DP_001
DP_001
Bab 1: Terbangun
Tiba-tiba, sebuah truk lewat.
Kwang!
Tubuh Jae Woo terbang ke udara.
Pusing seperti jatuh dari langit dengan tanpa parasut,
membanjirinya. Seluruh tubuhnya menjerit, merasakan sakit yang terasa,
seolah-olah seluruh tubuhnya hancur berantakan.
Mata anggota keluarganya semakin jauh...
‘Ah... sial.’
Jae Woo pingsan.
***
Saat bangun, hal pertama yang ia lihat adalah adik perempuannya.
“Kakak!”
Wajah mereka berlinang air mata.
“Euh.”
Jae Woo akan bertanya, mengapa mereka menangis. Tapi, dia
tidak bisa membuka mulutnya dengan benar.
“Apakah kamu mengenaliku?” tanya Yura.
“Huoh.”
‘Tentu saja. Kamu adalah adikku.’
“Kakak! Kakak!”
Mina berkata dengan cemas.
“Mina.”
Ketika mereka mendengar Jae Woo berkata, ‘Mina’… mereka
sangat gembira dan memeluknya.
“Kamu akhirnya bangun, kakak.”
“Sungguh melegakan. Sungguh, sungguh melegakan.”
Dia secara ajaib, hidup kembali.
***
Seminggu telah berlalu, sejak Jae Woo bangun.
Dia masih terbaring di tempat tidur. Tapi, dia tidak
memiliki masalah komunikasi sampai sekarang.
“Apa katamu?”
Jae Woo bertanya.
“Kamu sudah koma selama 2 tahun terakhir,” kata Dokter.
“Maaf?”
Jae Woo tidak bisa mempercayainya.
“Itu tidak benar… kan?”
Jae Woo bertanya, sambil memandangi adik perempuannya.
‘Tolong beritahu aku, itu tidak benar!’
Matanya tampak seperti menjerit.
Adiknya meraih tangannya.
“Kakak...”
“Tidak apa-apa. Kamu berhasil bangun,” kata mereka, sambil
meremas tangannya dengan erat.
Namun, penghiburan mereka, sama sekali tidak berpengaruh
padanya.
‘2 tahun?’
Itu bukan 2 hari, 2 minggu, atau bahkan 2 bulan.
2 tahun penuh!
Jae Woo hanya menatap langit-langit. Dia tidak bisa menerima
ini, sama sekali.
“…”
Tapi, karena adiknya ada di sampingnya dan memegang
tangannya, Jae Woo nyaris bisa mengatasi keterkejutannya.
“Apa yang terjadi padaku?”
Dia bertanya, ingin memastikan, mengapa ia koma begitu lama.
“Kamu ditabrak truk,” kata Yura.
“Truk?”
Begitu dia mengatakan ‘truk’, Jae Woo mengingat kembali
sebuah ingatan.
Sebuah truk putih yang melaju ke trotoar, lampu mobil yang
membuatnya pusing, dan tubuhnya yang membeku karena panik!
Dan ‘kwang’!
“Ugh!”
Jae Woo menggigil dan muntah.
“Kakak!”
“Apa kamu baik-baik saja?”
Adik-adiknya datang bergegas. Tapi, dia mengulurkan tangan
untuk memberi isyarat jika dia baik-baik saja.
“Bagaimana dengan supirnya?”
Jae Woo bertanya, wajahnya pucat.
“Mereka bilang, dia meninggal. Tepat di tempat kejadian,” jawab
Yura.
“Rupanya, dia tertidur saat menyetir,” tambah Mina.
“Bagaimana dengan kompensasi?”
Jae Woo penasaran dengan kompensasi. Kompensasi untuk 2
tahun, dalam keadaan koma.
“…”
Yura dan Mina tutup mulut.
“Apa kamu tidak mendengarku?”
Jae Woo bertanya.
“…”
Keduanya tidak bisa menjawab dengan mudah. Jika mereka
memberikan tanggapan salah, Jae Woo mungkin akan mengalami syok lagi.
Tapi berdasarkan reaksi mereka, Jae Woo tahu apa yang
terjadi.
‘Kami tidak diberi kompensasi yang layak atas kecelakaan
itu! Lalu, tagihan rumah sakitku...’
“Seberapa banyak kita berutang?”
Jae Woo bertanya.
Karena keluarganya tidak mendapat kompensasi yang layak, keluarganya
pasti mengambil pinjaman untuk membayar tagihan medisnya.
“Kami akan memberi-tahumu lain kali… Kamu masih perlu
istirahat,” kata Yura.
Dia terdengar sangat prihatin.
“Tidak apa-apa, katakan saja padaku,” kata Jae Woo selembut
yang ia bisa.
Itu adalah tanda yang mengatakan jika, ‘Aku baik-baik saja. Jadi,
beri tahu aku’.
“Aku tidak begitu yakin, tapi kami menjual rumah itu,” kata
Mina menggantikan Yura.
“Kalian menjual rumah ini!?”
Wajah Jae Woo langsung berkerut.
‘Kamu tahu betapa berharganya rumah itu!’
Di tahun ketiga sekolah menengahnya, Jae Woo kehilangan
ayahnya, karena kecelakaan. Keluarganya kehilangan sosok pencari nafkah. Jadi,
keadaan semakin sulit.
Maka, Jae Woo meninggalkan sekolah, dan memutuskan untuk
menjadi pro-gamer, untuk menghasilkan uang. Dan itu berjalan dengan baik.
Dia pernah menjadi yang terbaik dari yang terbaik di
‘Warlord’, game virtual reality teratas selama 5 tahun terakhir.
Dia disebut ‘Dragon-Man’ dalam game. Dia begitu kuat,
sehingga semua orang membandingkan tingkat keahliannya dengan naga.
Karena itu, dia menghasilkan banyak uang dengan menjual item
mahal dan mata uang game.
Dia telah mengambil banyak pinjaman. Tapi, dia berhasil
membeli rumah dua lantai.
Dia ingin mereka hidup nyaman di rumah itu!
Tapi karena dia mengalami kecelakaan yang begitu acak, rumah
itu habis ‘terbakar’.
“Haa,” Jae Woo menghela nafas frustasi.
Kemudian, dia melihat adik-nya menatapnya.
“Yura, kamu di tahun senior, kan?”
Jae Woo memaksakan dirinya untuk tersenyum, dan mengubah
topik pembicaraan.
Jika dia terus membesarkan masalah rumah. Maka, suasana hati
akan memburuk.
“Ya.”
Yura tahu apa yang ia lakukan, dan menganggukkan kepalanya.
“Pasti sulit mengikuti pelajaranmu, dan menjagaku pada saat
yang sama. Aku sangat menyesal tentang itu,” kata Jae Woo.
“Kamu tidak perlu minta maaf!”
Permintaan maafnya, hanya membuat matanya berair, yang
membuat adiknya juga tersedak.
“Aku juga turut prihatin, Mina,” suaranya pecah.
“Tidak apa-apa, karena kamu baik-baik saja.”
Mata Mina juga memerah.
“Jangan menangis, bodoh,” kata Jae Woo pada Mina.
“Bleh. Matamu juga merah, kakak,” kata Mina, sambil
menunjuk mata kakaknya.
“Aku hanya lelah,” gertak Jae Woo, agar dia tidak terlihat
lemah di depan mereka.
“Yeah, yeah. Tentu saja.”
Mina menganggukkan kepalanya berlebihan.
“Aku serius!”
Jae Woo bersikeras.
“Tentu tentu!”
Dia jelas tidak bisa meyakinkan adik-adiknya.
“Seorang pria hanya boleh menangis tiga kali. Saat mereka
lahir, saat orang tua mereka meninggal, dan…”
Sebelum dia bisa menyelesaikannya, Mina menyela.
“Sekarang.”
Mina tersenyum, meski matanya berkaca-kaca.
“Ya, sekarang.”
Jae Woo mengikutinya dan tersenyum.
“Mereka bilang, kamu tidak seharusnya menangis. Dan kemudian,
mulai tersenyum setelahnya…”
Yura menyeka air matanya dan juga tersenyum.
“Siapa peduli itu!”
Jae Woo berpikir, jika dia benar-benar beruntung, bisa
bersama dengan adik-adiknya seperti ini.
***
Dia menghabiskan 2 tahun di tempat tidur.
Tubuhnya jelas tak akan bisa bergerak seperti dulu. Jadi,
dia perlu menjalani terapi fisik.
Terapi fisik itu sulit dan berjalan lambat. Dan, rasa sakit
terus mengikutinya.
“Sekali lagi!” kata terapis fisik.
Jae Woo meraih jeruji, dan mengambil langkah.
“Ugh!”
Wajahnya berkerut. Setiap kali dia bergerak, tubuhnya
menjerit. Meski begitu, Jae Woo melanjutkan terapi fisiknya dalam diam.
Hari demi hari...
‘Jika aku berhasil berjalan hari ini. Maka, aku akan
berlari besok!’
Jae Woo mengertakkan gigi dan berkonsentrasi pada terapi
fisiknya. Karena itu, dia keluar rumah sakit, lebih awal dari yang
direncanakan.
“Kamu bisa meninggalkan rumah sakit sekarang.”
“Terima kasih banyak.”
Jae Woo dan adik-adiknya naik taksi, ke kediaman baru
mereka.
Dia turun dari taksi dan didukung oleh adik-adiknya di kedua
sisi. Mereka kemudian membawanya ke rumah baru mereka.
“Ini dia.”
Yura menunjuk ke arah tangga, yang menuju ke bawah tanah.
Aroma yang tidak enak, meresap ke hidungnya.
“Mm.”
Dia agak mengharapkan ini. Tapi, itu jauh berbeda dari rumah
dua lantai, yang mereka tinggali sebelumnya.
Pertama, itu di underground!
Dibandingkan dengan rumah mereka sebelumnya, di mana ada
sinar matahari yang melimpah… tempat tinggal mereka saat ini berada underground.
Tidak hanya itu, mereka tidak dapat benar-benar melihat matahari, karena
jendelanya yang kecil.
Jadi, itu lembab dan gelap.
Ada sarang laba-laba di mana-mana, dan jelas sekali jika
tempat itu penuh dengan kecoa.
Hanya ada dua kamar. Tapi jika tiga atau empat orang
berbaring, itu akan sesak. Wallpaper-nya sudah usang dan kuning.
Kamar mandi jelas kecil dan berbau lembab. Mesin cuci
menempati setidaknya setengah ruangan, apalagi bak mandinya.
Singkatnya: itu yang terburuk.
“Kalian membayar bulanan?”
“Ya.”
‘Bagaimana Kalian bisa meminta sewa untuk ini!?’
Mereka bahkan harus membayar sewa setiap bulan.
‘Sial!’
Jae Woo mengutuk secara otomatis. Tapi karena kedua saudari-nya
bersamanya, dia menahan diri untuk tidak mengatakannya dengan keras.
“Bagaimana kalian membagi kamar?”
“Mina dan ibu satu kamar, dan aku punya kamar sendiri. Jadi,
kamu bisa mulai sekamar denganku,” kata Yura.
“Tidak apa-apa. Aku akan tidur di ruang tamu.”
Yura adalah seorang siswa SMA. Dia perlu punya kamar
sendiri.
Dan dirinya adalah seorang pria; dia hanya bisa tidur di
ruang tamu, dengan selimut di bawahnya.
Itu juga lebih baik baginya; dia bisa mencari info di
komputer, di ruang tamu.
“Tapi…”
“Ya, kita bersaudara. Tapi, itu akan membuat kita berdua
tidak nyaman. Yah, begitulah. Di mana glasses-ku?”
“Ini.”
Mina membawa kacamata game virtual reality-nya.
“Aku akan memberi-tahumu, jika aku butuh sesuatu. Jadi,
lakukanlah apa yang perlu kamu lakukan.”
“Baik.”
Begitu kedua adiknya pergi ke kamar mereka, Jae Woo
berbaring di ruang tamu, dan mengenakan glasses.
Dan kemudian, dia menekan tombolnya.
Untungnya, glasses tersebut bekerja dengan baik.
[Mengakses virtual world!]
Sebuah koridor putih muncul di hadapannya.
Ada satu kamar di dalamnya. Itu adalah pintu yang akan
menuju ke dunia Warlord.
Namun, pintunya tertutup rapat, dan ada selembar kertas yang
menempel padanya.
[Terima kasih banyak telah menikmati Warlord.
Karena jumlah basis player rata-rata kurang dari 100, kami
telah memutuskan untuk menghentikan layanan.
Dreamgate, tim Warlord]
“Omong kosong macam apa ini!?”
Ini baru 2 tahun, namun game virtual reality yang menduduki
puncak tangga popularitas selama lima tahun berturut-turut, telah gulung
tikar!?
“Lalu, bagaimana dengan karakterku!? Bagaimana dengan
item-ku!? Uangku!?”
Tidak ada yang tersisa dari karakter Jae Woo, yang digembar-gemborkan
sebagai karakter terkuat di Warlord.
‘Sial, aku kehilangan sumber pendapatan yang sangat
besar!’
Apakah seperti ini rasanya, ketika sahammu tidak lagi
bernilai?
“Ugh.”
Jae Woo meraih bagian belakang lehernya, dan pingsan.
***
‘Mengapa!?’
Begitu dia bangun, dia menilai kembali situasinya.
‘Bagaimana Warlord bangkrut!?’
Dia tidak bisa mempercayainya.
Jadi, dia mencari jawaban di internet dan segera mencari
tahu, mengapa tepatnya game itu bangkrut.
“Arth…”
Warlord bukan lagi game paling populer. Itu telah merosot.
Namun sebagai gantinya, Dreamgate, pencipta Warlord muncul dengan
game baru, ‘Arth’, yang menjadi new hit.
“Pasti dewa, yang menciptakan game ini.”
Itulah yang dikatakan oleh Wilson Jacob, pengulas game yang
terkenal jarang memuji game.
“Arth!”
Betapa menakjubkannya permainan itu.
Bahkan jika dibandingkan dengan game virtual reality
lainnya, game ini dirancang dengan sangat baik. Dan juga, itu dianggap sangat
menyenangkan.
Mahakarya!
Sebuah karya yang abadi!
Game virtual reality yang layak untuk semua title itu.
Sudah lebih dari setahun sejak dirilis, namun orang-orang
menjadi liar di seluruh dunia.
Rangking di Arth adalah selebritas. Dan, mereka bisa
menetapkan harga untuk item bagus.
Bukan itu saja!
Bahkan, ada karyawan yang melemparkan surat pengunduran diri
ke wajah bos mereka!
Sekolah telah dimulai, tapi ruang kelasnya kosong!
Anak-anak akan berpura-pura sakit, agar tidak pergi ke
sekolah!
Itu semua agar mereka bisa memainkan Arth.
Ini benar-benar zaman Arth.
“Untuk berpikir, jika permainan yang luar biasa keluar, saat
aku pergi.”
Jae Woo merasa, seperti dia adalah seorang penambang emas
yang mendapatkan emas.
‘Arth. Ini adalah penghasil uang!’
Itu akan menghasilkan lebih dari Warlord. Dan bagaimana jika
dia berhasil?
‘Hutang atau rumah kami tidak akan menjadi masalah. Hidup
kami akan berubah.’
Dia merasakan darahnya sebagai pro-gamer, mulai mendidih.
Namun, Jae Woo tidak langsung menginstal Arth. Masih terlalu
dini untuk itu.
Setidaknya untuk saat ini...
***
Jam menunjukkan pukul 12:00.
Ibunya telah kembali, dengan bahu lemas dan langkah kaki
berat.
“Selamat datang kembali.”
Jae Woo telah menunggu ibunya.
“Jae Woo!”
Begitu dia melihat anaknya, air mata mulai mengalir dari
matanya.
“Bu.”
Jae Woo tersedak, melihat betapa ibunya telah menua 2 tahun lebih
vepat.
Mereka berpelukan sebentar, dan akhirnya pergi ke ruang
tamu.
“Bu, bagaimana kabar keluarga?”
“Kamu tak perlu khawatir tentang itu. Kamu harus mengkhawatirkan
dirimu sendiri lebih dulu.”
“Aku akhirnya kembali. jadi, jangan mengambil semuanya
sendiri.”
Jae Woo meraih tangan ibunya.
Tangan ibunya sangat kuat, sehingga tidak bisa dikenali. Dia
bisa merasakan, betapa beratnya ibu telah melalui selama 2 tahun terakhir ini.
“Tapi, kamu masih harus mengkhawatirkan dirimu sendiri lebih
dulu…”
“Tolong.”
“Hoo, baiklah. Akan kau ceritakan semuanya.”
Ibu mulai memberi-tahunya apa yang telah terjadi sejauh ini.
Dan, seperti apa situasi mereka.
Ibunya telah mendengar dari dokter, pasien bisa bangun dari
koma, jika menjalani perawatan kapsul medis.
Namun, itu adalah perawatan yang mahal, yang harganya jutaan
won, hanya untuk satu perawatan.
Meski begitu, ibunya sudah bekerja keras, agar anaknya bisa
menerima perawatan itu selama 2 tahun.
Akhirnya, mereka terpaksa menjual rumah itu, dan telah
berhutang lebih dari 50 juta won. Untungnya, mereka berhutang pada bank, bukan
pada pemberi pinjaman swasta/rentenir.
‘Perawatan kapsul medis... Jadi itulah mengapa, terapi
fisikku berkembang jauh lebih cepat.’
Kapsul medis telah menjaga otot dan organnya, menjaganya
dari kondisi kritis. Karena itu, terapi fisiknya tidak memakan banyak waktu.
Jae Woo merasa berterima kasih kepada ibunya sekali lagi. Karena,
dia telah melakukan segalanya untuk memastikan, jika anaknya menerima perawatan
kapsul medis.
“Percayalah. Mulai sekarang, aku akan menghasilkan banyak
uang.”
Dia menatap ibunya dengan sungguh-sungguh, dan berkata
dengan percaya diri.
Ketika dia benar-benar mulai bermain Arth, dia akan bisa
mengumpulkan banyak uang.
Bagaimanapun, Jae Woo yakin, jika dia lebih baik daripada
siapa pun di game virtual reality.
“Nanti saja, kamu khawatir tentang uang. Kamu perlu
mengkhawatirkan dirimu sendiri lebih dulu.”
Tentu saja, ibunya lebih mengkhawatirkan kesehatannya daripada
uang.
“Baik.”
“Bagus.”
Ibunya pergi ke kamarnya, dan Jae Woo berbaring di ruang
tamu, dan mulai berpikir.
Sejak dia kehilangan ayahnya di tahun ketiga sekolah
menengah-nya, Jae Woo telah menjadi pencari nafkah.
Jadi, itu adalah tanggung jawabnya, untuk menafkahi
keluarganya.
‘Bukankah itu benar, ayah?’
Jika dia bisa, dia akan segera menyediakannya.
Tapi...
‘Dengan tubuh ini... Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Apakah
itu bisa, mengambil tanggung jawab atau menghasilkan uang…”
Otot?
Ha, dia hanya tinggal kulit dan tulang saat ini!
Itu adalah bukti nyata, jika dia tidak sehat.
‘Aku harus membangun tubuhku lebih dulu.’
Ada aturan tertentu untuk berbagai hal!
Jika dia ingin menjadi pro-gamer lagi, maka dia harus fokus
pada kesehatannya terlebih dahulu.
Tentu saja, tujuan utama Jae Woo adalah Arth!
Mengumpulkan kekayaan
melalui Arth, dan mengubah hidupnya. Tapi sekarang, dia harus mengkhawatirkan
dirinya sendiri.
Dia perlu membangun tubuh lemahnya sendiri!
Post a Comment for "DP_001"
comment guys. haha