LMS_V02E02P01 Patung Dewi Freya

2. Patung Dewi Freya (1)
Saat Weed dan rekan-rekannya semakin dekat dengan markas
lizardmen, jumlah monster yang menghalangi jalan mereka, meningkat dengan
cepat.
"Kita sudah membunuh lebih dari 40 lizardmen..."
"Kita masih berada di perbatasan. Berapa banyak lagi
kira-kira yang berkumpul di dalam?"
Irene dan Romuna berbicara bergantian. Tetapi Weed hanya
tersenyum.
"Dengar, kalian tahu lizardmen adalah monster yang
hidup berkelompok, kan?"
"Ya, Weed-nim. Mereka berkelompok lebih banyak daripada
Orc." kata Irene.
"Itu benar. Mereka juga melindungi wilayah mereka
sendiri dengan ketat. Bagaimana kalau seseorang memasukinya?" tanya Weed.
"Mereka akan melawan tanpa pengecualian." kata
Surka.
"Itu benar. Hal itulah yang membuat lizardmen ditakuti
di antara para player."
"Bukankah itu artinya, kita berada dalam masalah
sekarang?"
Weed dan rekan-rekannya akan melewati lembah. Mereka sering
beristirahat di tengah-tengah untuk mengisi ulang MP, dan tak membuang-buang
energi.
Pada saat ini, dia memberikan jawaban atas teka-tekinya.
"Aku akan mengatakan, kita akan berada dalam bahaya
pada keadaan normal, tetapi kita bisa mengandalkan Darius sekarang ini."
Mendengar kata-kata Weed, mereka menyadari darimana
kepercayaan dirinya berasal.
"Apa maksudmu dengan itu? Oh, aku mengerti!" kata
Surka.
"Darius benar-benar akan membantu kita!" Romuna
berkata dengan senyum di wajahnya.
Markas dari para lizardmen.
Sekarang mereka seharusnya tengah bertempur dengan ganas
melawan pasukan pembebasan yang menyerang wilayah mereka.
Dengan kata lain, markas mereka nyaris terabaikan, dan hanya
dijaga oleh segelintir lizardmen.
Pada waktu yang sama, Weed menebak jika harta yang telah
dijarah oleh para lizardmen dari desa-desa terdekat dikumpulkan di sana juga.
Dia memang mendaki lembah barat untuk menyelesaikan quest
dari Ghandilva, tetapi agenda sejatinya tersembunyi.
"Kita akan menghadapi musuh yang lebih sulit mulai saat
ini. Bagaimana kalau memancing mereka sekarang?" tanya Weed.
"Roger!" kata Surka.
"Kita harus hati-hati. Kita tak bisa membiarkan banyak
lizardmen melawan kita sekaligus." kata Weed.
Surka melakukan tugas dengan baik memancing lizardmen satu
per satu. Agilitynya yang mengagumkan membantunya memancing musuh secara
terpisah.
"Sini kau, reptil jelek!" dia berteriak pada mereka.
"Kruru!"
"Manusia, kami bunuh kau!"
Lizardmen yang marah, segera mengejar Surka. Weed dan Pale
dengan cepat mengisi panah, menargetkan lizardmen, dan menembak mereka.
*Sweesh*
Semantara Weed menembakkan satu panah pada satu waktu, Pale
menembakkan beberapa panah begitu cepat, hingga tangannya hampir tak terlihat.
Level skill mereka dalam Archery membuat perbedaan yang
besar, belum lagi efek skill-skill lain milik Pale.
Archery milik Weed telah melampaui level skillnya secara
menyeluruh. Karena dia telah menembaki goblin, namun tak mungkin bisa menyaingi
Pale yang tangannya tak pernah meninggalkan busurnya. Untuk Pale, bahkan
sebelum sebuah panah mengenai target, panah selanjutnya sudah diisi dan
diluncurkan.
Sejak level 5, saat ia mengkonversi ke profesi Ranger, dia
telah meng-upgrade skill Chain Shot dan Penetration, yang membuat panahnya
lebih kuat.
Weed menembakkan panah hingga lizardmen sangat dengat dengannya.
Damage yang sangat rendah, namun level skill Archery tetap bertambah.
Tidak, intinya adalah bahwa tempramennya tak mengijinkannya
untuk duduk dan menunggu musuhnya.
Kenapa aku harus
menunggu EXP, bukan? Maksudku, musuh untuk datang?
Weed suka bertarung, ia tak pernah lelah dengan itu. Dia tak
terbendung sekarang.
"Yatz, yatz, yatz!" Keluar dari mulutnya, teriakan
pertempuran yang lain tanpa henti.
Irene dan Romuna terkikih. Mereka sudah pernah menyebutkan
ini pada Weed, namun ia mengakui tak bisa menahannya.
Baginya, itu adalah raungan kemenangan yang keluar hanya
ketika ia sangat bersemangat.
Beruntungnya, belum pernah ada saat-saat ketika monster
mendengarnya dan maju untuk melawan party-nya. Meskipun, dia terus-terusan
merasa malu karena kebiasaan tak sadar itu, saat dia bertarung bahu-membahu
dengan player lain.
҅Weed selalu tenang,
tetapi dia kadang-kadang dikeluar kendali dan menjadi begitu kekanak - kanakan.҆pikir
Irene.
Mereka menghadapi 6 lizardmen dalam sebuah pertempuran
sengit.
Ketika pertempuran dimulai, dua liardmen tewas oleh pedang
Weed, dan ada 4 lagi.
Dia meninggalkan keempat monster itu begitu saja, karena
jika ia membunuh mereka semua, Romuna, Pale dan Surka tak akan mendapatkan EXP
yang berharga.
Yang lebih parah lagi, MP milik Weed akan habis. Sementara
MP Irene masih tersisa banyak, yang akan membuat seluruh party beristirahat
untuk menunggu Weed mengisi ulang MPnya. Mereka akan membuang-buang waktu yang
berharga, semakin jauh tertinggal dari batas waktu quest.
Dua lizardmen menyerang Surka. Tetapi dua yang lainnya marah
dan menyerang Weed untuk membalas kematian teman-teman mereka.
Pedang milik Weed membutuhkan perbaikan, ketahanannya
tersisa 10. Menggingat bahwa teknik pedang yang kuat memberikan beban yang
berlebihan pada senjata yang digunakan, dan juga menurunkan daya tahan senjata
tersebut. Apalagi, dia telah terlibat pertarungan yang keras tanpa istirahat.
"Lepaskan pedang besi."
Weed mengembalikan pedang ke penyimpanannya dan mengepalkan
tinjunya.
Skill andalan Surka!
"Rapid Shadow Fist!" (Yon-hwan-kwon)
Tinju Weed menghantam musuh tanpa henti.
Meskipun dia menyebutkan nama skill tersebut, itu tak
benar-benar seperti ia mengaktifkan skill itu. Karena dia tak pernah
mempelajarinya sejak awal, apalagi bisa menggunakannya.
Sebaliknya, dia meniru cara Surka menggunakan tinjunya
dengan pengetahuannya, dan menghajar para lizardmen.
Ingin memukul monster dengan tangannya sendiri, dia telah
mempelajari seni beladiri semacam ini selama setahun, untuk saat-saat seperti
ini.
Tak perlu dikatakan, pukulannya sangat hebat.
*Pabababak*
Tangan Weed bergerak pada kecepatan yang tak terlihat.
Memukuli lizardmen tanpa ampun dengan tinjunya, skill
handicraft level intermediate-nya menambahkan ekstra 50% pada kekuatan serangan
dengan tinju.
"Ugh!"
"Tinju manusia itu, sakit!"
Weed mendekat pada musuhnya, memukulnya pada setiap celah.
Lizardmen mengayunkan pedang mereka sebagai pembalasan.
Intinya adalah, lizardmen dan Weed keduanya terobsesi dengan
membunuh lawan sebelum mereka sendiri yang mati.
Langkah kaki Weed sangat ringan. Setiap kali tubuhnya
bergoyang, sebuah pukulan menghantam seekor lizardmen. Pergelangan kaki dan
pinggangnya bergerak sesuai kehendaknya dan menarik kekuatan tinjunya, yang
secara berurutan menyerang dada dan perut lizardmen.
"Kugh!"
"Manusia kurang ajar, dia memukul tempat yang sama
berulang-ulang!" Lizardmen itu berteriak kesakitan.
"Weed-nim, tekan terus!" Irene tengah sibuk
menyembuhkan barisan depan dari belakang.
Keahliannya dalam penyembuhan telah diakui, dan kapanpun HP
rekan timnya turun di bawah 70%, Healing Hand miliknya, datang pada yang
membutuhkan. Hal ini bebas resiko dan efektif.
Weed sangat menikmati, rasanya memukul musuh secara
langsung. Dia lebih suka pertarungan tangan dengan tangan daripada pertempuran
pedang. Karena dia bisa merasakannya, dan itu terasa lebih nyata.
Lizardmen dan Weed saling memukul satu sama lain, tetapi
rasanya tidaklah sama untuk lizardmen. Wajah lizardmen dipenuhi dengan rasa
sakit, sementara senyum melayang di wajah Weed.
Dia memutar-mutar tinjunya yang dahsyat, berteriak dengan
kegembiraan.
Sementara itu, Romuna dan Pale dengan cepat merapal mantra
sihir dan menembakkan panah, untuk
menyingkirkan dua lizardmen yang lain.
Tanpa harapan di depan mata, kedua lizardmen yang sedang
menghadapi Weed, tengah dihajar tanpa ampun. Namun mereka masih hidup.
*Ding*
[Statistik Baru : Perserverance (Ketekunan)]