga, Sylv. Tapi sebelum kita kembali, mari kita mengunjungi Paman Elijah,” jawabku, sambil menggosok telinga ikatanku.

“Kuu…”

‘…Tapi, makanan.’

***

 

“Arthur!”

Elijah meraung, saat dia hampir membenturkan kepalanya padaku.

Aku punya rasa deja vu menakutkan. Tapi, adegan ini selalu menghangatkan hati.

“Tenanglah tenanglah. Ya, aku masih hidup. Kamu tidak bisa menyingkirkanku dengan mudah,” kataku saat menghiburnya, sambil menepuk-nepuk kepala teman terbaikku ini.

“Aku tahu…”

Dia terisak.

“Kamu seperti kecoa.”

Anak nakal ini…

Aku menjauhkan dia. Dan sekali lagi, itu sangat mirip dengan apa yang aku lakukan, hanya tiga puluh menit yang lalu. Walau orang di depanku saat ini memiliki serangkaian lendir dari lubang hidung sebelah kanannya. Ujung licinnya bahkan menempel ke bajuku.

Seorang teman… teman terbaikku.

Elijah adalah suatu entitas yang membuatku menikmati masa kecil di kehidupanku saat ini. Seseorang yang bisa membuatku bersantai dan menjadi anak lagi, tidak peduli seberapa tua atau besar diriku sebelumnya.

“Ha ha! Bagus untuk melihat wajah menjijikkanmu lagi, sobat,”

Aku tersenyum padanya, dan menepuk bahunya.




< Prev  I  Index  I  Next >

Post a Comment for "BAE_076"