LMS_V01E10P05

10. Peran Weed (5)
Hidung tajam Becker-lah yang mencium masakan Weed, dan
melacaknya untuk menemukan sang mantan komandan.
"Hehe." Hosram tertawa.
"Saya rindu masakan Anda, Komandan." kata Becker.
"Saya minta maaf karena kita tidak melayani Anda lagi,
tetapi kenapa tidak kita tunjukan bahwa persahabatan lama kita tidak akan
pernah mati?"
Para mantan bawahannya berkata sambil memegang perut mereka
yang kosong.
"Bagaimana bisa dia kenal dengan prajurit
Rosenheim?"
"Mereka bukan prajurit infantri. Mereka tampak seperti
Denarion."
"Mereka memanggilnya, Komandan."
Surka dan Pale tak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka.
Seorang Denarion adalah posisi yang agak tinggi, dan level dari para Denarion
itu tampaknya lebih tinggi dari level mereka.
"Oke. Ini."
Weed menyajikan apa yang tengah ia masak, pada mantan
bawahannya tanpa syarat. Tak perlu dikatakan lagi, semua jatah persediaan pada
pleton mereka mulai diselundupkan pada Weed, sejak saat itu.
****
Tepatnya butuh 10 hari berjalan kaki untuk sampai di Desa
Baran.
Weed berniat untuk meningkatkan skill memasaknya dalam
perjalanan. Untuk mencapai level intermediate pada skill memasak, tak hanya
dibutuhkan kemahiran dalam skill, tetapi juga kerja keras yang sangat banyak.
Kembali ke hari-hari di Sarang Litvart, Weed menyajikan
makanan untuk 32 orang tiga kali sehari, 96 hidangan dalam sehari, dan totalnya
3000 mangkuk sup daging.
Lalu, dia mendirikan sebuah warung makan untuk menyiapkan
dan menjual makanan di dalam Benteng. Sekarang dia memberi makan ratusan mulut
dalam misi ini, diperkirakan bahwa dia setidaknya menyajikan 10.000 makanan.
Menganggap bahwa seseorang makan tiga kali sehari,
dibutuhkan 90 porsi dalam sebulan, sekitar 1080 porsi selama setahun.
Weed telah menyajikan, apa yang setara dengan jumlah porsi selama
10 tahun untuk satu orang, untuk mencapai level intermediate dari skill
memasak. Jadi, jika kamu tak mendapatkan pemahaman tentang hal itu, lupakan
saja.
Memasak sebagai sebuah hobi tak bisa dibandingkan dengan
menyiapkan ribuan hidangan untuk mendapatkan EXP untuk skill memasak.
Meskipun seni memahat adalah yang terbaik untuk meningkatkan
skill handicraft, Weed takut untuk menarik perhatian yang tak diinginkan. Jika ia
mengukir patung dalam perjalanan.
Memasak bisa diterima lebih mudah, menghasilkan uang, dan
mendapat rasa terimakasih, atau rasa hormat dari orang lain.
****
Pasukan akhirnya bisa melihat Desa Baran.
"Kita hampir sampai."
" Kira-kira monster macam apa yang ada disana? Aku tak
bisa menunggu untuk melawan mereka."
Mengobrol kecil, Irene dan Surka berjalan. Sementara Weed,
sekarang selesai memasak dan menatap langit.
Tak ada apa-apa di sana selain awan putih yang malas
mengarungi langit biru.
҅Sudah kuduga. Kota
Langit tak lebih dari sekedar mitos. Aku telah terganggu dengan sebuah mitos
bodoh. Desa Baran- buku itu mengatakan jika desa itu adalah tempat terakhir
yang memiliki hubungan dengan Kota Langit. Itu sebabnya aku bergabung dengan
quest ini , tetapi aku telah salah.҆
Secercah harapan yang ia miliki telah hilang.
Ketika pasukan bergerak mendekati Desa Baran, Darius
berteriak.
"Berhenti!"
Darius memberi sinyal pada seluruh pasukan untuk berhenti
seketika. Ketika Weed yang ada dibarisan belakang berjalan maju, ia melihat
seorang pria tua dengan pakaian lusuh dan puluhan anak kecil tertatih-tatih ke arah
pasukan.
"Apa urusanmu?" tanya Darius, dia bahkan tak sudi
turun dari kudanya.
Darius dan anak buahnya adalah satu-satunya player yang
menunggang kuda.
"Salam, Komandan Yang Terhormat. Kami adalah penduduk
yang selamat dari Desa Baran." kata pria tua itu. "Namaku Ghandilva,
tetua dari desa. Aku baru-baru ini mengirim Jakson untuk melaporkan berita
buruk, tentang bencana di desaku kepada Yang Mulia dan meminta pertolongan. Aku
harap Anda adalah orang yang akan menyelamatkan kami dari kesengsaraan."
"Ya." kata Darius.
Ghandilva adalah seorang tetua dari Desa Baran, dan
anak-anak ketakutan yang mengikuti dia, telah melarikan diri dari desa bersamanya
saat diserang lizardmen.
"Kami akan merebut kembali Desa Baran dengan
segera." kata Darius pada Ghandilva. "Jadi tenanglah, dan tunggu
sebentar lagi untuk berita bagusnya."
"Aku senang mendengarnya, Anda adalah seorang komandan
yang terhormat. Ngomong-ngomong, aku punya permintaan pribadi..." kata
Ghandilva.
"Apa itu?"
"Tolong selamatkan penduduk desa kami yang ditangkap
oleh mahluk-mahluk hina itu. Ini adalah keinginan terakhir dari pria tua rendahan
ini." Ghandilva memohon sambil menangis.
Mata Darius berkilauan.
"Apakah ini sebuah quest?"
"Ya, ini adalah quest dari desaku, komandan yang
terhormat." kata Ghandilva.
"Imbalan apa yang bisa kau berikan padaku?" Darius
bertanya secara langsung.
Sebagai seorang player berlevel tinggi, Darius tak
terburu-buru pada setiap quest yang ditawarkan padanya. Ada sangat banyak quest
yang tersedia, dan banyak dari mereka hanya membuang- buang waktu saja.
Ghandilva menundukan wajahnya. "Kami tak memiliki
sesuatu yang berharga untuk diberikan pada Anda, tuan. Yang bisa aku berikan
adalah ini..." Ghandilva menunjukkan sebuah benih yang tampak biasa.
"Ternyata begitu. Hadiah apa yang bisa aku harapkan
dari seorang pria tua yang telah kehilangan desanya, dari sekumpulan lizardmen
rendahan? Tak ada harta, tak ada item." kata Darius.
Darius mencibir dengan dingin. Dia pikir pria tua itu datang
padanya untuk menimbulkan masalah, sebelum ia mengusir para lizardmen dari desa
itu.
"Kalau begitu aku akan mengambil alih desa dengan
cepat. Dan jika kami punya waktu luang setelah pertempuran, aku secara pribadi
akan memastikan, mengirim beberapa pasukan untuk menyelamatkan tawanan."
kata Darius.
"Kami tak bisa secara serius mengharapkan jika para
sandera yang ditangkap oleh para lizardmen masih hidup sampai sekarang. Jangan
menguji kesabaranku, orang tua."
Darius berlari mejauh dari Ghandilva dengan kejam.
Beberapa player dalam pasukan pembebasan itu memanggil nama
pemimpin party mereka, namun tak satupun berani menolong tetua itu. Ghandilva
terlempar kedalam keputusasaan. Kemudian, seseorang memegang tangannya yang
keriput.
Itu adalah Weed.